Tenaga kerja lepas menyelesaikan penyortiran dan pelipatan surat suara untuk pemilihan presiden pada Pemilu 2019 di Kantor KPU Jakarta Barat, Senin (18/2/2019). KPU Jakarta Barat melakukan penyortiran dan pelipatan surat suara untuk pilpres sebanyak 1.775.890 lembar surat suara. Proses penyortiran dan pelipatan seluruh surat suara untuk Pemilu 2019 di KPU Jakarta Barat dijadwalkan selesai sekitar satu bulan.
Sejumlah daerah pemilihan bisa jadi kantong suara bagi caleg perempuan pada Pemilu 2019. Selain memiliki proporsi caleg perempuan yang tinggi di pemilu ini, keterpilihan caleg perempuan di dapil itu juga tinggi pada Pemilu 2014.
Pada Pemilu 2019, daerah pemilihan (dapil) Sulawesi Barat, Kalimantan Barat 2, dan Kepulauan Riau memiliki proporsi separuh lebih caleg perempuan dari total jumlah caleg di tiap dapil itu. Sulawesi Barat yang terdiri dari enam kabupaten menjadi wilayah dengan proporsi caleg perempuan tertinggi, yaitu 55,4 persen. Meski pada Pemilu 2009 tak ada satu pun caleg perempuan yang terpilih, pada Pemilu 2014 tingkat keterpilihan caleg perempuan di dapil ini melesat menjadi 66,7 persen sehingga menempatkan dapil ini di peringkat kedua teratas dari total 77 dapil.
Sementara itu, di dapil Kalimantan Barat 2 yang merupakan dapil pecahan dari dapil Kalimantan Barat, ada 51,9 persen caleg perempuan di Pemilu 2019. Dapil Kalbar di Pemilu 2014 memiliki tingkat keterpilihan caleg perempuan 30 persen dan berada di posisi ke-7 teratas dari 77 dapil. Di wilayah ini, Karolin Margret Natasa dari PDI-P menjadi caleg dengan raihan suara terbanyak di Pemilu 2014, yakni 397.481 suara.
Sementara itu, dapil Kepulauan Riau, Maluku, dan Bengkulu berturut-turut mempunyai proporsi 50,9 persen, 50 persen, dan 48,2 persen caleg perempuan. Ketiga wilayah ini mempunyai tingkat keterpilihan caleg perempuan di atas 30 persen pada Pemilu 2014. Di dapil Bengkulu, bahkan caleg perempuan yang terpilih pada Pemilu 2014 dan 2009 selalu di atas 50 persen.
Pada 2009, separuh caleg yang terpilih di Bengkulu adalah perempuan. Lima tahun berikutnya, proporsinya naik jadi 75 persen dan menempatkan dapil ini sebagai dapil dengan proporsi caleg perempuan terpilih paling tinggi secara nasional. Dari empat caleg yang lolos ke Senayan, tiga di antaranya perempuan. Ketiganya adalah Elva Hartati dari PDI-P, Susi Marleny dari Gerindra, dan Dewi Coryati dari PAN.
Satu-satunya caleg laki-laki yang terpilih ialah Rio Capella dari Partai Nasdem. Namun, karena kasus korupsi yang menjeratnya, pada 2015 Rio Capella digantikan Anarulita Muchtar. Dengan pergantian ini, semua anggota DPR yang duduk di Senayan mewakili Bengkulu periode 2014-2019 ialah perempuan.
ANTARA/YUDHI MAHATMA
CALEG PEREMPUAN. Aktivis yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Sipil untuk Perempuan & Politik berunjuk rasa menolak Peraturan KPU Nomor 7 Tahun 2013 tentang keterwakilan perempuan dalam partai di depan Kantor KPU, Jakarta, Senin (1/4).
Para caleg perempuan di kelima dapil ini tampaknya bisa berharap banyak pada para pemilih, terutama kaum perempuan. Rata-rata partisipasi pemilih di lima dapil itu mencapai 78,94 persen pada Pemilu 2014, melebihi rata-rata partisipasi pemilih nasional 75,11 persen. Bahkan, rata-rata tingkat partisipasi perempuan di lima dapil itu pada Pemilu 2014 mencapai hampir 80 persen.
Dapil konsisten
Di samping lima dapil di luar Jawa tersebut, ada tiga dapil di Pulau Jawa yang pada Pemilu 2009 dan 2014 cukup konsisten menempatkan perempuan sebagai representasi politik rakyat di Senayan. Dapil Jawa Barat 4 dan Banten 1 merupakan wilayah yang tingkat keterpilihan caleg perempuannya lebih dari 50 persen di dua kali pemilu legislatif. Sementara dapil Jawa Tengah 4, meskipun pada 2009 proporsi caleg perempuan terpilih hanya 14,3 persen, angkanya melonjak menjadi 57,1 persen pada 2014 sehingga mendongkrak posisinya ke peringkat ketiga nasional dari sebelumnya di peringkat ke-13.
Dapil Jawa Barat 4 menjadi satu-satunya dapil yang pada dua kali pemilu legislatif berhasil mempertahankan posisi tertinggi kedua dari 77 dapil dalam hal caleg perempuan terpilih dengan proporsi 66,7 persen. Di dapil ini ada enam caleg yang terpilih dengan empat di antaranya perempuan.
Nama-nama cukup populer seperti Desy Ratnasari (PAN), Ribka Tjiptaning (PDI-P), Dewi Asmara (Golkar), dan Reni Marlinawati (PPP) berhasil terpilih pada 2014. Dewi Asmara, Ribka Tjiptaning, dan Reni Marlinawati merupakan tiga perempuan wakil rakyat yang berhasil bertahan di kursi Senayan mewakili dapil yang mencakup Kota dan Kabupaten Sukabumi ini sejak 2009.
Namun, pada Pemilu 2019, di dapil Jawa Barat 4 jumlah caleg perempuan kalah jauh dari caleg laki-laki. Caleg perempuan hanya 33,7 persen dari 86 caleg sehingga menempatkan dapil ini di posisi 57 dari 80 dapil.
Dapil Banten 1 yang meliputi Kabupaten Pandeglang dan Lebak secara konsisten memiliki 50 persen caleg perempuan yang lolos ke Senayan dalam dua kali pemilu legislatif. Dari enam caleg terpilih, tiga di antaranya perempuan. Dapil ini pada Pemilu 2009 dan 2014 dikuasai nama-nama dari dinasti politik Jayabaya dan Natakusumah.
ERIKA KURNIA UNTUK KOMPAS
Caleg DPR RI Dapil DKI Jakarta I Chica Koeswoyo berkampanye melalui media kartu pos yang dikirim ke rumah warga awal Januari ini. Melalui media tersebut, mantan penyanyi cilik ini memperkenalkan dirinya dan menyampaikan visi misinya dalam memperjuangkan hak anak-anak dan perempuan.
Pada 2009, caleg perempuan terpilih dapil ini adalah Iti Octavia Jayabaya dan Ratu Siti Romlah dari Partai Demokrat serta Irna Narulita Natakusumah dari PPP. Menjelang akhir masa jabatan, Iti Jayabaya memenangi Pilkada Lebak dan menjadi bupati Lebak 2014-2018.
Lima tahun berikutnya, Irna Natakusumah lolos kembali ke Senayan bersama dengan Vivi Sumantri Jayabaya (Partai Demokrat) dan Tri Murni dari Partai Nasdem. Namun, Irna Natakusumah melepas jabatannya sebagai anggota DPR karena memenangi Pilkada Pandeglang. Ia menjadi bupati Pandeglang 2016-2021. Sementara itu, Tri Murni meninggal karena sakit pada Mei 2018.
Meski berdasar rekam jejak 2009 dan 2014 peluang keterpilihan caleg perempuan di dapil ini tinggi, tahun ini proporsi caleg perempuan yang diusung hanya 39,8 persen. Dari 16 parpol yang mendaftar, enam parpol mencalonkan caleg perempuan dan laki-laki secara berimbang. Sembilan parpol lain masing-masing mencalonkan dua perempuan dari total enam caleg, sedangkan satu parpol tidak mengajukan calon.
Dari total 83 caleg di dapil ini, 87 persen merupakan wajah baru. Di antara 13 persen wajah lama terdapat nama-nama dari klan Jayabaya dan Natakusumah. Vivi Sumantri Jayabaya kembali berkontestasi. Sekarang ia bersaing dengan M Hasbi Asyidiki Jayabaya (PDI-P), sepupunya sendiri yang juga adik Bupati Lebak Iti Jayabaya, serta tiga anggota dinasti Natakusumah yakni Ahmad Dimyati Natakusumah (PKS), bupati Pandeglang 2000-2009 sekaligus suami Irna Narulita, serta kedua anaknya, Rizka Amalia Natakusumah (Partai Nasdem) dan Rizki Aulia Natakusumah (Partai Demokrat).
Kompas
Seorang Bakal Calon Legislatif (bacaleg) perwakilan perempuan mengikuti uji mampu baca Alquran yang dilaksanakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Lhokseumawe di Masjid Agung Islamic Centre, Kota Lhokseumawe, Aceh, Senin (16/7/2018). Uji kemampuan membaca Alquran bacaleg sejak 16-18 Juli 2018 melalui tim penguji independen itu merupakan salah satu syarat untuk lolos mencalonkan diri menjadi calon legislatif pada Pemilu 2019 di Provinsi Aceh.
Ekonomi rendah
Bagaimana gambaran kondisi sosial ekonomi daerah kantong suara bagi caleg perempuan itu? Data memperlihatkan, sebagian dari dapil itu masuk kategori ekonomi rendah. Salah satu indikator yang bisa diungkap ialah nilai produk domestik regional bruto (PDRB). Dapil Sulawesi Barat, Kalimantan Barat 2, Bengkulu, Maluku, serta Banten 1 memiliki PDRB berkategori terendah dari 80 dapil.
Sulawesi Barat contohnya. Total nilai PDRB tahun 2016 hanya Rp 36,13 triliun, menempatkannya di posisi 76 dari 80 dapil. Sementara itu, indeks pembangunan manusia provinsi ini pada 2017 ada di angka 64,55 yang jauh di bawah rata-rata nasional (70,81). Angka ini menempatkan Sulawesi Barat di posisi 71 dari 80 dapil.
Barangkali inilah tantangan bagi caleg perempuan yang berlaga di dapil tersebut. Memenangkan suara rakyat berarti memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki kondisi kehidupan mereka.