JAKARTA, KOMPAS – PT Transportasi Jakarta terus berupaya menambah pelayanan program Jak Lingko dengan membebaskan syarat bagi warga yang tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) Jakarta. Hal tersebut dilakukan agar jangkauan penumpang semakin luas untuk menggunakan transportasi publik.
Direktur Pelayanan dan Pengembangan PT Transjakarta Achmad Izzul Waro, Selasa (26/3/2019) mengatakan, program Jak Lingko tidak hanya menyasar warga pemegang KTP Jakarta. Warga yang tidak memiliki KTP Jakarta juga bisa bergabung dengan program Jak Lingko.
“Semakin banyak yang memegang kartu Jak Lingko artinya semakin banyak yang akan menggunakan transportasi publik. Oleh karena itu, kami tidak membedakan warga yang ber-KTP Jakarta atau bukan, siapa saja boleh beli kartu Jak Lingko. Pemegang kartu Jak Lingko tidak perlu membayar naik angkot yang berstiker Jak Lingko,” Kata Izzul.
Izzul mengatakan, seiring pembukaan rute baru untuk angkot dan Transjakarta, serta beroperasinya MRT dan LRT, saat ini kartu Jak Lingko sudah terjual lebih dari 250.000 unit. Hal ini merupakan upaya untuk memperluas jaringan serta jangkauan penumpang untuk mengintegrasikan seluruh angkutan umum di Ibu Kota Jakarta.
Naura Nisa (19), mahasiswa perguruan tinggi di Jakarta asal Medan, Sumatera Utara, mengatakan, sudah menggunakan kartu Jak Lingko sejak bulan Februari atas rekomendasi temannya. Untuk mendapatkan kartu tersebut ia perlu menunggu dua hari karena saat itu sudah terjual habis.
“Saya beli Rp 30.000 plus saldo Rp 10.000. Saya naik angkot JAK03 rute Lebak Bulus-Pondok Labu gratis. Lumayan untuk anak perantauan, bisa menghemat,” kata Naura.
Sementara itu bagi Bagas Arianto (27), karyawan swasta asal Bandung, mengatakan program Jak Lingko sangat membantu bagi pendatang yang tidak memiliki KTP Jakarta. Selain kartu Jak Lingko nantinya bisa digunakan untuk moda transportasi lainnya, bagi pemegang kartu tidak perlu membayar angkot.
Bagas melanjutkan, sejak dibuka rute Pulo Gadung-Terminal Senin via Kelapa Gading (JAK 24) dan rute Rawamangun-Kelapa Gading (JAK59), ia merasa akses dan mobilitasnya terbantu. Kedua jalur tersebut melewati Stasiun LRT Kelapa Gading dan menuju Halte Pemuda Rawamangun. “Selain gratis, juga langsung terintegrasi ke moda transportasi publik lainnya, terutama Halte Pemuda Rawamangun yang biasa saya gunakan,” lanjutnya.
Program Jak Lingko tidak hanya dirasakan oleh penumpang pemegang kartu Jak Lingko. Para sopir angkot yang tergabung di program Jak Lingko juga merasa beruntung karena mendapat perhatian lebih. Seperti yang dituturkan Purwanto (37), sopir angkot JAK59 dan Heru Setiadi (30), sopir angkot JAK24.
Sejak bergabung dengan Jak Lingko, mereka tidak perlu khawatir dikejar setoran, karena mereka sudah mendapat gaji sebesar upah minimum regional ditambah jaminan sosial, pemeriksaan kesehatan setiap tahun, dan anaknya mendapat program prioritas untuk Kartu Jakarta Pintar plus.
“Senang sekali, program Jak Lingko menyentuh para sopir. Ini jauh lebih baik, tidak perlu khawatir untuk mengejar setoran. Kami digaji sebesar UMR Jakarta. Kami merasa mendapatkan perhatian, untuk itu kami siap melayani penumpang,” kata Purwanto.
Izzul mengatakan, program Jak Lingko dengan menggandeng angkot memiliki peran penting sebagai integrasi rute dan mencegah angkot ngetem di sembarang tempat yang dapat menimbulkan kemacetan. Dari program Jak Lingko ada 9 operator dengan total sekitar 700 angkot Yang sudah bergabung.
“Kami berharap ke depan semakin banyak angkot yang bergabung dengan Program Jak Lingko,” lanjut Izzul.