Peluang Caleg Penantang Tumbangkan Petahana di Dapil Sulsel III
Oleh
YOHANES ADVENT KRISDAMARJATI
·3 menit baca
Petahana tak bisa tenang mempertahankan kursinya di daerah pemilihan Sulawesi Selatan III. Dari tujuh kursi yang diperebutkan dalam Pemilu Legislatif 2019, enam caleg petahana masih ingin mendudukinya. Namun, pada April nanti, kursi tersebut diperebutkan oleh 92 caleg. Dari jumlah tersebut, 16 caleg adalah wajah lama dan 76 lainnya wajah baru.
Caleg yang bertarung di dapil ini merupakan tokoh-tokoh kawakan. Selain petahana dan caleg lama, sejumlah caleg wajah baru merupakan mantan pemimpin daerah dan kalangan elite politik di dapil yang mencakup 11 kabupaten/kota ini.
Dari sisi petahana, upaya mengamankan kursi, antara lain, datang dari Abubakar Wasahua (PPP), Felicitas Tallulembang (Gerindra), Andi Fauziah Pujiwatie Hatta (Golkar), Amran (PAN), Bahrum Daido (Demokrat), dan Muchtar Luthfi Mutty (Nasdem).
Selain Partai Golkar yang memiliki dua kursi, komposisi kursi di DPR dari dapil Sulsel III saat ini dipegang masing-masing satu kursi oleh Nasdem, Gerindra, Demokrat, PAN, dan PPP. Jika diandaikan perolehan kursi Pileg 2019 tidak berubah, petahana akan cukup berat mempertahankan kursinya.
Modal sebagai petahana tidak menjamin kemenangan di dapil yang mencakup Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Enrekang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Tana Toraja, Toraja Utara, Pinrang, dan Kota Palopo ini.
Penantang yang merupakan wajah baru datang dari mantan penguasa daerah. Sebut saja mantan Bupati Sidrap sekaligus Ketua DPW Nasdem, Rusdi Masse Mappasessu. La Tinro La Tunrung, mantan Bupati Enrekang dari Gerindra, dan mantan cagub Sulsel Agus Arifin Nu’mang sama-sama masuk arena di bawah panji Gerindra.
Kursi Fraksi Gerindra yang saat ini diduduki oleh Felicitas Tallulembang diperebutkan dua politisi kawakan, yakni La Tinro La Turnung dan Agus Arifin. Posisi Felicitas cukup terancam karena dirinya belum lama berada di DPR sebagai pengganti Andi Nawir sejak 3 Oktober 2017.
Modal petahana penggantian antarwaktu (PAW) juga dialami Abubakar Wasahua yang menggantikan Fatmawati Rusdi sejak 18 Mei 2018. Apalagi, perolehan suara Wasahua pada Pemilu 2014 hanya 10.582 suara atau sepersembilan dari Fatmawati yang terpilih dengan 93.856 suara. Artinya, Wasahua harus mampu mendongkrak suaranya sembari bersaing dengan caleg lain dari PPP.
Pengulangan kompetisi di tingkat internal parpol seperti lima tahun lalu juga terjadi kali ini. Pada Pemilu 2014, Amran (PPP) terpilih dengan 38.501 suara, sementara Buhari Kahar Muzakar ada di peringkat kedua (33.706 suara).
Pada 17 April nanti, Buhari kembali maju dan siap menantang Amran. Pola yang sama juga terjadi di Partai Demokrat. Bahrum Daido yang sudah dua periode duduk di Senayan kembali bersaing dengan Andi Timo Pangerang yang saat itu ada di posisi kedua.
Tantangan berbeda dihadapi petahana dari Partai Nasdem, Muchtar Luthfi Mutty. Target kemenangannya terancam dengan masuknya sesama tokoh dari Luwu Utara, yakni Muhammad Fauzi (Golkar), suami dari Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani. Kemapanan dukungan untuk mantan Bupati Luwu Utara (1999-2009) ini terancam tergerus karena sumbangan suara terbesarnya (52,4 persen) didapat dari Luwu Utara.
Penantang petahana lain adalah Muhammad Fauzi, caleg wajah lama yang mencoba peruntungan dengan berpindah dari Gerindra ke Golkar. Di Golkar, Fauzi akan menghadapi Andi Fauziah. Pada pemilu lalu, perolehan suara Andi Fauziah (96.330 suara) unggul tiga kali lipat daripada raihan suara Muhammad Fauzi (31.992 suara). Sebagai peraih suara terbanyak, Andi Fauziah adalah petahana yang cukup kokoh.
Melihat peta persaingan para caleg di dapil Sulsel III, sangat terbuka kemungkinan bagi petahana untuk ditumbangkan oleh para penantang. Dari enam petahana yang kembali berlaga, hanya satu orabf yang di atas kertas berada di posisi kokoh. Pertarungan di dapil ini masih terbuka dan akan cukup ketat. (LITBANG KOMPAS)