Indonesia Intensifkan Berbagai Forum untuk Memajukan Kerja Sama
Indonesia secara aktif mendorong konsep Indo-Pasific yang bertujuan memajukan kerjasama ekonomi, stabilitas keamanan, dan pedamaian. Hanya saja, konsep dengan prinsip inklusif, transparan, dan terbuka itu masih berhadapan dengan konsep berbeda misalnya dari beberapa negara seperti Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan, termasuk Australia
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS – Indonesia secara aktif mendorong konsep Indo-Pasific yang bertujuan memajukan kerjasama ekonomi, stabilitas keamanan, dan pedamaian. Hanya saja, konsep dengan prinsip inklusif, transparan, dan terbuka itu masih berhadapan dengan konsep berbeda misalnya dari beberapa negara seperti Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan, termasuk Australia. Meski demikian, Indonesia optimistis bisa merangkul semua pihak dengan konsep itu dengan terus mengintensifkan forum-forum yang ada.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Siswo Pramono pada acara Seminar Internasional “Indo-Pacific Connectivity Outlook” di Universitas Negeri Padang, Senin (11/3/2019) mengatakan, jika melihat sejarah, Indonesia selalu menjadi jembatan diplomasi.
“Dulu, ketika baru merdeka, ada zaman dekolonisasi antara negara bekas jajahan dengan penjajahnya. Kita menjadi jembatan membangun dunia baru sehingga mereka bekerja sama. Setelah itu, kita juga bekerja sama dengan Belanda melahirkan Konferensi Asia-Afrika,” kata Siswo.
Dulu, ketika baru merdeka, ada zaman dekolonisasi antara negara bekas jajahan dengan penjajahnya. Kita menjadi jembatan membangun dunia baru sehingga mereka bekerjasama. Setelah itu, kita juga bekerjasama dengan Belanda melahirkan konferensi Asia-Afrika
Selain itu, pada masa perang dingin, Indonesia juga menjembatani dua kubu yakni Uni Soviet dan Amerika Serikat melalui gerakan non-blok. “Kemudian pada era liberal ekonomi, terjadi ketidakcocokan antara negara berkembang dan maju. Kita menjembataninya dengan Bogor Goals (pada konferensi Tingkat Tinggi Kerjasa Sama Ekonomi Asia-Pasifik atau APEC pada 1994),” kata Siswo.
Saat ini, Amerika Serikat dengan sekutunya termasuk Australia memiliki konsep berbeda dengan Indo-Pasific. Konsep itu lebih ke perspektif keamanan untuk menangani sikap ekspansi China di kawasan Asia Pasifik.
“Sekarang, ada kelompok yang mencurigai China. Kita muncul dengan konsep Indo-Pasific yang merangkul semuanya. Tentu ini tidak mudah. Tidak semua mau dirangkul juga. Tetapi melalui forum yang intensif dan terus diadakan tahun-tahun terakhir ini, semoga dukungan terhadap konsep Indonesia yang merangkul semua, semakin kuat,” kata Siswo.
Sekarang, ada kelompok yang mencurigai China. Kita muncul dengan konsep Indo-Pasific yang merangkul semuanya. Tentu ini tidak mudah. Tidak semua mau dirangkul juga. Tetapi melalui forum yang intensif dan terus diadakan tahun-tahun terakhir ini, semoga dukungan terhadap konsep Indonesia yang merangkul semua, semakin kuat
Menurut Siswo, mereka bekerja mulai dari level ASEAN yang dilakukan oleh para diplomat secara resmi melalui forum-forum seperti pertemuan Senior Official’s Meeting (SOM), duta besar, hingga kepala negara. Presiden Joko Widodo, menurut Siswo sudah dua kali menyampaikan konsep tersebut.
“Jadi, mereka sedang menciptakan konsep bersama ASEAN mengenai Indo-Pasific. Itu sedang dikerjakan dan perkembangannya bagus sekali,” kata Siswo.
Siswo menambahkan, secara paralel, di luar itu, Indonesia juga memiliki inisiatif-inisiatif misalnya melaksanakan forum seperti di Cirebon dua minggu lalu. Pada forum yang membahas konektivitas di Samudaera Hindia dari Indo-Pasific tersebut hadir perwakilan dari Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Asian Development Bank (ADB), The Singapore Economic Development Board, dan European Union.
“Itu forum kecil saja. Hari ini ( di Padang), kita adakan forum yang lebih besar. Pesertanya mulai dari tink tank, duta besar, termasuk perguruan tinggi. Sifatnya forumnya second track atau narasumber bicara dengan kapasitas individu, bukan mewakili negara. Tujuannya supaya lebih bebas dan pemikiran mereka bisa ditampung,” kata Siswo.
Dari forum-forum tersebut, akan muncul masukan yang kemudian di bawa ke forum yang lebih tinggi. Pada 20 Maret mendatang, akan digelar High Level Dialogue on Indo-Pacific Cooperation di Jakarta. “Ini levelnya minister. Bicaranya akan bebas di antara mereka dan (dari hasil forum di Padang dan sebelumnya), kami akan memberikan masukan di sana. Dari forum level minister tersebut, kalau ada pemahaman, jadi masukan ke forum ASEAN,” kata Siswo.
Siswo menambahkan, dalam mendorong konsep Indo-Pacific, di level ASEAN, Indonesia sudah bicara berbagai hal yakni mengenai prinsip-prinsip, cakupan kerjasama, hingga timeline ke depan. Saat ini, pada masa kepemimpinan Thailand di ASEAN, konsep bersama sudah selesai. “Itu pun berupa living document. Jadi kalau sudah selesai dicanangkan tahun ini, tahun depan bisa ditambah lagi sesuai dengan dinamika Kawasan,” kata Siswo.
Menurut Siswo, konsep Indo-Pacific sebenarnya sudah mulai berjalan. Misalnya terkait konektivitas. Ia mencontohkan konektivitas bisnis Aceh dengan Kepulauan Andaman dan Nicobar, India.
“Konektivitas itu berada di bawah bendera kesepakatan antara perdana Menteri India Narendra Modi dengan Presiden Joko Widodo. Setelah itu, kalangan pebisnis merespon cepat. Apalagi setelah ada saling kunjung dari Kamar Dagang Indonesia ke Nicobar dan sebeliknya. Misalnya sudah ada pesanan kelapa sekitar 60 ton dan pesanana batu pecahan sebesar 100.000 metrik ton per tahun,” kata Siswo.
Siswo menambahkan, dukungan terhadap konsep Indo-Pacific juga positif. Termasuk dalam seminar tersebut. Para narasumber baik yang berasal dari ASEAN, termasuk Rusia dan Uni Eropa memberikan dukungan. Dalam presentasi masing-masing, mereka juga memaparkan tentang bagaimana bisa menjadi bagian dari Indo-Pacific.
Permanent Representative of Thailand to ASEAN sekaligus Chair of ASEAN Connectivity Coordinating Committee HE Pahsporn Sangasubana mengatakan, sesuai dengan Masterplan Konektivitas ASEAN 2025 (MPAC 2025), pada tahun ini mereka memiliki sejumlah prioritas pada infrastruktur berkelanjutan (sustainable infrastructure), pelancaran logistik (seamless logistics), dan mobilitas orang (people mobility).