Daerah pemilihan Sumatera Selatan 1 akan menjadi medan pertarungan yang cukup berat bagi calon anggota legislatif pendatang baru. Pasalnya, sejumlah nama besar turut bersaing di dapil ini. Tingginya loyalitas pemilih kepada sejumlah tokoh juga semakin memperberat jalan bagi caleg baru untuk dapat mendulang suara.
Jika melihat peta persaingan di dapil ini, terdapat tiga kategori caleg yang bersaing, yaitu caleg wajah lama (15,6 persen), caleg wajah baru dari tokoh lokal (9,6 persen), dan caleg pendatang baru yang belum memiliki rekam jejak ketokohan (74,8 persen). Caleg pendatang baru mendominasi pemilihan di dapil ini.
Jika melihat profil caleg baru, 78,3 persen di antaranya berpendidikan tinggi. Mereka berasal dari latar belakang yang beragam, seperti dosen, pengacara, dan dari sektor swasta. Hal ini menjadi angin segar bagi pemilih di dapil ini karena memiliki banyak pilihan caleg berkualitas.
Hanya saja, penantang yang dihadapi oleh caleg baru ini cukup berat. Dari tokoh lokal terdapat sejumlah nama mantan pejabat daerah yang akan dihadapi, seperti Wakil Gubernur Sumatera Selatan 2013-2018 Ishak Mekki dan Wali Kota Palembang 2003-2013 Eddy Santana Putra. Tak hanya itu, sejumlah tokoh nasional, seperti Ketua Komnas HAM 2015-2016 Nurkholis hingga pengusaha Eddy Ganefo, juga turut bersaing di dapil ini.
Yang menarik, anggota keluarga dari sejumlah tokoh lokal juga turut bertarung untuk melenggang ke Senayan. Salah satunya adalah Lury Elza Alex Noerdin yang merupakan putri dari Gubernur Sumatera Selatan 2008-2018 Alex Noerdin. Selain itu, terdapat nama Maphilinda Syahrial Oesman yang merupakan istri dari Gubernur Sumatera Selatan 2003-2008 Syahrial Oesman.
Semua petahana juga kembali maju pada pemilihan tahun ini. Adanya lingkaran kekuasaan yang statis semakin memperkuat gambaran ketatnya persaingan di dapil ini sehingga menjadi pekerjaan yang lebih berat bagi caleg baru untuk dapat memenangi persaingan.
Jalan caleg pendatang baru untuk menuju Senayan semakin terjal jika melihat fakta tingginya loyalitas pemilih. Derajat loyalitas ini bisa diukur dari dua hal, yaitu keterpilihan partai dan caleg.
Dari sisi keterpilihan partai, loyalitas pemilih terlihat dari kemenangan Partai Golkar secara berturut-turut sejak Pemilu 2004 lalu. Dapil ini merupakan satu dari dua dapil di Pulau Sumatera yang selalu dimenangi oleh Golkar dalam tiga pemilu terakhir.
Sementara dari sisi keterpilihan caleg, loyalitas pemilih terlihat dari banyaknya caleg wajah lama yang terpilih. Pada Pemilu 2014 lalu, misalnya, enam dari delapan petahana kembali terpilih menduduki kursi DPR.
Hal ini menjadi bukti tingginya loyalitas pemilih terhadap tokoh di daerah ini. Dengan kondisi demikian, mampukah caleg baru mendulang suara untuk melenggang ke Senayan? (LITBANG KOMPAS)