Cagar Alam Cycloop Rusak, Korban Meninggal Capai 66 Orang
Hingga Minggu (17/3/2019) pukul 19.30, sebanyak 66 orang meninggal dunia akibat banjir bandang di Kabupaten Jayapura, Papua. Banjir bandang yang dipicu hujan deras sehari sebelumnya itu membawa material dari Cagar Alam Cycloop, yang sebagian kawasannya gundul akibat penebangan kayu dan pembukaan lahan.
Oleh
Fransiskus Pati Herin
·3 menit baca
SENTANI, KOMPAS — Hingga Minggu (17/3/2019) pukul 19.30, sebanyak 66 orang meninggal akibat banjir bandang di Kabupaten Jayapura, Papua. Banjir bandang yang dipicu hujan deras sehari sebelumnya itu membawa material dari Cagar Alam Cycloop, yang sebagian kawasannya gundul akibat penebangan kayu dan pembukaan lahan.
Kepala Kepolisian Resor Jayapura, yang juga Ketua Tim Penanggulangan Bencana, Ajun Komisaris Besar Victor Mackbon mengatakan, selain korban tewas, banjir bandang pada Minggu dini hari itu juga menyebabkan 30 orang luka berat dan 75 luka ringan.
Sebanyak lebih kurang 350 rumah warga hanyut dan rusak diterjang banjir. Sebagian besar rumah berada di pinggir sungai. Hal itu memaksa 4.153 penghuninya mengungsi.
Dampak yang ditimbulkan kejadian kali ini luar biasa. Material lumpur dan kayu dari Cagar Alam Cycloop (CAC) mengalir lewat empat sungai, yaitu Klandily, Kemiri, Ular, dan Toladan. Dengan debit air hingga 1,5 meter, banjir bandang menyapu semua yang ada di hadapannya.
Sejak Minggu petang, sejumlah ruas jalan yang tertimbun material lumpur mulai dibersihkan. Arus kendaraan di ruas jalan utama sudah lancar. Namun, warga tetap diminta waspada saat beraktivitas dengan sungai.
”Material banjir masih mengalir dari atas (CAC). Ini berbahaya jika terjadi hujan deras lagi. Kami sudah meminta warga untuk tidak tinggal di lokasi yang rawan,” kata Victor.
Berada di Gunung Cycloop, CAC kian kritis akibat penebangan kayu dan pembukaan lahan. Gunung Cycloop merupakan hulu dari sungai-sungai yang meluap kali ini.
Kerusakan Gunung Cycloop sudah disadari warga setempat. Yanto Eluay, pemimpin masyarakat Kampung Sereh, Distrik Sentani, yang juga pemilik ulayat di Gunung Cycloop, menuturkan, komitmen menyelamatkan Cycloop sudah ada. Pada 5 April 2019, pihaknya bersama Dewan Ketahanan Nasional dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana akan menanam 5.000 pohon di Cycloop.
Saat ini, di kaki gunung sudah didirikan pos komando pengendalian kerusakan Gunung Cycloop. Ribuan bibit pohon siap tanam sudah disimpan di sana. ”Kami sudah tanam beberapa bibit pohon. Akan ada penanaman besar-besaran. Kami harus memulai karena pemerintah daerah seperti tidak terlalu peduli dengan kerusakan itu,” katanya.
Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah V Jayapura Petrus Demon Sili mengatakan, pertumbuhan awan hujan di wilayah Jayapura masih tinggi. Berdasarkan prakiraan, hujan dengan intesitas ringan hingga lebat masih berpeluang terjadi hingga empat hari ke depan.
Dia juga menuturkan, curah hujan yang terjadi hingga memicu banjir bandang tergolong ekstrem. Di Sentani, curah hujan mencapai 38 milimeter per jam. Sementara hujan di Kota Jayapura mencapai 50 mm per jam. Kondisi itu jauh dari dari kondisi normal, 10 mm per jam. ”Kondisi ini harus diwaspadai sebab dapat memicu terjadinya banjir susulan,” kata Petrus.