Mencari Dapil Loyalis Partai Politik
Loyalitas pemilih terhadap partai politik di Indonesia kerap menjadi isu sentral jelang pemilihan legislatif. Selepas reformasi, makin sulit bagi parpol mempertahankan loyalitas pendukungnya.
Membandingkan hasil kemenangan suara per daerah pemilihan (dapil) dari Pemilu 2009 dan 2014, terekam loyalitas terhadap parpol hanya mengerucut paling banyak pada empat parpol. Dari 77 dapil yang dianalisis, kemenangan parpol dalam dua pemilu itu hanya bisa dicapai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Golkar, Demokrat, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang terjadi di 31 dapil.
Selain itu, rata-rata perolehan suara parpol dari seluruh dapil juga turun dalam dua pemilu. Pada Pemilu 2009, rata-rata parpol pemenang di tiap dapil mendapat 24,3 persen suara, sedangkan pada Pemilu 2014 rata-rata itu turun menjadi 22,6 persen suara. Pada Pemilu 2009, partai yang meraih suara tertinggi ialah Demokrat di Dapil Aceh 2 (44 persen), sedangkan pada Pemilu 2014 persentase tertinggi itu diraih PDI-P di Dapil Bali (43,1 persen).
Dinamika politik di era reformasi mengubah komposisi loyalitas partai politik yang di era Orde Baru begitu masif menguasai suara. Sejak pemilu era pascareformasi, misalnya, muncul istilah wilayah ”kandang banteng” yang merujuk pada daerah-daerah yang kerap dimenangi oleh PDI-P. Meski lebih samar, ada pula sebutan wilayah ”beringin”, wilayah ”Demokrat”, dan wilayah ”NU”. Sebutan-sebutan itu merujuk pada kemenangan beruntun parpol-parpol di kawasan itu.
Provinsi Jawa Tengah yang dikenal sebagai kawasan kandang banteng, misalnya, loyal menopang kemenangan PDI-P di beberapa pemilu legislatif. Hasil Pemilu Legislatif 2009-2014 menunjukkan ada enam dapil di Jateng yang kerap dimenangi PDI-P.
Dapil itu ialah Jateng 3, 4, 5, 7, 8, dan Jateng 9. Enam dapil itu jika diakumulasi mencakup 61,4 persen suara (16,6 juta) dari pemilih di 10 dapil di Jateng yang mencapai 27,1 juta. Jumlah dapil yang dimenangi PDI-P ini lebih banyak daripada dapil di satu provinsi yang dimenangi Golkar.
Dalam dua pemilu terakhir, partai beringin yang juga dikenal memiliki pemilih loyal ini memborong tiga dapil di Sulawesi Selatan, yakni Sulsel 1, 2, dan Sulsel 3 (Golkar juga menang di Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo).
Kawasan penguasaan
Kawasan loyalis PDI-P meliputi wilayah yang dimenangi partai-partai nasionalis era Pemilu 1955. Kawasan ini tersebar di kabupaten/kota di Jateng, seperti Kabupaten Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Wonogiri, Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Kota Solo, Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Cilacap, Banyumas, Tegal, dan Brebes.
Memang, tidak semua daerah di Jateng merupakan loyalis PDI-P. Dapil Jateng 2, misalnya, dimenangi Golkar pada dua pemilu terakhir dengan kenaikan suara 7 persen. Dapil Jateng 2 meliputi Kudus, Jepara, dan Demak. Selain itu, Dapil Jateng 10 yang meliputi Batang, Pekalongan, dan Pemalang juga beralih pilihan dari PDI-P di Pemilu 2009 ke PKB di Pemilu 2014.
Meski demikian, kekalahan PDI-P di dua dapil pantai utara Jawa itu diimbangi capaian di dua dapil lainnya di bagian tengah-selatan, yakni Dapil Jateng 1 (Kota dan Kabupaten Semarang, Salatiga, dan Kendal) dan Dapil Jateng 6 (Magelang, Wonosobo, Purworejo, dan Temanggung). Di dua dapil itu, PDI-P merebut kembali suara pemilih yang pada Pemilu 2009 dikuasai Demokrat.
Selain Jateng, wilayah lain yang juga bisa disebut ”kandang banteng” ialah Dapil Kalimantan Barat dan Dapil Bali. Di Kalbar, perolehan suara PDI-P mencapai 22,9 persen suara pada Pemilu 2009 dan melonjak menjadi 33,0 persen pada Pemilu 2014.
Demikian juga di Dapil Bali, yang merupakan basis terkuat PDI-P. Pada Pemilu 2009, PDI-P mendapat 40,1 persen, lalu naik menjadi 43,1 persen pada Pemilu 2014.
Pamor tokoh
Dari empat parpol yang memenangi dapil-dapilnya pada Pemilu 2009 dan 2014, PKB dan Demokrat memiliki akumulasi kemenangan lebih rendah ketimbang PDI-P dan Golkar. Partai Demokrat yang menang secara nasional pada Pemilu Legislatif 2009 dengan raihan 20,86 persen suara nasional dalam pertarungan di tingkat dapil hanya memenangi dua dapil, yakni Dapil Jatim 7 dan Dapil Aceh 1.
Di Dapil Jatim 7 yang mencakup Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, dan Ngawi, Partai Demokrat menang dengan raihan suara 34,6 persen. Pada Pemilu 2014, kemenangan itu bisa dipertahankan Demokrat, tetapi dengan penurunan suara menjadi 21,7 persen. Di Dapil Aceh 1, perolehan suara Demokrat turun dari 38,2 persen pada Pemilu 2009 menjadi 16,7 persen pada Pemilu 2014. Dapil Aceh 1 meliputi daerah yang luas, mencakup Kota Banda Aceh, Sabang, Subulussalam, Pidie Jaya, Nagan Raya, Aceh Jaya, Gayo Lues, Aceh Barat Daya, Singkil, Simeulue, Pidie, Aceh Besar, Aceh Barat, Aceh Tenggara, dan Aceh Selatan.
Kemenangan Demokrat di Pacitan dan Jawa bagian tengah-selatan relatif mudah dipahami ditilik dari asal-usul Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono yang lahir di Pacitan sehingga menguatkan efek ”putra daerah”. Sementara itu, kemenangan Demokrat di Dapil Aceh 1 agaknya tak terlepas dari kiprah SBY yang bersama Jusuf Kalla dalam periode I pemerintahan SBY-JK (2004-2009) bisa mewujudkan perdamaian di Aceh.
PKB, sebagai perwujudan dari hasrat politik warga NU pascagerakan reformasi 1998 yang didirikan oleh KH Abdurrahman Wahid dan koleganya, dikenal memiliki basis pemilih loyal di berbagai daerah di Jawa Timur. Berdiri pada 23 Juli 1998, setahun kemudian partai berbasis massa Islam moderat ini mengejutkan perpolitikan nasional lewat terpilihnya Abdurrahman Wahid sebagai presiden pada 20 Oktober 1999.
Dalam Pemilu Legislatif 2019, sejumlah survei elektabilitas menunjukkan relatif kuatnya posisi PDI-P di papan atas, dan PKB, Golkar, serta Demokrat di papan tengah. Partai Gerindra yang pada Pemilu 2014 memenangi sejumlah dapil diperkirakan bakal menggeliat sebagai salah satu partai papan atas yang menguasai loyalitas dapil tertentu. Kita tunggu saja.