KALIANDA, KOMPAS — Dana Kemanusiaan Kompas menyerahkan bantuan kasur untuk korban bencana tsunami Lampung di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Bantuan 537 kasur itu diterima Pelaksana Tugas Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto di Kantor Bupati Lampung Selatan di Kalianda, Kamis (21/3/2019).
”Kami mengucapkan terima kasih kepada Kompas yang peduli terhadap masyarakat. Ini sangat bermanfaat untuk masyarakat kami yang kena musibah,” kata Nanang Ermanto kepada Suyanto, anggota Badan Pengkajian Dana Kemanusiaan Kompas (DKK), yang menyerahkan bantuan itu.
Dalam pembagian bantuan kasur itu, Suyanto antara lain didampingi model dan bintang sinetron Okan Cornelius. Okan adalah produsen kasur YUKATA-INOAC tersebut dari PT Surya Mandiri Jaya. Setelah penyerahan resmi di Kantor Bupati Selatan, kasur-kasur itu disalurkan ke tiga desa di Kecamatan Rajabasa, yaitu Desa Way Muli, Way Muli Timur, dan Kunjir.
”Ke depan saya harapkan Kompas tetap eksis memberikan bantuan-bantuan yang memang sangat kami butuhkan,” kata Nanang.
Seperti dilaporkan harian Kompas, 23 Desember 2018, tsunami yang melanda pesisir Banten dan Lampung pada Sabtu (22/12/2018) terjadi tanpa didahului gempa bumi. Dari karakteristik gelombangnya, tak terbantahkan lagi bahwa ini termasuk tsunami, tetapi penyebabnya masih menjadi perdebatan. Selat Sunda pernah dilanda tsunami hingga delapan kali dengan sumber beragam, bukan hanya dari gempa.
Berdasarkan data tide gauge atau alat pemantau muka air laut di Serang, Banten, gelombang tsunami tiba paling awal di Serang, yaitu pukul 21.27 dengan ketinggian 0,9 meter. Berikutnya di Banten tiba pukul 21.33 dengan ketinggian 0,35 meter; di Pelabuhan Panjang, Lampung, pukul 21.53 dengan ketinggian 0,28 meter.
Harian Kompas pada 24 Desember 2018 melaporkan, tiga desa terparah yang diterjang tsunami di Kecamatan Rajabasa ialah Desa Kunjir, Desa Way Muli, dan Desa Way Muli Timur. Puluhan rumah yang berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai di tiga desa itu roboh dan rusak parah. Jaringan listrik terputus. Pemantauan Kompas di lokasi saat itu, puing-puing bangunan rumah berserakan di jalan. Ratusan kapal dan perahu milik nelayan setempat juga terbawa hingga puluhan meter ke darat. Begitu pula mobil-mobil ”terbang” jauh dari lokasi parkir sebelumnya.
Jazuli, warga Desa Kunjir, menuturkan, sebelum tsunami menerjang, terdengar suara gemuruh dari arah laut. Tiba-tiba gelombang besar dari laut menerjang rumahnya. Beruntung, saat itu, ia bersama istri dan dua anaknya dapat berlari ke arah kaki Gunung Rajabasa. Semalaman, warga bertahan di dalam hutan karena khawatir tsunami kembali menerjang permukiman. ”Saat ini, kami sekeluarga sudah mengungsi di rumah keluarga di Kalianda. Saya datang untuk melihat rumah. Ternyata sudah hancur,” ujarnya, waktu itu.
Menurut Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Lampung Komisaris Besar Andri Bandarsyah, hingga Minggu pukul 19.00, jumlah korban tewas yang dievakuasi 60 orang. Tim masih terus mengevakuasi korban di lokasi bencana.