Ulama tarekat atau ulama yang mendalami ilmu tasawuf memiliki peran penting dalam sejarah kemerdekaan, karena turut memberi perlawanan kepada para penjajah. Di era saat ini, mereka juga masih berperan, salah satunya dalam menjaga perdamaian di dunia.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS - Ulama tarekat atau ulama yang mendalami ilmu tasawuf memiliki peran penting dalam sejarah kemerdekaan, karena turut memberi perlawanan kepada para penjajah. Di era saat ini, mereka juga masih berperan, salah satunya dalam menjaga perdamaian di dunia.
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, pada pembukaan World Sufi Forum di Pendopo Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jateng, Senin (8/4/2019), mengatakan, sejak zaman Belanda, para ulama tarekat tak pernah surut mewujudkan persatuan bangsa. Pancasila dipegang teguh sebagai ideologi bangsa.
Ryamizard mencontohkan KH Wahid Hasyim, putra pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy\'arie yang menegaskan bahwa konsep Ketuhanan Yang Maha Esa adalah konsep tauhid dalam Islam. "Tidak ada lagi alasan menolak konsep itu dalam Pancasila. Konsep ketuhanan yang tidak mendiskriminasi agama lain," ucap Ryamizard.
Tidak ada lagi alasan menolak konsep itu dalam Pancasila. Konsep ketuhanan yang tidak mendiskriminasi agama lain
Ia menambahkan, ulama tarekat pun turut meneruskan dan melanjutkan cita-cita pendiri bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Menurutnya, yang tidak membela cita-cita proklamasi ialah pengkhianat terhadap bangsa dan pejuang kemerdekaan.
Ryamizard menuturkan, silaturahim antara para ulama tarekat dunia penting untuk bertukar pikiran demi terwujudnya perdamaian dunia. Ini untuk sama-sama memerangi gerakan radikal seperti yang ada pada Negara Islam Irak dan suriah (NIIS), yang merupakan buah verakan politik, bukan agama.
Rais Am Jam’iyah Ahlith Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah Habib Luthfi bin Yahya, menuturkan, saat ini, peranan tarekat atau thoriqoh amat diperlukan saat ini, khususnya untuk keamanan dunia. Dengan berbagai pertikaian yang ada, umat Islam harus menjadi perekat dan simbol ukhuwah (persaudaraan).
Adapun World Sufi Forum berlangsung Senin-Rabu (8-10/4). Sejumlah kegiatan antara lain Sidang Komisi A, B, C, dan D yang dilaksanakan di Kajen serta Kota Pekalongan. Tema sentral yang diangkat dalam sidang tersebut di antaranya "Peran Tasawuf dalam Penanggulangan Radikalisme" dan "Peran Tasawuf dalam Perekonomian dan Sistem Autarki".
Forum tersebut diikuti sebanyak 87 ulama dari 36 negara. Ryamizard berharap, lewat forum tersebut para ulama tarekat dari berbagai belahan dunia dapat saling bertukar pikiran dalam rangka turut serta membangun terwujudnya kedamaian dunia.
Syeikh Abu Bakar Ahmad (mufti India), yang mewakili para ulama dari luar negeri, mengatakan, tasawuf didasarkan kepada segala hal yang mengesampingkan kedengkian manusia. "Memunculkan rasa toleransi, memafkan, dan berkhusnuzon kepada Allah serta makhluknya," kata Abu Bakar.
Pada Senin siang, dilaksanakan juga Kirab Merah Putih. Kirab dimulai dari lapangan Desa Kebonagung, Kajen dan berakhir di Alun-Alun Kajen atau berjarak 2,2 kilometer (km). Kirab tersebut antara lain diikuti personel TNI, Polri, Banser, marching band, grup kesenian daerah, dan Paskibra.