Pelabuhan Sibolga Penggerak Ekonomi Pantai Barat Sumatera
Oleh
NINA SUSILO
·4 menit baca
SIBOLGA, KOMPAS — Pelabuhan Sibolga pernah sangat sibuk dan berperan dalam perekonomian kawasan pantai barat Sumatera. Peran sebagai penggerak roda perekonomian ini diharapkan bisa hidup kembali dengan pengembangan Pelabuhan Sibolga dan pembangunan infrastruktur lain.
Pengembangan Pelabuhan Sibolga yang dikerjakan PT Pelindo I diresmikan Presiden Joko Widodo, Minggu (17/3/2019) pagi. Presiden yang didampingi Nyonya Iriana, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengenang popularitas Pelabuhan Sibolda pada tahun 1970-an.
”Anak SD tahun ’70-an tahu semua (Pelabuhan Sibolga). Inilah yang ingin kita bangkitkan, fungsi pelabuhan untuk mobilitas barang dan jasa,” ujar Presiden Jokowi yang menyambut gembira penataan Pelabuhan Sibolga.
Pelabuhan Sibolga yang disebutnya sudah berusia 319 tahun ini memerlukan pengembangan dan penataan. Setelah ini, terminal penyimpanan minyak sawit mentah (CPO) juga akan disiapkan sebagai bagian Pelabuhan Sibolga. Harapannya, pengangkutan CPO dari Sibolga ke Belawan tak perlu memakan waktu sepuluh jam seperti yang diperlukan apabila pengangkutan melalui jalur darat. Terminal CPO ini ditargetkan selesai dalam dua tahun.
Selain itu, menurut Presiden, baik Bupati Tapanuli Tengah Bakhtiar Sibarani maupun Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk meminta perpanjangan landas pacu untuk Bandara Ferdinand Lumban Tobing. Saat ini, landas pacu baru 2.200 meter. Penerbangan yang melalui bandara ini hanya menggunakan pesawat berbadan sedang, seperti jenis Bombardier. Presiden pun meminta Menteri Perhubungan membangun perpanjangan landas pacu tersebut.
Pembangunan pelabuhan dan bandara ini, lanjut Presiden, akan membuka potensi kelapa sawit, pertambangan, dan perkebunan di Sibolga dan wilayah sekitarnya. Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi pun meyakini, pertumbuhan ekonomi akan semakin cepat dengan jalur-jalur transportasi yang semakin baik dan memangkas ongkos pengangkutan.
Di sisi lain, kata Jokowi, selain pemerintah pusat menyiapkan infrastruktur, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga perlu menyiapkan titik-titik pertumbuhan ekonomi yang ada. Diyakini ada banyak potensi yang bisa dikembangkan mulai pertambangan, kelapa sawit, hilirisasi perikanan, dan lain-lain.
Kapasitas membaik
Pelabuhan Sibolga yang kemarin diresmikan pun siap menunjang fungsinya sebagai penggerak ekonomi. Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia I Bambang Eka Cahyana mengatakan, mereka mengembangkan Pelabuhan Sibolga dengan pembangunan terminal penumpang, dermaga feri, dermaga multiguna, dan fix crane. Pengembangan pelabuhan itu untuk meningkatkan pelayanan penumpang orang serta memperlancar arus logistik dan efisiensi di pantai barat Sumatera Utara.
Bambang mengatakan, mereka membangun terminal penumpang berkapasitas 500 orang. Terminal yang dibangun dengan desain modern itu dilengkapi jembatan layang yang menghubungkan terminal dengan dermaga feri.
Wilayah pantai barat Sumatera Utara selama ini berkembang, tetapi belum didukung infrastruktur yang memadai.
PT Pelindo 1 juga membangun dermaga multiguna yang dilengkapi alat bongkar muat fix crane. Selama ini, bongkar muat pelabuhan harus menggunakan alat bongkar muat dari kapal. ”Pengembangan ini akan meningkatkan kapasitas bongkar muat di pelabuhan ini menjadi 20.000 TEUs per tahun,” katanya.
Wali Kota Sibolga Syarfi Hutauruk mengatakan, perekonomian di wilayah pantai barat Sumatera Utara selama ini berkembang, tetapi belum didukung infrastruktur yang memadai. Minyak sawit dari pantai barat Sumatera Utara harus dikirim melalui jalan darat ke Pelabuhan Belawan, Medan, dengan waktu tempuh 10 jam.
”Ikan-ikan dari Sibolga juga harus dikirim ke Medan dan Kota Tanjung Balai sebelum diekspor. Padahal, Sibolga seharusnya bisa mempunyai pelabuhan yang layak untuk kegiatan ekspor dan impor,” kata Syarfi.
Ia mengatakan, pada masa penjajahan Hindia Belanda, Sibolga adalah ibu kota Keresidenan Tapanuli dan menjadi kota pelabuhan utama di Sumatera bagian utara. Namun, Pelabuhan Sibolga kini tertinggal karena tidak ada pengembangan infrastruktur.
”Jangankan kapal besi, kapal kayu saja pun saat ini sangat jarang berlabuh di Sibolga. Selain kapal penumpang jurusan Sibolga-Gunungsitoli, hanya kapal pengangkut semen dari Kota Padang, Sumatera Barat, yang berlabuh di sini,” ujarnya.
Syarfi menilai, letak geografis Sibolga sangat strategis karena dekat dengan beberapa kabupaten sentra perkebunan sawit, seperti Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Mandailing Natal. Sibolga juga terkoneksi transportasi laut dengan empat kabupaten dan satu kota di Kepulauan Nias.
Pelabuhan Sibolga juga dapat menjadi infrastruktur pendukung untuk Aceh, khususnya Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam. ”Hanya butuh 3,5 jam perjalanan dari Aceh Singkil dan Subulussalam ke Sibolga. Kalau harus ke Banda Aceh, butuh waktu 10 jam,” katanya.
Syarfi menambahkan, mereka juga akan menggarap pasar ekspor ikan dari Sibolga. Untuk mendukung hal tersebut, Pemerintah Kota Sibolga berencana menambah gudang penyimpanan ikan berpendingin hingga kapasitas 500 ton. Saat ini, kapasitas gudang ikan berpendingin di Sibolga baru 170 ton.