JAKARTA, KOMPAS — Berdasarkan hasil survei lembaga konsultan politik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), tingkat keterpilihan atau elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin masih lebih unggul dibandingkan pesaingnya, Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Dalam hasil survei yang dipublikasikan pada Minggu (10/3/2019) di Jakarta, Jokowi-Amin berada pada posisi 54,9 persen dan Prabowo-Sandi pada angka 32,1 persen.
Survei yang dilakukan pada 24–31 Januari 2019 terhadap 1.426 responden di seluruh Indonesia tersebut juga menunjukkan bahwa masih ada 13 persen responden yang belum menentukan pilihan ataupun merahasiakan pilihannya.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengatakan, dengan selisih sebesar 23 persen, pasangan Prabowo-Sandi akan masih sulit untuk menyusul pesaingnya meski dapat mengonversi seluruh ceruk undecided voters menjadi pemilihnya.
“Apabila seluruh responden yang tidak menjawab dijumlahkan ke paslon nomor urut 02, masih ada selisih 10 persen. Ini selisih yang lebih besar dibandingkan Pemilu 2014,” kata Deni.
Pada Pemilu 2014, selisih antara pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa adalah sebesar 6,3 persen.
Meski demikian, Deni mengatakan, bahwa preferensi politik masih dapat berubah dalam 38 hari jelang hari pemungutan suara pada 17 April 2019. Untuk itu, setiap tim sukses paslon, baik Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin maupun Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi harus terus bekerja mencari dukungan untuk masing-masing paslonnya.
Deni mengatakan, dua hal yang mempengaruhi preferensi politik secara signifikan adalah kinerja kampanye paslon dan isu yang muncul di publik. “Buat paslon nomor urut 01 tidak boleh merasa selesai. Ini kan hanya hasil saat survei. Kedua pasangan bisa memanfaatkan hasil penelitian ini untuk kepentingan masing-masing,” kata Deni.
Anggota Tim Kampanye Nasional Jokowi-Amin Maruarar Sirait mengatakan, keunggulan pasangan yang diusungnya tersebut terhadap pesaingnya dengan selisih hingga 23 persen dapat dipahami. Menurut Maruarar, hal ini karena Joko Widodo memiliki hal-hal positif, seperti kinerja yang terukur. Menurut Maruarar, dukungan publik terhadap Jokowi selama ini dapat diraih karena hal-hal tersebut.
“Ini terlihat pada proses bahwa Pak Jokowi sudah mengikuti kontestasi politik dua kali sebagai wali kota, Gubernur DKI Jakarta, dan Pilpres 2014,” kata Maruarar.
Dengan banyaknya hoaks yang diarahkan kepada Jokowi-Amin, Maruarar berharap penyelenggara pemilu dapat meningkatkan ketegasan dalam penegakkan hukum. “Kami berharap penyelenggara pemilu bisa terus obyektif,” kata Maruarar
Secara terpisah, hal yang senada juga disampaikan Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi yang juga Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno. Kinerja penyelenggara pemilu harus terus dievaluasi.
Ia mengatakan, guna memastikan penyelenggaraan pemilu yang jujur dan adil, pihaknya akan terus memantau dan mengevaluasi atas temuan dan pernyataan penyelenggara pemilu, khususnya KPU. “Makanya ada permintaan dari sejumlah teman untuk mengaudit forensik sistem teknologi informasi di KPU,” kata Eddy.