Warga Diterkam Harimau di Riau Diduga Sedang Membalak Liar
Oleh
·3 menit baca
PEKANBARU, KOMPAS - Seorang penebang kayu mengalami luka serius akibat diterkam seekor harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) di kawasan Hutan Sungai Rawa, Desa Simpang Gaung, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir, pada Sabtu pekan lalu. Dari penelusuran yang dilakukan oleh tim Rescue Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau bersama aparat Polres Indragiri Hilir, lokasi serangan dipastikan berada dalam lansekap Hutan Kerumutan yang merupakan habitat harimau sumatera.
"Saya belum dapat menyebutkan bahwa laki-laki yang diserang harimau tersebut sedang melakukan kegiatan ilegal loging. Namun berdasarkan keterangan saksi, dan laporan polisi, laki-laki itu sedang menggesek (menghaluskan) kayu di hutan. Aktivitas sehari-hari korban adalah membuat perahu pompong (perahu kecil tradisional yang terbuat dari kayu)," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono yang dihubungi di Pekanbaru, Selasa (5/3/2019).
Kepala Polres Indragiri Hilir Ajun Komisaris Besar Christian Rony Putra mengatakan, pada Sabtu siang, tiga warga Desa Pungkat, Kecamatan Gaung, yaitu Mardian, Bujang dan Nahar sedang menggesek kayu di hutan Sungai Rawa. Didalam keriuhan bunyi gesekan kayu, terdengar teriakan keras Mardian meminta tolong.
Ketika Bujang dan Nahar melihat ke belakang, terlihat Mardian sedang diterkam seekor harimau sumatera. Bujang mencoba membantu Mardian, sementara Nahar mencari bantuan.
Tidak lama kemudian, Nahar datang bersama Edi Muhammad. Ketika itu, Mardian masih berada dalam cengkraman harimau. Setelah dikerubungi teman-temannya, Mardian berupaya memberi perlawanan.
Dengan sisa-sisa tenaga, Mardian menendang tubuh harimau sehingga cengkraman terlepas. Harimau itu kemudian melarikan diri. Mardian mengalami luka berat akibat gigitan dan goresan cakar di bagian atas kepala, telinga, dagu dan punggung sebelah kanan.
Setelah harimau lari, Bujang, Nahar dan Edi segera membawa Mardian keluar hutan dengan menggunakan perahu pompong. Setelah berjalan selama lima jam, mereka tiba di Desa Pungkat.
"Warga kemudian melakukan evakuasi korban Mardian yang terluka parah ke RSUD Puri Husada di Tembilahan. Korban selamat, namun mengalami luka-luka serius," kata Christian.
Setelah kejadian itu, kata Suharyono, enam orang anggota Tim Rescue BBKSDA Riau, dipimpin Kepala Resor Kerumutan Selatan Zulkifli melakukan pengecekan lapangan. Dengan bantuan pihak Kepolisian Sektor Kuala Lahang, melakukan koordinasi dengan kepala desa untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
Tim melakukan sosialisasi agar masyarakat tidak melakukan penebangan liar di dalam kawasan hutan. Lokasi penyerangan terhadap korban Mardian berada dalam kawasan hutan habitat harimau," ujar Suharyono.
Setelah sosialisasi, Tim BBKSDA, polisi dan masyarakat melakukan pengecekan ke lokasi penyerangan. Perjalanan menuju lokasi ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan disambung dengan perahu. Lama perjalanan mencapai lima jam.
Dari titik koordinat lokasi penyerangan harimau ke pemukiman penduduk mencapai jarak 30 kilometer. Dipastikan lokasi itu merupakan bagian dari hutan Kerumutan.
Dalam setahun terakhir, konflik antara harimau sumatera dari ekosistem Kerumutan selalu berulang. Pada kuartal pertama tahun 2018, seekor harimau betina dewasa yang diberi nama Bonita menyerang dua orang manusia hingga tewas, di Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir. Bonita berhasil dievakuasi hidup- hidup dan dibawa ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera di Dharmasraya Sumatera Barat.
Pada pertengahan November 2018, seekor harimau jantan terluka di bagian kaki, terjebak di sela-sela rumah toko di Kecamatan Pulau Burung, Indragiri Hilir. Harimau inipun berhasil dievakuasi hidup-hidup dan dibawa ke Dharmasraya.