Produksi Tuna Meningkat, Indonesia Menjadi Pemain Utama Industri Tuna Global
Oleh
Ayu Pratiwi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia menjadi salah satu penghasil dan eksportir tuna terbesar di dunia. Produksi tuna Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, terutama karena kebijakan pemberantasan penangkapan ikan ilegal yang masif dilakukan pemangku kepentingan terkait.
Berkat kebijakan itu, nelayan kecil pun berkontribusi cukup besar pada produksi tuna di Indonesia. Para nelayan dapat menikmati tangkapan di perairan sendiri.
Berdasarkan data Komisi Perikanan Kawasan Samudra Pasifik Barat dan Tengah (WCPF) tahun 2017, Indonesia merupakan negara terbesar penghasil tuna nomor satu di dunia di wilayah perairan tersebut. Pada tahun itu, produksi tuna di Indonesia 466.269 ton atau 18,2 persen dari produksi global.
Negara besar penghasil tuna lainnya adalah Papua Niugini (304.478 ton), Jepang (285.981 ton), dan Korea Selatan (265.540 ton). Secara global, produksi tuna pada 2017 di Samudra Pasifik Barat dan Tengah sebanyak 2.557.159 ton. Produksi tersebut mencakup ikan tuna jenis albakora, mata besar, cakalang, dan sirip kuning.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat, produksi tuna Indonesia pada 2017 sebanyak 760.781 ton. Angka itu meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2016, produksi tuna Indonesia 714.148 ton dan berhasil memasok lebih dari 16 persen total produksi dunia. Pada 2015, produksinya 670.512 ton.
”Peningkatan produksi tuna di Indonesia merupakan hasil dari kebijakan pemberantasan penangkapan ikan ilegal yang masif dilakukan KKP. Kebijakan itu dilakukan baik melalui moratorium kapal asing, penangkapan, maupun penenggelaman kapal ilegal yang masuk ke wilayah Indonesia," kata Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Zulficar Mochtar melalui pesan tertulis yang diterima Kompas, Jumat (29/3/2019).
Zulfikar menambahkan, kebijakan itu berkontribusi terhadap produktivitas nelayan skala keci. Sebab, nelayan menjadi lebih mudah menangkap ikan. ”Perikanan skala kecil berkontribusi cukup besar terhadap produksi tuna di Indonesia, terutama di perairan teritorial dan kepulauan,” ucap Zulficar.
Perikanan skala kecil berkontribusi cukup besar terhadap produksi tuna di Indonesia, terutama di perairan teritorial dan kepulauan.
KKP mencatat, pada 2014, tangkapan ikan dari alat tangkap skala kecil berupa pancing ulur atau hand line sebanyak 15.634 ton. Pada 2015, angka itu melonjak dua kali lipat menjadi 33.411 ton.
Ekspor tuna Indonesia
Sebagai penghasil tuna tertinggi di dunia, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemain utama di pasar tuna internasional. KKP mencatat, volume ekspor tuna Indonesia pada 2017 sebanyak 198.131 ton dengan nilai 659,99 juta dollar AS.
Atuna, platform daring berita tentang industri tuna, menunjukkan, Indonesia merupakan negara eksportir nomor enam di dunia. Pada 2017, Indonesia mengekspor 76.752 ton tuna.
Adapun Thailand merupakan eksportir tuna terbesar pertama dengan 484.414 ton. Selanjutnya diikuti Ekuador (218.731 ton), Filipina (111.106 ton), Spanyol (95.705 ton), dan China (91.081 ton).
Aspek keberlanjutan
Zulficar mengungkapkan, sebanyak 90 persen sumber daya ikan secara global telah dieksploitasi sepenuhnya secara berlebihan. Sementara kebutuhan ikan terus meningkat, baik secara lokal maupun internasional.
”Praktik dan penggunaan alat tidak ramah lingkungan tidak boleh dilakukan. Selain mengganggu ekologi sumber daya, hal itu juga berdampak negatif terhadap ekonomi masyarakat dan berpotensi menyebabkan konflik sosial,” kata Zulficar.
Agar lebih ramah lingkungan, lanjut Zulficar, jenis alat tangkap ikan mulai disesuaikan sejak beberapa tahun lalu. Jumlah penggunaan alat tangkap ikan skala besar berjenis pukat cincin atau purse seine di wilayah pengelolaan perikanan 716 (Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera) serta 717 (Laut Sulawesi dan Laut Halmahera) telah dikurangi. Pada 2014, sebanyak 43.374 ton tuna ditangkap dengan purse seine. Pada 2015, angka itu berkurang menjadi 34.604 ton.