Materi yang muncul dalam debat pemilihan presiden, perlu disebarkan melalui berbagai metode kampanye. Selain bagian dari pendidikan politik, hal ini juga akan mengikat calon dengan janjinya.
JAKARTA, KOMPAS - Paparan para kandidat dalam debat pemilihan presiden-wakil presiden di Pemilu 2019, perlu didetailkan dan disebarkan melalui metode kampanye lainnya, seperti rapat umum maupun pertemuan tatap muka terbatas. Selain sebagai bagian dari pendidikan politik, khususnya dalam memberi bekal bagi pemilih saat menggunakan haknya pada 17 April 2019, langkah itu juga akan semakin mengikat kandidat terpilih dengan janji yang disampaikannya saat debat atau kampanye.
Hingga Minggu (31/3/2019), sudah digelar empat debat pemilihan presiden-wakil presiden. Debat kelima atau terakhir, akan diselenggarakan pada 13 April. Hari itu, juga merupakan hari terakhir masa kampanye,
Debat kelima yang akan diikuti capres dan cawapres, mengambil tema ekonomi dan kesejahteraan sosial, keuangan dan investasi, serta perdagangan dan industri.
Dalam empat kali debat sebelumnya yang membahas 19 kelompok tema, para kadidat sudah melontarkan komitmen serta program. Capres-cawapres relatif sudah menyentuh isu-isu terkait tema debat yang dianggap paling penting publik, berdasar empat kali survei Litbang Kompas jelang debat.
Dalam debat pertama, tawaran yang muncul terkait program pemberantasan korupsi, antara lain berupa penguatan kelembagaan penegak hukum, serta rekrutmen aparatur yang transparan. Di debat kedua, terkait isu pangan, muncul tawaran harga pangan terjangkau, stabilitas harga pangan, pengurangan impor, dan penghasilan lebih bagi petani dan nelayan.
Sementara itu, di debat ketiga, dalam isu pendidikan, kandidat menawarkan pengembangan riset, beasiswa, penggantian sistem ujian nasional dengan penjurusan minat, dan program menyambung kebutuhan dunia pendidikan dan dunia kerja.
Dalam debat keempat, terkait isu ideologi misalnya, kedua capres sama-sama menegaskan komitmen terus menjaga Pancasila sebagai ideologi bangsa. Terkait cara, muncul tawaran pendidikan Pancasila sejak dini, serta pendidikan melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Sejalan
Catatan Kompas, narasi yang disampaikan kedua pasang capres-cawapres salam kampanye rapat umum yang berlangsung sepekan terakhir, sebagian telah sejalan dengan materi yang mereka kemukakan saat debat. Namun, penyampaiannya masih mencakup isu permukaan dan belum mendetail.
Pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, misalnya, dalam kampanye rapat umum banyak mengemukakan janji tentang pembangunan infrastruktur, pemaparan program tiga kartu kesejahteraan sosial atau yang dikenal dengan sebutan "Kartu Sakti Jokowi". Selain itu, juga muncul ajakan melawan hoaks, menggunakan hak pilih, serta menjaga persatuan dan keberagaman.
Ajakan menjaga persatuan dan toleransi juga disampaikan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dalam kampanye di berbagai daerah. Pasangan ini juga sering berjanji untuk memberantas kemiskinan dan menyejahterakan masyarakat, seperti lewat menurunkan tarif listrik dan harga kebutuhan pokok di 100 hari pertama memerintah, menciptakan lapangan pekerjaan lebih luas, dan memberantas korupsi.
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Noory Okthariza kemarin di Jakarta, menuturkan, capres-cawapres perlu menjabarkan gagasan yang disampaikan di empat debat dalam kampanye terbuka. Tim sukses dan sukarelawan juga perlu dioptimalkan untuk menyampaikan detail program dalam kampanye dari pintu ke pintu.
Hanya saja, Guru Besar Ilmu Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Karim Suryadi menilai, kampanye rapat terbuka cenderung lebih banyak bernuansa emosional daripada detail memaparkan mengenai peta jalan yang dituju oleh kandidat.
Padahal, peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Firman Noor mengatakan, penyampaian narasi yang konsisten saat debat maupun kampanye, penting dilakukan agar semua lapisan masyarakat menerima informasi yang utuh dan sejalan. Ini karena tidak semua warga menonton debat dan membaca dokumen visi-misi. Tidak semua warga juga hadir saat kampanye akbar di wilayahnya.
“Oleh karena itu, idealnya narasi yang disampaikan di berbagai forum harus satu kesatuan dan berangkat dari platform yang sama, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan konteks warga di daerah yang didatangi,” katanya.
Namun, Direktur Kampanye Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin Beni Ramdani mengatakan, ada perbedaan karakteristik antara kampanye rapat umum dengan debat pemilihan presiden, maupun forum penyampaian narasi visi-misi dan program lainnya. Kampanye rapat umum, ujarnya, memang berfungsi sebagai momentum perayaan dan unjuk glorifikasi di berbagai daerah.
"Hal itu membuat di jadwal kampanye akbar, kami memang tidak mengeksplor lebih luas apa yang menjadi visi-misi dan janji-janji yang disampaikan saat debat," katanya.
Secara terpisah, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade, menyatakan, kader Partai Gerindra dan sukarelawan bersama-sama mengampanyekan program kerja Prabowo-Sandi ke masyarakat di daerah.
Upaya tersebut, lanjut Andre, antara lain dilakukan melaui pertemuan tatap muka dengan masyarakat di tempat umum, seperti pasar, hingga kunjungan dari rumah ke rumah.