Bank Sampah Jadi Indikator Kepedulian Pemilahan Sampah
Pengelolaan bank sampah menjadi indikator kepedulian warga dalam memilah sampah. Kepedulian tersebut dibutuhkan untuk mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Pengelolaan bank sampah menjadi indikator kepedulian warga dalam memilah sampah. Kepedulian tersebut dibutuhkan untuk mengurangi sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir atau TPA.
Direktur PD Kebersihan Kota Bandung Gun Gun Saptari Hidayat di Bandung, Rabu (3/4/2019) menyatakan, saat ini nasabah bank sampah yang terdata di perusahaan daerah ini mencapai 3.000 peserta. Angka ini meningkat pesat selama tiga bulan terakhir. Di awal tahun 2019, jumlah nasabah hanya sekitar 800 peserta.
Pertumbuhan bank sampah, tutur Gun, membuat jumlah sampah yang dibawa ke TPA tidak sebanyak yang dihasilkan. Ia memaparkan, Kota Bandung menghasilkan sampah mencapai 1.500 ton per hari. Namun, sampah yang dibawa ke TPA Sarimukti berkisar 1.200 ton.
“Kemungkinan sampah yang tidak diangkut ke TPA itu dibawa ke bank sampah dan didaur ulang. Hal ini tentu meringankan kerja petugas dan mengurangi penumpukan di TPA. Kami akan terus mencoba membiasakan warga untuk memilah sampah,” ujarnya saat ditemui dalam Sarasehan Tahunan Pengurus Unit Bank Sampah Hijau Lestari.
Kemungkinan sampah yang tidak diangkut ke TPA itu dibawa ke bank sampah dan didaur ulang. Hal ini tentu meringankan kerja petugas dan mengurangi penumpukan di TPA. Kami akan terus mencoba membiasakan warga untuk memilah sampah
Menurut Gun, lebih dari 30 persen sampah yang dihasilkan di Bandung merupakan barang-barang yang bisa didaur ulang dan bernilai ekonomis. Karena itu, tutur Gun, perlu adanya kesadaran masyarakat dalam memilah sampah mulai dari keluarga. Tidak hanya untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dengan memberikan sampah-sampah daur ulang tersebut.
Gun menjelaskan, butuh waktu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah sampah. Karena itu, program pemerintah dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat diperlukan. Tidak hanya bisa memilah sampah, pemerintah juga mengingatkan warga sehingga menjadi budaya kebersihan di dalam masyarakat.
Karena itu, tutur Gun, Pemerintah Kota Bandung mengeluarkan Program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan). Program ini akan membentuk kesadaran warga dengan memberikan daerah-daerah yang menjadi zona percontohan untuk pengolahan sampah mandiri hingga pengaturan bank sampah.
“Tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga lembaga-lembaga dan kelompok masyarakat bisa mendorong kebiasaan pemilahan sampah di masyarakat. Mereka berperan dalam memecahkan permasalahan sampah Bandung ini,” ujarnya.
Ketua Direktur Bank Sampah Induk Hijau lestari Elis Solihat menyatakan, lembaga ini mulai memberikan layanan bank sampah sejak akhir tahun 2012. Lembaga ini telah memiliki 151 unit bank sampah yang tersebar di 21 kecamatan di Kota Bandung dengan nasabah mencapai 3.800 peserta.
Elis menuturkan, Bank Sampah Hijau Lestari mengolah sampah hingga 2 ton per hari dengan menggunakan dua alat pencacah. “Setiap unit diurus oleh tiga hingga delapan relawan. Jadi tidak hanya mengumpulkan sampah daur ulang, kami juga memberikan penyuluhan dan mendorong masyarakat untuk mengumpulkan sampah daur ulang seperti plastik dari pada membuang sampah tersebut,”ujarnya.
Walikota Bandung Oded M Danial yang turut hadir dalam sarasehan tersebut menilai lembaga ini membantu pemerintah kota dalam mewujudkan masyarakat yang peduli sampah. Selain itu, omzet Bank Sampah Hijau Lestari yang mencapai Rp 300 juta per bulan ini membuktikan nilai ekonomis dari sampah daur ulang yang bisa menajdi penghasilan tambahan dari warga.
Oded berharap, regulasi yang telah dicanangkan oleh pemerintah dapat disambut positif oleh seluruh instrumen masyarakat, terutama mengenai penegakan budaya peduli pemilahan sampah. “Ini membuktikan bahwa warga Bandung itu inovatif. Dengan konsep sederhana Kang Pisman, Hijau Lestari bisa menjalankan sistem bank sampah,” tuturnya.