Daerah pemilihan Sulawesi Selatan I merupakan wilayah pertarungan sengit dengan konstelasi politik yang sangat dinamis. Hal ini terlihat dari tingkat keterpilihan partai politik dan calon anggota legislatif pada pemilu sebelumnya yang beragam. Dapil ini pun menjadi magnet caleg baru mendulang suara pada pemilu nanti.
Salah satu potret dinamika itu terlihat dari partai politik pemenang Pemilu 2014. Setiap partai hanya mampu menguasai suara pada satu kabupaten/kota. Golkar, misalnya, meski menjadi partai pemenang di dapil ini, hanya mampu memenangi perebutan suara di Kabupaten Takalar.
Dinamisnya dapil ini juga terlihat dari sisi keterpilihan caleg. Dari total enam caleg petahana yang kembali maju pada Pemilu 2014, hanya satu caleg yang terpilih, yakni Indira Chunda Thita Syahrul, putri Gubernur Sulawesi Selatan 2008-2018 Syahrul Yasin Limpo.
Selain itu, kemenangan kotak kosong di Makassar pada Pilkada 2018 juga semakin mempertegas gambaran kondisi politik lokal yang dinamis. Hal ini mengindikasikan, karakteristik pemilih di dapil ini beragam sehingga menjadi medan pertarungan yang berat bagi setiap kontestan.
Meskipun demikian, dapil ini tetap menjadi magnet bagi caleg baru untuk mencalonkan diri. Hal ini terlihat dari jumlah caleg wajah baru yang mencapai 90,4 persen. Sulawesi Selatan I menjadi dapil dengan jumlah caleg baru terbanyak ketiga di Indonesia bagian timur.
Tentu caleg baru ini menghadapi persaingan yang relatif berat. Sebab, enam dari delapan caleg petahana kembali maju di dapil ini, termasuk Indira Chunda Thita Syahrul. Selain itu, terdapat juga tokoh seperti Aura Aulia Imandara dan Indira Jusuf Ismail yang merupakan anak dan istri Wali Kota Makassar 2014-2019 Ramdhan Pomanto.
Magnet politik ini bisa jadi disebabkan oleh suburnya dapil Sulawesi Selatan I dari sisi ekonomi. Jika dirata-rata, pertumbuhan ekonomi di dapil ini kedua tertinggi di Indonesia bagian timur dalam rentang 2013-2017. Dapil ini juga menduduki peringkat keempat sebagai wilayah dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada periode yang sama.
Daerah-daerah di dapil ini memiliki sumber pertumbuhan ekonomi beragam. Di Makassar, misalnya, ekonomi ditopang oleh industri pengolahan dan perdagangan. Sementara ekonomi di daerah lain, seperti Gowa, Takalar, Bantaeng, Jeneponto, dan Kepulauan Selayar, ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Di tengah ekonomi yang tumbuh subur di dapil ini, caleg harus berjuang lebih keras menghadapi karakteristik pemilih dinamis. Sebab, rekam jejak dapil ini membuktikan, tak ada jaminan bagi nama besar ataupun caleg baru terpilih jika melihat sengitnya kompetisi di dapil ini. (LITBANG KOMPAS)