JAKARTA, KOMPAS — Forum Pegiat Media Sosial Independen mengajak masyarakat untuk melawan penyebaran kabar bohong atau hoaks di dunia maya. Sikap kritis sebelum membagikan informasi dibutuhkan agar tidak menimbulkan keriuhan dan perpecahan.
Hal itu mengemuka dalam acara ”Deklarasi Aksi Kebangsaan Konten Narasi Positif Bersama FPMSI dan Para Warganet demi Pemilu Damai Tanpa Hoax” di Jakarta, Minggu (24/3/2019). Sebagai bentuk dukungan atas gerakan itu, ada lebih dari 1.000 orang yang membubuhkan tanda tangan di atas spanduk seluas 32 meter persegi.
Ketua Forum Pegiat Media Sosial Independen (FPMSI) Hafyz Marshal mengatakan, masyarakat saat ini perlu berhati-hati dalam mencerna informasi yang tersebar di dunia maya, khususnya informasi terkait dengan kontestasi politik. Ia menilai, konten-konten negatif yang saling menjatuhkan antarkedua kubu dapat membuat perpecahan di antara masyarakat.
Untuk menjaga persatuan bangsa, Hafyz bersama para relawan FPMSI terus memproduksi konten positif yang meluruskan hoaks itu. Misalnya, lewat video blog (vlog) yang disebarkan di Youtube, narasi berupa tulisan di blog dan media sosial, komik, dan poster bergambar.
”Kami berharap agar semakin banyak masyarakat yang terlibat dalam menyebarkan narasi positif terkait dengan pemilu. Penting untuk melawan hoaks politik berpengaruh dalam keberlanjutan kepemimpinan nasional yang mengedepankan rasa persatuan bangsa,” ujar Hafyz.
Jaga persatuan
Ketua panitia acara deklarasi Rusdil Fikri berharap, lewat deklarasi ini, masyarakat dapat bersatu dan bersinergi menciptakan harmoni perdamaian di lingkungan masyarakat ataupun di dunia maya.
”Meski berbeda dalam pilihan politik, kita harus bekerja sama dalam menjaga persatuan untuk kemajuan bangsa. Melawan hoaks untuk kemenangan bersama,” ujarnya.
Menurut Rusdil, gerakan melawan hoaks itu membutuhkan konsistensi dalam berliterasi. Ia optimistis, apabila per hari setiap orang mengunggah konten positif minimal tiga, itu dapat memberikan dampak positif.
”Perlu melakukan literasi dalam berbagai bentuk kreativitas yang mempromosikan keunggulan-keunggulan bangsa sebagai wujud mencintai bangsa dan aktif menjaga persatuan bangsa,” kata Rusdil.
Bentuk nyata
Karyawan swasta Claudia Natalia (20) turut mendukung gerakan ini. Ia berharap agar masyarakat terus melawan hoaks dengan berbuat nyata. Misalnya, meluruskan hoaks yang beredar di WhatsApp Group dengan membagikan informasi berbasis data yang tepercaya.
Hal senada dikatakan Pungky (24), mahasiswa di universitas swasta Jakarta. Ia merasa perlu ada tindakan nyata di dunia maya dalam melawan hoaks, antara lain menjadi penengah saat ada kegaduhan di media sosial.
”Sudah terlalu jenuh dengan kondisi hoaks terkait dengan politik, masyarakat perlu mengecek terlebih dulu sebelum menyebarkannya,” ucapnya.