JAKARTA, KOMPAS – Penanganan banjir Jakarta masih sangat tergantung pada pompa. Tahun 2019 ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar lelang senilai lebih kurang Rp 100 miliar untuk pengadaan pompa-pompa bergerak dan kelengkapannya. Pompa-pompa tua yang rusak pun tengah diperbaiki.
Lelang pengadaan pompa-pompa bergerak dan kelengkapannya terdiri dari beberapa pos tercantum dalam halaman lelang https://lpse.jakarta.go.id/eproc4/lelang.
Salah satu anggaran terbesar adalah penyediaan mobil pompa 4.000 liter senilai Rp 55,4 miliar. Selain itu juga ada penyediaan mobil pompa 10.000 liter senilai Rp 15,7 miliar dan pompa apung portable senilai Rp 1 miliar.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Sumber Daya Air Yusmada Faizal mengatakan, beberapa banjir di DKI Jakarta beberapa bulan terakhir terjadi karena pompa-pompa yang rusak. Di antaranya adalah banjir Mangga Dua, banjir Muara Angke dan banjir di Setiabudi. “Pompa-pompa itu ternyata usianya sudah 20-30 tahun,” katanya di Balaikota DKI Jakarta, Senin (18/3/2019).
Tiga pompa tersebut, kata Yusmada, saat ini tengah diperbaiki. Usianya diketahui 20-30 tahun sehingga rentan rusak. Seperti pompa di Muara Angke, dinamonya terbakar setelah lebih dari 24 jam dioperasikan untuk menanggulangi luapan air.
Perbaikan tiga pompa tersebut dilakukan tanpa tender sebab hanya perawatan biasa. Menurut Yusmada, tahun ini belum ada anggaran untuk pengadaan pompa-pompa untuk rumah pompa.
Anggaran hanya tersedia untuk pengadaan pompa-pompa bergerak yang nantinya akan disiagakan untuk mengantisipasi banjir. Saat ini, pompa-pompa air menjadi salah satu andalan DKI yang vital dalam mengatasi banjir.
Tahun ini, belum ada pengerjaan untuk penataan bantaran kali dari Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane (BBWSCC) untuk DKI Jakarta seperti tahun 2017 dan sebelumnya. Saat itu, penataan bantaran kali menjadi andalan mengatasi banjir dan dilakukan secara masif di bantaran Kali Ciliwung.
Pada 2018, anggaran program normalisasi kali berhenti setelah BBWSCC menyetop menganggarkan dana untuk program ini. Sebab, hingga akhir 2017 Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta belum bisa memastikan ketersediaan lahan.
Pada Februari lalu, Kepala BBWSCC Bambang Hidayah membenarkan ada kemajuan pembebasan lahan oleh Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta. BBWSCC mendapatkan laporan, pembebasan lahan mencapai 47.000 meter persegi lahan atau 4,7 hektar lahan. Sebagian besar lahan di Kali Ciliwung. (Kompas, 18 Februari 2019)
Meski demikian, untuk bisa menuntaskan normalisasi Ciliwung masih dibutuhkan lahan yang luas lagi. Dari 33 kilometer panjang Kali Ciliwung, yang sudah selesai dinormalisasi 16 km. sehingga masih ada 17 km lagi.