Lomba lari Mandiri Jogja Marathon 2019 akan menghadirkan sejumlah perubahan dibandingkan penyelenggaraan lomba tahun-tahun sebelumnya.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS – Lomba lari Mandiri Jogja Marathon 2019 menghadirkan sejumlah perubahan dibandingkan dengan penyelenggaraan sebelumnya. Tahun ini, lomba lari yang diselenggarakan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu diwarnai perubahan rute serta hadirnya berbagai fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan para pelari.
Direktur Lomba Mandiri Jogja Marathon, Pandu Buntaran, menjelaskan, perubahan rute tersebut antara lain dilakukan pada kategori full marathon atau sejauh 42,195 kilometer. “Rute untuk full marathon diperbarui sekitar 20 persen,” katanya dalam konferensi pers Mandiri Jogja Marathon 2019, Kamis (4/4/2019), di Sleman.
Mandiri Jogja Marathon merupakan lomba lari yang diselenggarakan sejak tahun 2017 di Sleman. Lomba yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri dan Pemerintah Daerah DIY itu mengambil lokasi start dan finis di sekitar Candi Prambanan. Selain Candi Prambanan, para peserta juga akan melewati sejumlah candi lain, yakni Candi Plaosan, Candi Sewu, dan Candi Bubrah.
Mandiri Jogja Marathon akan digelar pada 28 April 2019, dan diikuti sekitar 7.500 pelari yang berasal dari sembilan negara. Selain Indonesia, terdapat peserta dari Kenya, Malaysia, China, Perancis, India, dan sebagainya. Mereka berlomba dalam empat kategori, yakni full marathon, half marathon (21 km), 10 km, dan 5 km.
Pandu memaparkan, perubahan rute di kategori full marathon dilakukan agar para peserta Mandiri Jogja Marathon bisa berlari di jalan yang lebih lebar dan kualitas yang lebih bagus. Dengan begitu, para peserta bisa berlari dengan lebih nyaman dan tidak berdesak-desakan. “Kami coba meningkatkan kenyamanan, khususnya untuk peserta asing,” ujarnya.
Selain kategori full marathon, perubahan rute juga dihadirkan pada kategori 10 km. Menurut Pandu, pada Mandiri Jogja Marathon 2019, rute kategori 10 km berubah 100 persen dibandingkan dengan penyelenggaraan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar pelari kategori full marathon dan half marathon tidak bertemu dengan peserta kategori 10 km di jalur yang sama.
Tahun lalu, peserta kategori full marathon dan half marathon harus berbagi jalur dengan pelari kategori 10 km, terutama di bagian akhir. Kondisi itu kurang ideal karena membuat laju para pelari full marathon dan half marathon menjadi terhambat.
“Ini agar teman-teman pelari kategori full marathon dan half marathon menjadi nyaman, tidak perlu zig-zag. Jadi mereka dapat melaju dengan nyaman sampai garis finis,” ungkap Pandu.
Pandu menambahkan, panitia telah menyiapkan petugas dan beragam fasilitas untuk menjamin kenyamanan para pelari yang berpartisipasi dalam Mandiri Jogja Marathon 2019. Dalam lomba kali ini, akan ada 340 orang petugas marshall atau penunjuk rute, 120 petugas keamanan lomba, 21 water station atau pos minum, serta 20 mobil ambulans yang berjaga.
Panitia juga akan menghadirkan water sprinkle atau fasilitas penyemprot air untuk para peserta. Fasilitas itu dibutuhkan untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada para pelari. “Tahun ini kita ada penambahan water sprinkle. Tahun lalu hanya ada dua, tahun ini ada delapan water sprinkle yang kita sebar di sepanjang rute,” ujar Pandu.
Untuk mencegah kemungkinan dehidrasi, penyelenggara Mandiri Jogja Marathon juga akan menyediakan es batu dan spons basah untuk membasahi tubuh para pelari. Guna mengantisipasi adanya peserta yang sakit, panitia juga menjalin kerja sama dengan tujuh rumah sakit rujukan yang siap memberi perawatan.
Luar Yogyakarta
Vice President Corporate Communications Bank Mandiri, Rudi As Aturridha, mengatakan, dari sekitar 7.500 peserta Mandiri Jogja Marathon 2019, sebanyak 85 persen di antaranya berasal dari luar DIY. “Kalau tahun lalu, masih sekitar 50 sampai 60 persen yang dari luar Yogyakarta. Sekarang sudah 85 persen yang dari luar Yogyakarta,” ujarnya.
Dengan komposisi peserta seperti itu, Mandiri Jogja Marathon 2019 diharapkan bisa memberi dampak ekonomi yang lebih besar terhadap wilayah DIY. Sebab, para peserta dari luar DIY kemungkinan besar tidak hanya mengikuti lomba lari, tetapi juga berkunjung ke obyek wisata, warung makan, dan toko oleh-oleh di DIY. “Beberapa hotel rekanan kita juga sudah mulai kebanjiran orderan kamar,” kata Rudi.
Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo mengatakan, Mandiri Jogja Marathon bukan hanya lomba lari, tetapi juga menjadi kegiatan sport tourism (pariwisata olahraga). Oleh karena itu, lomba lari tersebut diyakini akan ikut meningkatkan kunjungan wisatawan ke DIY. “Mandiri Jogja Marathon menggabungkan olahraga, pariwisata, dan budaya,” ujarnya.