Antisipasi Lonjakan Kasus Polio di Papua
Sejumlah anak di Kabupaten Yahukimo, Papua, terserang polio. Hal itu disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi polio di wilayah tersebut.
JAKARTA, KOMPAS — Penularan virus polio dilaporkan terjadi di di Kabupaten Yahukimo, Papua, setelah Indonesia dinyatakan bebas polio oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014. Situasi itu menunjukkan pentingnya cakupan vaksinasi menyeluruh dan pengawasan ketat untuk deteksi dini penyakit itu. Apalagi, wilayah itu berbatasan dengan Papua Niugini yang terjangkit virus polio.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono mengatakan, Pemerintah Provinsi Papua telah melaporkan ada kejadian lumpuh layuh mendadak atau acute flaccid paralysis (AFP) pada anak berusia di bawah 15 tahun. Pihak Kemenkes langsung mengecek kondisi di sana.
”Info tentang polio di Papua sedang dalam konfirmasi. Saya akan ke Papua malam ini untuk memperoleh gambaran sebenarnya.” ujar Anung saat dihubungi, Senin (4/3/2019), di Jakarta.
Saat ini, pihaknya belum bisa memberikan informasi lebih lanjut dan penanganan yang akan dilakukan terkait temuan kasus polio di Papua. ”Penanganan akan disampaikan setelah saya konfirmasi di lapangan dan melaporkan ke Menteri Kesehatan,” ucapnya.
Sebelumnya, WHO dalam situs resminya menyatakan, ada temuan virus polio yang diturunkan dari vaksin tipe 1 (cVDPV1) di Papua. Virus itu ditemukan pada dua pasien anak, yakni satu anak mengalami AFP pada akhir November 2018 dan satu anak dari kelompok sehat yang ditemukan akhir 24 Januari 2019.
Pemerintah Kabupaten Yahukimo menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) polio, Januari lalu. Hal itu bertujuan mengantisipasi terjadinya polio di distrik lain di Yahukimo (Kompas, 8/2/2019).
Sejauh ini, kasus polio di Papua, khususnya di Kabupaten Yahukimo, terus bertambah tahun ini. Tim medis kembali menemukan dua anak yang menderita polio. Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Papua Aaron Rumainum, kemarin, di Jayapura, membenarkan, ada tambahan dua anak di Yahukimo terkena polio.
Dengan demikian, jumlah total penderita polio lima bulan terakhir sebanyak tiga anak. Sebelumnya ada temuan seorang anak berusia dua tahun menderita polio pada 27 November 2018. ”Total tiga anak yang menderita polio di Yahukimo, tepatnya di Distrik Deikai. Satu anak lumpuh di kaki kiri dan dua anak lain belum mengalami kelumpuhan,” katanya.
Total tiga anak yang menderita polio di Yahukimo, tepatnya di Distrik Deikai. Satu anak lumpuh di kaki kiri dan dua anak lain belum mengalami kelumpuhan.
Situasi itu ironis mengingat, menurut data Kementerian Kesehatan yang disarikan Litbang Kompas, Indonesia menerima sertifikasi bebas polio bersama dengan negara-negara anggota WHO di Asia Tenggara pada 2014. Kasus infeksi virus polio liar terakhir yang mengalami kelumpuhan ditemukan di Aceh tahun 2006.
Polio merupakan penyakit menular disebabkan virus polio liar yang menyerang sistem saraf sehingga penderita lumpuh. Penyakit itu umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun, ditandai dengan demam, sakit kepala, mual, kaku di leher, serta sakit di tungkai dan lengan.
Cakupan imunisasi
Menurut penjelasan WHO, temuan penularan polio itu disebabkan cakupan vaksinasi polio di Papua, terutama Kabupaten Yahukimo, belum optimal. Mutu pengawasan dari Pemerintah Provinsi Papua juga dinilai kurang bagus.
Data Dinas Kesehatan Papua menyebutkan, cakupan imunisasi polio di 51 distrik di Yahukimo, Papua, baru 10,72 persen dari target 58.029 anak hingga Desember 2018. Artinya, baru sekitar 5.000 anak mendapat imunisasi dan lebih dari 50.000 anak tak memiliki kekebalan pada penyakit menular tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo Lewi Yando mengatakan, banyak puskesmas belum melaksanakan imunisasi polio. Sebab, biaya operasional penyediaan helikopter untuk kegiatan tersebut minim.
”Kami hanya memiliki 31 puskesmas untuk melayani 51 distrik. Satu puskesmas bisa melayani dua hingga empat distrik. Banyak distrik belum memiliki lapangan terbang sehingga harus menggunakan helikopter,” kata Lewi.
Menurut Aaron, Dinas Kesehatan Papua telah berkoordinasi dengan Unicef dan sejumlah organisasi serta lembaga adat dan agama untuk meningkatkan cakupan imunisasi polio di Yahukimo.
”Kami juga mendapat bantuan dari Kementerian Kesehatan untuk mendeteksi sampel anak yang diduga terkena polio. Saat ini, imunisasi di Distrik Dekai mencapai 90 persen, sedangkan di 50 distrik lain belum diketahui, ” ujarnya.
Pemimpin bidang kesehatan Unicef untuk Papua, Ratih Wulandaru, menuturkan, pihaknya memberi bantuan teknis dan pemantauan penanganan kasus polio di Yahukimo. ”Bantuan teknis berupa bantuan menyusun strategi, analisis, dan program untuk mengatasi masalah polio di Yahukimo,” katanya.
Selain meningkatkan cakupan imunisasi, WHO juga merekomendasikan agar masyarakat mewaspadai penularan virus itu lebih masif. Untuk itu, pemerintah perlu memperketat pengawasan pada anak-anak di Yahukimo dan sekitarnya agar bisa melaksanakan deteksi dini jika ada penularan. Selain itu, fasilitas kesehatan juga perlu diperkuat agar penanganannya bisa cepat dan tepat.
Warga juga diimbau agar tak bepergian ke daerah yang ditemukan penularan polio. Jika harus mendatangi daerah itu, seseorang harus dipastikan sudah diimunisasi polio secara lengkap. Tambahan dosis pun dianjurkan sebelum bepergian untuk meningkatkan kekebalan terhadap virus itu.