Merapi Keluarkan 9 Kali Awan Panas, Aktivitas Warga Normal
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Gunung Merapi di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah mengeluarkan sembilan kali awan panas guguran pada Sabtu (2/3/2019) pagi hingga siang. Akibatnya, sejumlah wilayah lereng Merapi di Kabupaten Sleman, DIY, diguyur hujan abu vulkanik. Meski begitu, aktivitas warga dan wisatawan di lereng Merapi tetap berjalan normal.
Data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menunjukkan, pada Sabtu pagi, Merapi mengeluarkan lima kali awan panas dalam waktu berdekatan, yakni pukul 04.51 WIB dengan jarak luncur 1,2 kilometer (km), pukul 04.54 jarak 800 meter, pukul 05.03 jarak 1,2 km, pukul 05.07 jarak 900 meter, dan pukul 05.10 jarak 2 km.
Setelah itu, pada pukul 05.33 WIB, Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 700 meter. Lalu, 7 menit kemudian atau pukul 05.40, Merapi lagi-lagi mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 1,2 km. Sesudah itu, kembali muncul awan panas pukul 06.05 dengan jarak luncur 900 meter.
Beberapa jam kemudian, yakni pukul 13.25, Merapi kembali mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 1,1 km. Seluruh awan panas itu mengarah ke arah hulu Kali Gendol, Sleman.
Kepala BPPTKG Hanik Humaida menyatakan, jarak luncur awan panas guguran di Merapi belum melebihi zona bahaya yang ditetapkan, yakni radius 3 km dari puncak. Oleh karena itu, luncuran awan panas yang terjadi di Merapi belum membahayakan masyarakat di sekitar gunung api tersebut. Sebab, dalam radius 3 km dari puncak Merapi, tidak ada permukiman warga.
Selain itu, BPPTKG juga telah merekomendasikan agar warga tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari puncak Merapi. ”Jarak luncur awan panas masih dalam radius yang kami tentukan atau kurang dari 3 km. Jadi, masyarakat diharapkan tetap tenang,” kata Hanik, Sabtu, di Yogyakarta.
Ia menambahkan, berdasarkan data hasil pemantauan BPPTKG, suplai magma dari dalam tubuh Gunung Merapi masih relatif kecil. Selain itu, volume kubah lava di puncak Merapi juga relatif kecil, sekitar 466.000 meter kubik. Oleh karena itu, masyarakat tidak perlu merasa khawatir secara berlebihan dengan aktivitas Merapi yang saat ini berstatus Waspada (level II).
Hanik menuturkan, saat ini, yang perlu diantisipasi masyarakat sekitar lereng Merapi adalah kemungkinan terjadinya hujan abu vulkanik. Sebab, awan panas dan guguran lava yang terjadi di Merapi berpotensi mengakibatkan hujan abu. ”Mungkin, untuk persiapan, bisa menyiapkan masker untuk mengantisipasi abu vulkanik,” ucapnya.
Saat ini, yang perlu diantisipasi masyarakat sekitar lereng Merapi adalah kemungkinan terjadinya hujan abu vulkanik. Sebab, awan panas dan guguran lava yang terjadi di Merapi berpotensi mengakibatkan hujan abu.
Setelah keluarnya rangkaian awan panas pada Sabtu pagi, sejumlah wilayah lereng Merapi di Sleman sempat diguyur hujan abu. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY Biwara Yuswantana memaparkan, pada Sabtu pagi, hujan abu tipis dilaporkan turun di sejumlah kecamatan di Sleman, antara lain Cangkringan, Pakem, Turi, dan Ngemplak.
”Hujan abu tipis dilaporkan terjadi hingga Desa Wedomartani, Kecamatan Ngemplak, yang berjarak sekitar 20 km dari puncak Merapi,” ujarnya.
Aktivitas warga
Meski begitu, berdasarkan pantauan Kompas, aktivitas warga dan wisatawan di lereng Merapi di Sleman tetap berjalan normal. Kepala Seksi Pemerintahan Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Heri Prasetyo menyampaikan, hujan abu tipis memang terjadi di wilayah desanya. Namun, warga Glagaharjo tetap menjalankan aktivitas seperti biasanya.
Heri menambahkan, saat hujan abu mulai turun, sejumlah pekerja pertambangan pasir dan batu di aliran Kali Gendol menghentikan aktivitasnya. Namun, ada pula pekerja pertambangan yang tetap melanjutkan aktivitasnya. ”Betul, terjadi hujan abu tipis, tetapi situasi kondusif. Aktivitas tambang juga masih berjalan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi Wilayah Barat Dardiri mengungkapkan, aktivitas wisata Lava Tour Merapi tidak terganggu akibat hujan abu tipis tersebut. Pengelola Lava Tour Merapi, lanjutnya, telah menyiapkan diri untuk mengantisipasi terjadinya hujan abu vulkanik.
”Semua wisatawan itu kami bekali masker dan perlengkapan keamanan seperti helm. Para driver (sopir) juga membawa HT (handy talkie) yang terhubung dengan informasi perkembangan aktivitas Gunung Merapi. Kami menjalankan semua rekomendasi dari lembaga yang berwenang,” tutur Dardiri.
Berdasarkan pantauan Kompas, pada Sabtu pukul 13.00, sekitar 20 jip wisata beroperasi di wilayah Kali Kuning, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan. Di area tersebut, jip-jip yang masing-masing membawa 5-6 wisatawan beratraksi melintasi medan bergeronjal dan menerabas genangan air. Setiap 30 menit, sedikitnya datang 10 jip wisata lainnya untuk beratraksi di medan tersebut, bergantian dengan rombongan jip sebelumnya.