Singapore Design Week Promosikan Praktisi Desain Indonesia
Oleh
DWI BAYU RADIUS
·3 menit baca
SINGAPURA, KOMPAS – Sejumlah praktisi desain Indonesia berpartisipasi dalam Singapore Design Week di Singapura. Mereka menjadikan rangkaian acara itu sebagai ajang mempromosikan karya-karyanya. Para praktisi desain Indonesia juga saling belajar dengan rekan-rekannya dari berbagai benua.
Ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) Tita Larasati di sela forum publik bertema “Unesco Creative City of Design” sebagai bagian dari Singapore Design Week, Jumat (8/3/2019), memaparkan aktivitas para praktisi desain di Bandung, Jawa Barat.
“Kami tak bisa menggantungkan diri pada Pemkot (Pemerintah Kota) Bandung untuk berkreasi karena anggarannya sangat terbatas,” katanya. Sejumlah pekerja kreatif lantas bergerak memperindah kota dengan kesadaran kolektif yang mandiri.
Menurut Tita, BCCF didirikan 45 individu dan komunitas kreatif pada tahun 2008. Pada tahun itu, BCCF mulai merapikan Taman Cikapayang. Taman tersebut kemudian dipasangi empat ornamen huruf besar berwarna-warni, yaitu D, A, G, dan O sehingga lebih semarak.
Dago adalah kelurahan yang termasuk pusat Kota Bandung. Tita mengatakan, BCCF terus membenahi Taman Cikapayang hingga tahun 2017.
“Kami telah melakukan sekitar 250 program independen. Selain desain, kami melaksanakan antara lain program seni, lingkungan, dan kewirausahaan,” ujarnya.
Tita mengatakan, BCCF berupaya meningkatkan kenyamanan Kota Bandung. Secara tidak langsung, aktivitas-aktivitas itu berdampak positif terhadap pariwisata.
“Kunjungan wisatawan Nusantara dan mancanegara ke Kota Bandung pun meningkat,” ucapnya.
Associate Designer Formwerkz PTE LTD Eugene Kosgoron mengatakan, pihaknya menampilkan karya berjudul “Boulder” pada Singapore Design Week. Karya tersebut dipajang untuk mengemukakan pesan tentang laminate atau pelapis yang biasanya digunakan untuk produk-produk rumah tangga.
Pesan yang ingin disampaikan, yaitu keterbatasan sekaligus kekuatan, dan aspirasi laminate. Karya tersebut menyerupai batu besar dengan rongga-rongga.
“Bahan baku yang digunakan membentuk karya dengan hasil akhir yang sangat berbeda,” ujarnya.
Singapore Design Week juga menunjukkan kesadaran yang kian meningkat terhadap desain untuk penataan ruang di kota-kota besar dunia. Pemerintah bekerja sama dengan perancang tata kota untuk memudahkan warganya melakukan kegiatan sehari-hari dan menerapkan pembangunan berkelanjutan.
Menurut Chief Executive Officer Yayasan Desain Seoul Choi Kyung-Ran, pihaknya menyelenggarakan Seoul Design Cloud pada September 2018. Rangkaian acara yang berlangsung di Dongdaemun Design Plaza, Seoul, Korea Selatan itu dihadiri sekitar 280.000 pengunjung.
Hasil penting untuk penataan ruang diperoleh dengan dilaksanakannya Konferensi Pembangunan Kota yang Berkelanjutan dan Manusiawi. Konferensi itu diikuti para pakar desain dari sembilan negara Eropa dan 11 negara Asia. Para pengunjung Seoul Design Cloud juga didorong mendaur ulang sampah.
Selain itu, penyelenggara Seoul Design Cloud menyediakan panggung besar untuk para pengunjung agar mereka dapat bertukar pikiran. Menurut Kyung-Ran, Yayasan Desain Seoul juga didirikan sebagai bentuk kesadaran untuk menyebarkan gagasan mengenai desain dan menghasilkan para pakar bidang tersebut.
Associate Professor Universitas Nagoya Jepang Hisashi Komatsu mengatakan, pemerintah daerah di Jepang melakukan pendekatan kolaboratif dengan para perancang tata kota. Pendekatan itu misalnya, dilakukan untuk membuat rencana induk tata kota Nagoya.
Kota itu terletak di sebelah barat ibu kota Jepang, yaitu Tokyo dengan jarak sekitar 350 kilometer (km). Rencana induk tata kota Nagoya terwujud sebagai bentuk kesadaran terhadap pentingnya peran para desainer tata kota. Ruang publik Nagoya yang bertambah merupakan hasil dari kolaborasi tersebut.