Kekuatan Partai dan Ekonomi dalam Kontestasi Politik di Bali
Oleh
IDA AYU GRHAMTIKA SAITYA
·3 menit baca
Jejak karier sebagian calon anggota legislatif dari daerah pemilihan Bali memang dirintis dari kepengurusan dalam partai politik. Mereka membina karier tersebut dari level paling bawah dalam struktur kepengurusan partai, lalu meningkat secara bertahap ke level menengah, lalu berada di puncak sebagai unsur pimpinan atau pengurus inti partai. Kader-kader partai inilah yang namanya kerap masuk dalam proses penjaringan untuk mengikuti kontestasi politik seperti pemilu dan pilkada.
Kondisi ini lalu membuat para kader partai loyal kepada partai sekaligus membentuk kesadaran mereka akan hak politik untuk dicalonkan sebagai anggota legislatif.
Karena itu, tidak mengherankan, pemilu di Bali kerap menjadi arena pertarungan bagi kader partai untuk menjadi anggota DPRD kabupaten/kota, DPRD Bali, hingga anggota DPR. Semangat dan militansi perjuangan kader untuk partai dengan sendirinya akan menyesuaikan dengan peta karier politik tersebut.
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), dan Partai Golongan Karya (Golkar) merupakan partai yang sukses membentuk karier politik para kadernya sesuai dengan jenjang kepengurusan mereka.
Sejak pemilu 2009, PDI-P konsisten mengusung kadernya di daerah untuk naik ke level nasional. Salah satunya adalah I Made Urip, anggota DPR sejak tahun 1999. Ia berawal dari Korcam PDI-P pada tahun 1985, kemudian menjadi wakil ketua DPC, wakil ketua DPD, hingga menjadi satu-satunya orang asal Bali yang masuk di jajaran DPP PDI-P.
Hal yang sama juga terjadi di Partai Gerindra yang mendapatkan satu kursi di Bali. Ida Bagus Putu Sukarta sebelumnya adalah ketua adat di salah satu desa, kemudian bergabung dengan Gerindra dan menjadi Ketua DPD Gerindra Bali. Jabatan ini lalu mengantarkan Putu Sukarta menjadi Wakil Ketua DPRD Bali periode 2009-2014.
Gerindra dan PDI-P telah menunjukkan kaderisasi yang berhasil di dapil Bali sehingga mampu menepis anggapan bahwa partai politik cenderung menggunakan jalan pintas dengan menawarkan kader instan yang populer.
Sementara Golkar yang berhasil mempertahankan dua kursinya di DPR sejak Pemilu 2009 merupakan hasil perjuangan kader sendiri dan pengusaha yang direkrut sebagai caleg Golkar.
Demokrat pada Pemilu 2014 merekrut dua pengusaha Bali untuk menjadi caleg DPR, berdampingan dengan sejumlah kader partai. Namun, pengusaha yang berhasil lolos ke Senayan, sementara kader partai terkandas.
Demokrat dinilai mengubah haluan politiknya dalam kaderisasi partai di Bali karena pada Pemilu 2009 partai ini berhasil mengorbitkan kader-kadernya ke pentas politik nasional di DPR. Gede Pasek Suardika dan I Wayan Sugiana merupakan pengurus DPP Demokrat yang sukses menjadi anggota DPR melalui partai ini.
Fenomena persaingan antara kader partai dan pengusaha untuk merebut kursi DPR sudah terlihat dalam dua pemilu terakhir ini. Para caleg yang berhasil menggapai cita-cita mereka menjadi anggota DPR kebanyakan berasal dari dua jalur ini. (LITBANG KOMPAS)