KNKT Akan Bandingkan Data Kecelakaan Ethiopian Airline dan Lion Air
Oleh
M Fajar Marta
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keputusan pelarangan terbang sementara 11 pesawat jenis Boeing 737 Max 8 oleh Kementerian Perhubungan dinilai tepat oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT. Keputusan tersebut diambil setelah insiden jatuhnya pesawat jenis Boeing 737 Max 8 yang digunakan Ethiopian Airlines. Sebelumnya, jenis pesawat Boeing 737 Max 8 yang digunakan Lion Air juga jatuh di perairan Tanjung Karawang, tahun lalu lalu.
Namun, Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono tidak ingin berspekulasi soal penyebab kecelakaan dengan hanya berdasarkan jenis pesawat yang sama dan waktu kecelakaan yang relatif berdekatan dengan Lion Air yang jatuh pada 29 Oktober 2018 dan Ethiopian Airlines yang jatuh pada 10 Maret 2019.
Sampai saat ini, keputusan pelarangan terbang sementara dilakukan karena memang belum ada petunjuk dan informasi sama sekali terkait kecelakaan Ethiopian Airlines.
”Kami sudah diskusi bersama dengan Kementerian Perhubungan, jadi keputusan tersebut merupakan tindakan pencegahan. Selama belum ada informasi, ya, kita enggak ingin berspekulasi. Mengenai batas pelarangan sementara, masih menunggu informasi dari Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) ataupun Boeing,” kata Soerjanto, Rabu (13/3/2019), di Jakarta.
Keputusan pelarangan terbang sementara dilakukan karena memang belum ada petunjuk dan informasi sama sekali terkait kecelakaan Ethiopian Airlines.
KNKT sudah menawarkan untuk membantu investigasi jatuhnya pesawat Ethiopian Airline tersebut mengingat ada satu warga negara Indonesia yang menjadi korban. Namun, belum ada jawaban yang diberikan oleh negara bersangkutan.
Berdasarkan International Civil Aviation Organization (ICAO) 13 Annex 13, pada dasarnya jika ada warga suatu negara yang menjadi korban dalam kecelakaan udara di negara lain, negara bersangkutan dapat berpartisipasi sebagai expert.
Dalam hal ini, Indonesia sudah berstatus sebagai expert sehingga bisa meninjau lokasi tempat kecelakaan dan mendapatkan sharing data. Apabila Indonesia diminta membantu investigasi, statusnya akan berubah sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia dalam investigasi (accredited representative).
Indonesia sudah berstatus sebagai expert sehingga bisa meninjau lokasi tempat kecelakaan dan mendapatkan sharing data.
”Sejauh ini masih expert karena ada korban WNI. Kalau mereka belum meminta bantuan, ya, kami tidak bisa memaksa. Sementara ini memang belum ada jawaban, mungkin karena mereka juga sibuk di lapangan, mengutamakan recovery dulu, baru kemudian membuka black box dan lain-lain,” tutur Soerjanto.
Terkait penyebab jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP di Tanjung Karawang, Soerjanto mengatakan, saat ini masih dalam tahap analisis. Pengumpulan laporan dan data telah selesai, tinggal menganalisis faktor penyebabnya.
”Mungkin nanti bisa dicocokkan jika sudah mendapat informasi awal dari data kecelakaan Ethiopian Airline,” katanya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan juga memberikan keterangan bahwa keputusan pelarangan terbang sementara boeing 737 Max 8 memang temporary grounded dan akan dibicarakan lagi kelanjutannya dengan institusi terkait.
”Apabila ternyata negara lain menemukan hal tidak wajar dalam pesawat jenis Boeing 737 Max 8 tersebut, saya kira kita tidak mau ambil risiko pesawat kita crush lagi, termasuk bisa saja akan menghentikan impor. Ya, apa pun bisa terjadi melihat bahwa keselamatan adalah nomor satu,” tutur Luhut yang ditemui seusai acara 5th Asia Pacific CEO Forum, Selasa kemarin.
Sementara itu, terkait surat edaran dari Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan tentang penghentian sementara pengoperasian (temporary grounded) pesawat Boeing 737 MAX 8, Lion Air akan menghentikan sementara pengoperasian sepuluh pesawat Boeing 737 MAX 8 yang digunakan saat ini.
”Hal tersebut sebagai upaya untuk memastikan keselamatan dan keamanan penerbangan. Lion Air akan meminimalkan dampak dari keputusan ini agar operasional penerbangan dapat berjalan dengan baik dan tidak terganggu,” kata Corporate Communications Strategic ofLion Air Danang Mandala Prihanoro dalam siaran persnya. (FRANSISCA NATALIA ANGGRAENI)