Prabowo: Standar Kebangsaan yang Ditetapkan Pesantren Ini Sangat Tinggi.
Calon Presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto terkesima mendengar lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan tiga stansa, disertai lirik yang menggugah semangat kebangsaan. Apalagi tiga stansa itu dinyanyikan di lingkup Pondok Pesantren Majmal Bahrain Shidiqiyah, Desa Losari, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Minggu (24/2/2019). Bukan hanya lagu kebangsaan, tetapi saat itu juga dibacakan sumpah jati diri bangsa.
Prabowo menuturkan dirinya mantan prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sebelumnya ia juga berpandangan bahwa sekolah-sekolah TNI yang paling memiliki rasa kebangsaan atau nasionalisme. Namun setelah bersilaturahmi ke Ponpes Shidiqiyah, ia menilai pesantren tidak kalah nasionalis.
Baru kali ini saya pribadi ikut mendengar dan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stansa. Standar kebangsaan yang ditetapkan pesantren ini sangat tinggi
Setidaknya itu ditunjukkan lewat lagu Indonesia Raya dengan tiga stansa dan sumpah jati diri bangsa. Lagu itu pun terkesan lebih lama dari lagu yang selama ini dinyanyikan. Selama ini ketika dinyanyikan Lagu Indonesia Raya satu stansa saja, kata Prabowo, banyak yang malas dan ogah-ogahan.
“Di sini Lagu Indonesia Raya, dinyanyikan tiga stansa. Saya bukan memuji, saya terkesan. Baru kali ini saya pribadi ikut mendengar dan menyanyikan lagu Indonesia Raya tiga stansa. Standar kebangsaan yang ditetapkan pesantren ini sangat tinggi. Saya juga menyaksikan sumpah jati diri bangsa di pesantren ini,” ujar Prabowo penuh semangat.
Prabowo menceritakan secara panjang lebar perjalanannya selama menjadi prajurit TNI, sejak usia 18 tahun. Dalam sebuah pertempuran, dirinya berkali-kali bisa lolos dari kepungan musuh dan lolos dari maut. Padahal saat itu, pelurunya hampir habis.
“Menjadi tentara itu sama saja teken kontrak siap mati, siap membela bangsa dan negara, membela rakyat yang tertindas. Jadi saya tetap akan mengabdikan hidup saya untuk bangsa,” kata Prabowo.
Jadi saya tetap akan mengabdikan hidup saya untuk bangsa
Ia menegaskan kedatangannya ke ponpes itu bukan untuk kampanye, karena hal itu melanggar aturan. Ia datang untuk bersilaturahmi dan mengenalkan diri. Pesantren dan kiai serta ulama adalah milik umat, jadi siapa pun boleh datang bersilaturahmi.
“Saya bukan kampanye. Mau mendukung atau tidak mendukung, terserah. Saya tetap menghormati. Saya tidak meminta dukungan kiai dan santri-santrinya. Kalau di dalam hati saya diam-diam berharap dukungan, ya boleh dong. Namanya saja berharap. Mau dikasih monggo, tidak dikasih juga tidak apa-apa,” papar Prabowo disambuat tepuk tangan hadirin.
Ia menegaskan dirinya tidak minta dukungan dari pesantren tersebut. Semua orang sudah tahu bahwa dirinya berpasangan dengan Sandiaga Uno ikut kontestasi dalam Pemilihan Presiden 2019. Ia mencoba senantiasa mentaati aturan yang berlaku, termasuk aturan tidak boleh berkampanye di pesantren.
“Mohon direkam dan digarisbawahi, saya ke sini tidak minta dukungan dari pesantren ini. Para ulama, saya pandang sebagai guru. Para kiai adalah guru besar. Janganlah kita menarik guru-guru besar kita untuk hal-hal yang terlalu praktis, apalagi politik praktis. Ulama dan kiai adalah milik semua golongan. Pesantren ini juga milik semua golongan,” kata Prabowo.
Para ulama, saya pandang sebagai guru. Para Kiai adalah guru besar. Janganlah kita menarik guru-guru besar kita untuk hal-hal yang terlalu praktis, apalagi politik praktis
Prabowo tiba di Ploso sekitar pukul 12.00, dengan helikopter yang mendarat di lapangan monumen Garuda Pancasila lingkup Ponpes. Setelah itu Prabowo naik mobil dan tiba di Ponpes sekitar pukul 12.15. Ia didampingi Wakil Ketua Umum Gerindra Sugiono dan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Gerindra Jawa Timur Soepriyatno. Prabowo disambut Pimpinan Ponpes Shiddiqiyyah, KH Mochammad Muchtar Muthi, juga Wakil Ketua Umum Gerindra Rachmawati Soekarnoputri.
Kunjungan Prabowo itu dalam rangka mempererat tali silaturahim dengan para ulama, para kiai para tokoh tokoh agama. Dalam kesempatan Prabowo mendapatkan berkas berkas untuk penguataan kebangsaan yang diserahkan perwakilan ulama Jombang.
Sementara itu Rachmawati menyampaikan, tahun 2019 ini tahun penentuan untuk perbaikan masa depan bangsa. “Tahun ini bangsa Indonesia dihadapkan pada pilihan berubah atau punah. Kita bisa mengalami kepunahan jika kita tidak kembali kepada Undang-undang Dasar 1945,” katanya.
Bukan saja Prabowo yang mengagumi nilai kebangsaan yang ditanamkan di pesantren, tetapi juga Rachmawati. Pesantren Shidiqiyah dinilai setia tetap menjaga dan merawat nilai-nilai kebangsaan. Nilai kebangsaan terus dipertahankan dan diajarkan.
Racmawati menyatakan, ia tidak bermaksud berkampanye, tetapi sebagai putra Bung Karno, sang Proklamator, ia wajib menyampaikan adanya benang merah sejarah, tentang nilai-nilai nasionalisme yang diajarkan Bung Karno, yang dirawat Ponpes Shiddiqiyah.
“Saya hanya titip pesan agar santri di seluruh Indonesia pada 17 April nanti memilih pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto. Ini sebuah konsekuensi jika Indonesia mau berubah. Benang merahnya, ajaran dan pikiran Bung Karo diperlukan bangsa ini ke depan. Bangsa ini harus kembali ke Undang-undang 1945,” kata Rachmawati.
Usai acara ia juga memaparkan kekayaan negeri ini jangan sampai dikuasai asing. Menurut dia, Indonesia belum berdikari secara ekonomi, atau berdaulat secara politik. “Pembangunan infrastruktur pun masih mengandalkan utang luar negeri,” paparnya.
Ini sangat berbahaya, longsornya jati diri bangsa bisa membuat Indonesia tinggal nama, tinggal bentuk dan tinggal cerita
Pimpinan Ponpes Shiddiqiyah KH Muchtar Mu’thi menyampaikan bahwa manusia itu merupakan pelayanan keimanan, pelayan kemanusiaan dan pelayan kealaman. Menurut dia, dalam konteks bangsa, harus dibedakan membangun di Indonesia dengan membangun Indonesia.
Ia berpandangan membangun Indonesia itu muaranya kejayaan Indonesia tetapi membangun di Indonesia bisa untuk kepentingan lainnya. Membangun Indonesia di segala bidang, berdampak rakyat Indonesia jadi tuan di negeri sendiri, tetapi jika membangun di Indonesia, bisa saja rakyat jadi penonton di dalam negeri.
“Membangun Indonesia, jati diri tak akan lepas, tetapi jika membangun di Indonesia jati diri bangsa bisa longsor. Ini sangat berbahaya, longsornya jati diri bangsa bisa membuat Indonesia tinggal nama, tinggal bentuk dan tinggal cerita,” papar Muchtar.
Nyai Shofwatul Ummah mewakili pihak ponpes menjelaskan ponpes Sehidiqiyah berjarak kurang lebih 12 kilometer dari Kota Jombang dengan luas sekitar 42 hektar. Jumlah peserta didik kurang lebih 1500 orang, sedangkan santri thariqat shidiqiyah yang menyebar di seluruh Indonesia sekitar 5 juta. “Kami mendoakan agar keinginan Pak Prabowo untuk mengabdi dan mencintai tanah airnya dikabulkan Allah,” katanya.
Usai acara silaturahmi, Prabowo memenuhi permintaan hadirian untuk berpose bersama di teras rumah KH Muchtar. Setelah itu dia naik helikopter pukul 14.05 untuk melanjutkan silaturahmi ke Ponpes Sunan Drajat, Paciran, Lamongan.
Kami mendoakan agar keinginan Pak Prabowo untuk mengabdi dan mencintai tanah airnya dikabulkan Allah
Disambut Relawan Jokowi
Di Jombang, kedatangan Prabowo pun disambut relawan Calon Presiden (Capres)-Calon Wakil Presiden (Cawapres) Joko Widodo (Jokowi)-KH Ma\'ruf Amin. Sejumlah banner spanduk terbentang diantaranya bertuliskan, “Selamat datang Bapak Prabowo Subianto di Kabupaten Jombang, tapi maaf pilihan kami sudah tetap ke Jokowi-Ma\'ruf”. Tulisan lain, “Pak Prabowo, biarkan Pak Jokowi melanjutkan kinerjanya yang sudah baik, silahkan mencalonkan diri lagi tahun 2024”.
Sejumlah relawan juga meresmikan posko pemenangan bernama “Gubug Jokowi”. Ketua Projo (Pro Jokowi) Jombang, Joko Fatah Rachim menjelaskan pihaknya menyambut Prabowo bersamaan dengan peresmian Gubug Jokowi disertai pemotongan tumpeng.
Meski dikunjungi Prabowo, namun maaf pilihan kami tetap ke Pak Jokowi
“Kami menghormati kedatangan Pak Prabowo, tetapi kami juga memohon maaf. Jombang kandangnya Jokowi. Meski dikunjungi Prabowo, namun maaf pilihan kami tetap ke Pak Jokowi,” katanya.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Yusuf Irfan mengaku tidak mempermasalahkn banner dan baliho atau pun yel yel dukungan terhadap Jokowi saat kunjungan Prabowo di Jombang. “Mereka bukan warga pesantren, jadi kami tidak mempermasalahkan. Hal itu lumrah, yang penting tidak terjadi kontak fisik antar pendukung,” ujarnya kepada wartawan.