Anak ”Down Syndrome” Butuh Penerimaan dan Perlakuan Sama
Peringatan Hari Down Syndrome Sedunia menjadi salah satu bentuk perhatian pada anak-anak penderita kelainan kromosom yang menyebabkan keterbatasan fisik dan mental itu. Anak-anak berkebutuhan khusus harus diterima, dimengerti, dicintai, serta didukung untuk menjadi pribadi mandiri dan berprestasi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Peringatan Hari Down Syndrome Sedunia menjadi salah satu bentuk perhatian pada anak-anak penderita kelainan kromosom yang menyebabkan keterbatasan fisik dan mental itu. Anak-anak berkebutuhan khusus harus diterima, dimengerti, dicintai, serta didukung untuk menjadi pribadi mandiri dan berprestasi.
Bertema ”Anak Down Syndrome Hebat”, di acara yang digelar Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (24/3/2019), anak-anak down syndrome menunjukkan bisa berkarya seperti anak-anak lainnya. Mereka mampu mewarnai, menari, dan membuat kerajinan tangan berupa gelang manik-manik.
Turut hadir dalam acara peringatan itu Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina beserta istrinya, Siti Wasilah. Selain itu, ada juga Asisten 1 Bidang Pemerintahan Pemprov Kalsel Siswansyah dan Kepala Kejaksaan Tinggi Kalsel Ade Adhyaksa.
Ketua Pusat Informasi dan Kegiatan Persatuan Orang Tua Anak Down Syndrome Kalimantan Selatan Hebat (ADS Kalsel Hebat) Sigit Bayuadhi mengatakan, anak-anak down syndrome bisa dan mampu berkarya seperti anak-anak lainnya. Namun, mereka perlu perhatian dan dukungan lebih.
”Down syndrome bukanlah sesuatu yang tidak baik tapi sebuah anugerah. Untuk itu, terimalah anak kami, cintailah, dan beri perlakuan yang sama supaya anak kami bisa jadi pribadi yang mandiri, bermartabat, dan berketuhanan,” katanya.
Menurut Sigit, anak-anak down syndrome memang berbeda dari anak-anak lainnya, tetapi mereka ada tidak untuk dibedakan. ”Perhatian dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan sangat diperlukan,” ujarnya.
Di bidang pendidikan, pemerintah kabupaten/kota perlu menambah jumlah sekolah inklusi agar anak-anak down syndrome bisa berbaur dengan anak-anak lainnya. Sekolah inklusi menjadi pilihan karena keterbatasan daya tampung sekolah luar biasa (SLB).
”Di bidang kesehatan, kami berharap rumah sakit umum daerah (RSUD) di kabupaten/kota menyediakan layanan terapi wicara. Itu sangat penting bagi anak kami agar bisa berkomunikasi. Saat ini, terapi wicara hanya ada di RSUD Ulin Banjarmasin,” katanya.
Setiap orangtua yang memiliki anak down syndrome, lanjut Sigit, wajib merawat anaknya dengan baik supaya perkembangannya bisa mendekati sempurna. ”Saya selalu mohon doa dan dukungan agar anak-anak kami bisa bertumbuh kembang menjadi anak yang mandiri, gembira, bahagia, dan berprestasi. Kami yakin bahwa anak down syndrome itu hebat,” tuturnya.
Sejuta asa
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor dalam sambutan tertulis yang dibacakan Siswansyah mengatakan, sikap dan penerimaan yang baik pada anak down syndrome akan menghadirkan sejuta asa bahwa mereka juga bisa berkarya dan memiliki harapan seperti anak-anak lainnya. Perhatian dan perlakuan yang sama dari lingkungan sekitarnya akan menunjang tumbuh kembang mereka.
”Kami sangat mengapresiasi keberadaan ADS Kalsel Hebat sebagai sebuah gerakan yang memberikan perhatian khusus pada anak down syndrome. Harapannya, anak-anak itu memiliki motivasi yang kuat untuk tampil sebagai insan yang mampu berperan untuk dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara,” katanya.
Pemkot Banjarmasin, menurut Ibnu Sina, sudah menghadirkan sekolah-sekolah inklusi sehingga anak-anak berkebutuhan khusus seperti down syndrome bisa berbaur dengan anak-anak lainnya, tanpa dibedakan. Di Banjarmasin, saat ini setidaknya ada 55 sekolah inklusi, mulai dari TK atau PAUD hingga SMA.
”Kami berharap orang tua yang memiliki anak down syndrome tetap bangga dan yakin pada kemampuan anaknya. Mudah-mudahan dengan perlakuan khusus, anak-anak itu bertumbuh kembang dengan baik dan jadi harapan keluarga,” katanya.