Pertimbangan utama memilih pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilu 17 April nanti masih lebih didasarkan pada sosok capres ketimbang cawapres. Peran cawapres di panggung Pemilu 2019 belum cukup kuat mengakumulasi dukungan bagi capresnya.
Ma’ruf Amin, Ra’is Am Nahdlatul Ulama dan juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, diumumkan sebagai cawapres mendampingi Joko Widodo pada 9 Agustus 2018. Sementara itu, sebelum dinyatakan sebagai cawapres pendamping Prabowo Subianto, Sandiaga Salahuddin Uno adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta pendamping Anies Baswedan hasil Pilkada 2017.
Hingga saat ini, dampak elektoral kehadiran kedua cawapres itu masih di bawah sosok capres. Hal itu terlihat dari hasil survei Litbang Kompas 22 Februari-5 Maret 2019. Hasil dari survei yang dilakukan sebelum pelaksanaan debat III Pemilu 2019, yang mempertemukan kedua cawapres pada 17 Maret lalu, itu menunjukkan, terkait alasan memilih pasangan calon, sebanyak 71,9 persen menyatakan memilih karena sosok capres. Sementara alasan karena sosok cawapres hanya dinyatakan 9,5 persen responden.
Menginjak bulan keenam masa kampanye yang dimulai 23 September 2018, survei menunjukkan, sosok dan kehadiran cawapres mendapat sambutan dan dukungan positif di setiap kubu. Bagi pendukung pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, kehadiran Amin menambah keyakinan mereka memenangi pemilu. Sebanyak 89,7 persen responden pendukung Jokowi menyatakan yakin dan makin yakin memilih Jokowi yang berpasangan dengan Amin.
Begitu juga bagi pendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, kehadiran Sandi meningkatkan keyakinan menuju jalan kemenangan. Ada 92,6 persen responden pendukung Prabowo yang mengaku yakin memilih Prabowo setelah berpasangan dengan Sandi.
Jika melihat sejauh mana cawapres berperan meningkatkan elektabilitas, peran Sandi cenderung lebih tinggi dibandingkan Amin. Di kelompok pemilih Prabowo-Sandi, sebanyak 16,7 persen responden memilih karena faktor Sandi. Sementara di kelompok pemilih Jokowi-Amin, pilihan yang didasarkan oleh faktor Amin sebesar 5,4 persen.
Kontestasi
Dilihat dari profil pendukung kedua cawapres, dari sisi usia, tidak terlihat perbedaan antara profil pendukung Amin dan Sandi. Perbedaan terjadi di tingkat pendidikan pemilih. Pendukung Sandi mayoritas berpendidikan menengah dan tinggi (65,8 persen), sedangkan pendukung Amin terbanyak adalah berpendidikan menengah ke bawah (87,4 persen).
Dari segi kesukaan terhadap cawapres, terekam bahwa mereka yang berusia di atas 53 tahun (generasi baby boomer dan silent generation) cenderung lebih menyukai Amin. Adapun responden dari usia 17 hingga 52 tahun (generasi Z hingga generasi X) condong lebih menyukai Sandi.
Jika kedua cawapres diperhadapkan, Sandi cenderung lebih mencuri perhatian responden. Sandi disukai 40,4 persen responden, sedangkan Amin disukai 37,4 persen responden.
Dilihat dari tabulasi silang, ada pemilih pasangan 01 yang menyukai Sandi dan sebaliknya, juga ada pemilih pasangan 02 yang menyukai Amin. Sebanyak 13,5 persen dari pemilih Jokowi-Amin menyukai Sandi. Sementara di antara pemilih Prabowo-Sandi ada 4,4 persen yang menyukai Amin.
Tiga faktor utama yang menjadi alasan kesukaan kepada Sandi adalah latar belakang pendidikan (21,7 persen), usia tergolong muda (18,2 persen), dan kemampuannya dalam berkomunikasi (17,1 persen).
Adapun faktor utama yang menjadi alasan kesukaan terhadap Amin adalah latar belakangnya sebagai ulama (54 persen). Latar belakang pendidikan dan kemampuan berkomunikasi juga jadi alasan Amin disukai oleh lebih dari 8 persen responden.
Peluang
Waktu kampanye yang tersisa kurang dari satu bulan masih bisa dimanfaatkan kedua cawapres untuk menaikkan elektabilitas. Sandi masih bisa menjangkau daerah yang belum menjadi basis kekuatan mereka.
Sementara bagi Amin, keunggulannya sebagai sosok ulama sudah tidak diragukan. Demikian juga penampilannya yang banyak diapresiasi dalam Debat Cawapres 17 Maret lalu. Artinya, Amin berpeluang mengembangkan jangkauan di kalangan yang lebih luas selain ranah pesantren dan agama.
Kerja keras keduanya masih perlu dioptimalkan untuk memengaruhi elektabilitas. Bagi Sandi, kerja safari politik yang dilakukannya tentu bertujuan untuk menaikkan elektabilitas pasangan Prabowo-Sandi. Adapun bagi Amin, kerja politiknya pun diharapkan untuk meredam penurunan elektabilitas pasangan Jokowi-Amin. Hasilnya, kita tunggu 17 April 2019. (LITBANG KOMPAS)