Sebanyak 4.358 pelajar terkena dampak banjir bandang yang melanda Kabupaten Jayapura, Papua, pada 16 Maret lalu. Para pelajar tersebut memerlukan bantuan untuk kembali melanjutkan pendidikan.
Oleh
Fabio Costa
·3 menit baca
SENTANI, KOMPAS - Sebanyak 4.358 pelajar terkena dampak banjir bandang yang melanda Kabupaten Jayapura, Papua, pada 16 Maret lalu. Jumlah ini kemungkinan masih bertambah karena pendataan belum mencakup semua wilayah terdampak. Para pelajar tersebut memerlukan bantuan untuk kembali melanjutkan pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura Alpius Toam di Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu (27/3/2018), mengatakan, para pelajar terdampak banjir itu tersebar di 24 sekolah dari jenjang sekolah dasar hingga menengah atas.
Jumlah tersebut merupakan hasil pendataan sementara di enam distrik (setingkat kecamatan) dari total 12 distrik yang terkena banjir bandang di Kabupaten Jayapura. "Kemungkinan jumlah pelajar yang terkena dampak banjir bandang akan bertambah karena proses pendataan belum tuntas hingga 12 distrik tersebut," kata Alpius.
Ia menuturkan, para siswa membutuhkan bantuan buku tulis, buku pelajaran, dan seragam sekolah. Barang-barang itu tak dapat diselamatkan saat terjadi banjir bandang. "Kami membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, untuk meringankan beban para pelajar ini," ujarnya.
Terkait bangunan sekolah, Alpius menuturkan, terdapat dua sekolah yang rusak akibat banjir bandang di Sentani, ibu kota kabupaten. Para siswanya pun untuk sementara dipindahkan ke sekolah lain. Selain itu, ada pula tiga sekolah dasar yang tergenang air akibat luapan Danau Sentani. Para siswa juga dipindahkan ke sekolah lain.
Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita mengunjungi salah satu posko pengungsian di Kabupaten Jayapura, yakni Stadion Bas Youwe, Rabu. Dalam kesempatan itu, Agus menyerahkan bantuan Kemensos bagi para korban banjir bandang senilai total Rp 4,3 miliar.
Bantuan itu terdiri dari bantuan logistik dan santunan ahli waris. Santunan ahli waris dibagi menjadi dua tahap. Setiap ahli waris akan mendapat santunan sebesar Rp 15 juta.
Adapun bantuan logistik di antaranya terdiri dari makanan siap saji dan lauk pauk, makanan anak, tenda serbaguna, kasur, peralatan keluarga, peralatan dapur, selimut, paket sandang, serta perlengkapan Tagana (taruna siaga bencana).
"Negara harus hadir di tengah-tengah rakyat. Kedatangan kami hari ini untuk memastikan penanganan bencana, khususnya yang menjadi tugas Kemensos, berjalan dengan baik," tutur Agus.
Ia pun memaparkan, Kemensos bersama dinas sosial setempat dan relawan Tagana terus melaksanakan proses evakuasi, pendataan korban, membantu pembersihan, mengelola dapur umum, pendampingan pengungsi, dan menyalurkan bantuan logistik secara bertahap. Sebanyak 80 personel Tagana diturunkan dalam penanggulangan bencana tersebut.
Pemakaman korban
Sementara itu, sebanyak 20 jenazah korban banjir bandang di Kampung Harapan, Sentani, dimakamkan pada Rabu sekitar pukul 15.00 WIT. Para korban itu tidak bisa diidentifikasi karena tidak ditemukan data yang cukup.
Pemakaman dihadiri Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Papua Komisaris Besar Ramon Amimam, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Aloysius Giay, Kapolres Jayapura Ajun Komisaris Besar Viktor Mackbon, serta sejumlah tokoh masyarakat.
Aloysius Giay mengatakan, pemakaman ke-20 jenazah ini tidak menghentikan proses identifikasi DNA yang tengah berlangsung di Jakarta hingga dua pekan mendatang. "Apabila kemudian 20 jenazah ini bisa teridentifikasi, Pemprov Papua memberikan solusi bagi keluarga, yakni menggali serta memulangkan jenazah ke keluarga atau memasang papan nisan korban di makam tersebut," tuturnya.