Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi meneliti dan mengevaluasi jalur wisata di kaki Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi pascagempa bermagnitudo 5,4 di Lombok pada Minggu (17/3/2019) yang memicu longsor di Air Terjun Tiu Kelep, lereng Rinjani.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi meneliti dan mengevaluasi jalur wisata di kaki Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Hal itu dilakukan sebagai antisipasi pascagempa bermagnitudo 5,4 di Lombok pada Minggu (17/3/2019) yang memicu longsor di Air Terjun Tiu Kelep, lereng Rinjani.
Pada bencana itu, dua wisatawan tewas tertimpa material longsoran. Adapu puluhan orang lainnya terluka. Gempa juga menyebabkan ratusan rumah rusak.
Kepala Bidang Mitigasi Gerakan Tanah PVMBG Agus Budianto, Senin (18/3) di Bandung mengatakan, secara geologi, sebagian Gunung Rinjani disusun oleh batuan piroklastik yang bersifat lepas. Jadi, akan mudah longsor ketika terjadi gempa.
Longsor di kaki Gunung Rinjani juga pernah terjadi saat gempa mengguncang Lombok pada Agustus 2018. Pada Minggu kemarin, tim PVMBG tengah mengevaluasi jalur wisata akibat dampak gempa Agustus lalu. Namun, saat tim sedang berada di lokasi, terjadi gempa lagi yang memicu longsor.
“Evaluasi ini untuk mengidentifikasi jalur mana yang aman dan tidak aman. Ini sangat penting karena Gunung Rinjani menjadi ikon wisata Lombok,” ujar Agus.
Agus mengatakan, dengan bebatuan piroklastik bersifat lepas dan kemiringan lereng, material longsor di sekitar Rinjani akan mudah luruh saat tergoncang. Kerentanan semakin bertambah saat diguyur hujan lebat.
Gempa-gempa susulan dikhawatirkan mimicu longsor di daerah lereng terjal. Oleh sebab itu, dibutuhkan jalur pendakian yang aman untuk menjamin keselamatan wisatawan
“Informasi dari tim di lapangan terjadi retakan dan longsor. Namun, kami belum memastikan seberapa besar longsornya. Tim juga sudah turun demi keselamatan,” ucapnya.
Gempa di Lombok pada Agustus tahun lalu menyebabkan longsor di beberapa titik di Gunung Rinjani. Dua di antaranya di jalur pendakian Sembalun dan Senaru.
Gempa-gempa susulan dikhawatirkan memicu longsor di daerah lereng terjal. Oleh sebab itu, dibutuhkan jalur pendakian yang aman untuk menjamin keselamatan wisatawan.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho, pada bencana Minggu kemarin, dua korban tewas merupakan wisatawan asal Malaysia. Adapun korban terluka, terdiri dari 36 warga Indonesia dan 8 warga Malaysia.
Sutopo mengatakan, penanganan darurat masih dilakukan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti TNI, Polri, Basarnas, pemerintah daerah, dan relawan untuk mendata dampak gempa.