Stadion Perlawanan Anak Bangsa
Stadion VIJ di Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, menjadi bukti kebangkitan sepak bola anak bangsa di kala Belanda menjajah. Persatuan sepak bola bumiputra yang dibentuk bukan untuk tujuan olahraga semata, tetapi juga terselip cita-cita luhur: merdeka dari kolonialisme!
Namanya stadion, tetapi cukup sulit untuk menemukannya. Akses jalan menuju Stadion VIJ hanya selebar lebih kurang empat meter. Bangunan rumah toko (ruko) Pasar Pertokoan Jalan Biak setinggi empat lantai pun menutupi wajah stadion dari orang yang lalu lalang di Jalan Biak.
Berdasarkan data Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Jakarta, luas lahan Stadion VIJ 8.294,4 meter persegi, dengan ukuran lapangan sepak bola saat ini 105,20 meter x 40 meter. untuk standar nasional, panjang lapangan 90-120 meter dan lebar 45-90 meter.
Saat masuk stadion, jangan bayangkan seperti memasuki Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta Selatan. Sebab, area berumputnya tidak utuh lagi. Sebagian lahan lapangan seakan telanjang, memperlihatkan permukaan pasir putih. Tribun penonton pun hanya ada di sisi barat lapangan. Siapa menyangka jika tempat tersebut punya muatan sejarah nasional?
VIJ menurut buku Peringatan Ulang Tahun Persidja Ke-30 1928-1958 adalah singkatan dari Voetbalbond Indonesia Jacarta. Inilah persatuan sepak bola cikal bakal Persatuan Sepakbola Indonesia Jakarta atau Persija.
Stadion VIJ merupakan markas Persija dari zaman penjajahan yang masih bisa dilihat hingga masa sekarang (meski belum bisa dipastikan sebagai lapangan pertama Persija). Namun, makna stadion bersejarah ini tidak sesempit urusan riwayat sepak bola, tetapi urusan perjuangan untuk lepas dari kolonialisme.
Sebelum VIJ lahir, sejumlah klub sepak bola di Jakarta yang dikelola bumiputra sudah berdiri pada dekade 1920-an. Nama klub tersebut antara lain Ps. Tjahja Kwitang, Ps. Kalipasir, Ps. Sinar Bulan, Ps. Setiaki, dan Ps. Ster.
Namun, saat itu belum ada perserikatan di antara mereka. Ada pun klub-klub sepak bola bangsa Belanda di Batavia dan sekitarnya sudah memiliki perserikatan, Voetbalbond Batavia en Omstreken atau VBO (semacam Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia/PSSI).
Pada suatu malam di tahun 1927, kebakaran besar melanda di Gang Bunder Pasar Baru. Terketuk oleh penderitaan para penyintas kebakaran yang merupakan saudara sebangsa, Soeri dari Setiaki serta Soekardi dan Ali Subrata dari Ster menginisiasi pertandingan dengan memungut bayaran yang hasilnya akan disumbangkan pada para penyintas.
Mereka mencoba meminjam lapangan milik Hercules (salah satu klub anggota VBO) di Deca Park (kini Lapangan Merdeka di kawasan Monas), tetapi tidak kunjung ada jawaban. Permintaan pun diajukan ke VBO langsung, agar bisa meminjam lapangan dari salah satu klub di bawah naungannya. “...permintaan mana mendapat djawaban dengan penolakan.” (Peringatan Ulang Tahun Persidja Ke-30 1928-1958, halaman 37).
“Jangankan mengirimkan surat. Datang saja tidak boleh,” tutur pemerhati sejarah JJ Rizal dalam acara “Festival 125 Tahun MH Thamrin: Jungkir Balik demi Jakarta”, Sabtu (16/2/2019), di Stadion VIJ.
Peringatan larangan yang terkenal dari zaman penjajahan,verboden voor inlander en honden (dilarang bagi pribumi dan anjing), rupanya berlaku juga di lapangan sepak bola. Sadis...
Mencari lapangan
Kondisi ini membakar semangat sejumlah klub sepak bola untuk membentuk perserikatan klub bumiputra di Batavia dan sekitarnya. Akhirnya, VIJ berdiri di Batavia sebagai hasil persatuan klub Setiaki, Ster, MOS, dan BSVC.
Kata Indonesia secara terang-terangan masuk dalam unsur nama VIJ. “Itu hasil efek domino Sumpah Pemuda pada 28 Oktober (1928),” ujar Ketua Tim Sidang Pemugaran DKI Jakarta, Bambang Eryudhawan.
Itu hasil efek domino Sumpah Pemuda pada 28 Oktober (1928).
Namun, urusan lapangan tetap menghambat setelah VIJ terbentuk. Awalnya, klub-klub VIJ boleh bermain di lapangan sudut Gang Scott dan lapangan Brandweer atau pemadam kebakaran. Walau demikian, akhirnya mereka dilarang pula bermain di tempat-tempat itu. Menurut Bambang, Gang Scott sekarang Jalan Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat, dan lokasi lapangan Brandweer ada di area yang saat ini berada di barat Gajah Mada Plaza, Gambir.
Tak mau berputus asa, pada 1929, Soeri, Soekardi, dan Ali Subrata menghadap ke Gemeente (Kotapraja) Batavia. Untungnya, ada bumiputra nasionalis yang punya jabatan di struktur pemerintahan dan legislatif Hindia Belanda. Salah satunya, Mohammad Husni Thamrin, anggota Dewan Rakyat Hindia Belanda (Volksraad). Ia memperjuangkan agar VIJ bisa mendapat tempat untuk berlaga.
VIJ sementara waktu bisa mengadakan pertandingan di sebidang tanah di sudut Laan Trivelli (daerah Tanah Abang), terkenal dengan nama Lapangan Kebon Singkong. Selain itu, VIJ mendapat pinjaman 2.000 gulden dari MH Thamrin untuk pembuatan lapangan serta membeli gedek untuk membuat pagar di daerah Pulo Piun. Inilah lapangan yang disebut Lapangan VIJ atau sekarang Stadion VIJ.
Buku Peringatan Ulang Tahun Persidja Ke-30 1928-1958 menyebutkan, lapangan VIJ digunakan untuk pertandingan yang membawa hasil bagi para korban kebakaran. Hingga buku itu selesai dibuat tahun 1958, VIJ sebenarnya masih berutang pada MH Thamrin, padahal ia sudah meninggal tanggal 11 Januari 1941.
Sejak Lapangan VIJ dibangun, makin banyak klub yang bergabung dalam VIJ, antara lain bertambah dengan Tjahja Kwitang, Jupiter, Jong SS, Malay Club, dan Kerukunan. Para tokoh VIJ juga mulai mendorong pembentukan induk organisasi sepak bola se-Tanah Air. Pada Desember 1929, pengurus VIJ mengirimkan surat pada perserikatan-perserikatan di Surabaya, Madiun, Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Bandung.
Akhirnya, konferensi diadakan di Mataram (Yogyakarta) bulan April 1930 dengan disertai sejumlah pertandingan bola tidak resmi (VIJ menjuarainya). Peserta konferensi pun menyepakati pembentukan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930.
Menurut JJ Rizal, dengan lahirnya PSSI, VIJ tidak hanya berhasil menyatukan bangsa Indonesia lewat sepak bola di tingkat lokal, tetapi juga di tingkat nasional. “Jadi, ada proklamasi (kemerdekaan RI) juga di sepak bola,” kata dia.
Peristiwa penting lainnya, saat kongres kedua PSSI tahun 1932, dengan tuan rumahnya Jakarta. Dalam pembukaan kejuaraan, di pertandingan pertama antara Madiun dan Solo, Soekarno melakukan tendangan pertama. Presiden pertama RI mulai tahun 1945 tersebut baru saja keluar dari penjara Sukamiskin di Bandung.
Sepak bola sebagai sarana persatuan untuk memperjuangkan kemerdekaan juga ditunjukkan oleh adanya pertandingan veteran sebelum pertandingan VIJ melawan PSIM (Yogyakarta) di tahun 1932. Pemainnya terdiri dari tokoh-tokoh pergerakan yang berada di Jakarta, seperti MH Thamrin, Suratin, Dahlan Abdullah, M Soedono, dan Parada Harahap.
Meski demikian, JJ Rizal belum yakin kejuaraan tahun 1932 tersebut diselenggarakan di Stadion VIJ. Dari sumber yang diperolehnya, Stadion VIJ terbangun pada tahun 1936.
Uang 2.000 gulden dari MH Thamrin pun tidak termasuk untuk membeli lahan, karena lahan berstatus disewa dengan harga murah. Uang itu untuk pembangunan lapangan bola sesuai standar, antara lain memiliki tribun dan tempat makan.
Namun, itu bukan berarti menggerus nilai sejarah Stadion VIJ. Penggelontoran uang dari kocek pribadi oleh MH Thamrin untuk kebangkitan persatuan Indonesia lewat sepak bola menjadikan tempat itu patut dilestarikan.
Rencana revitalisasi
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, Pemerintah Provinsi DKI merencanakan revitalisasi lapangan-lapangan di Ibu Kota, salah satunya Stadion VIJ. Namun, ia belum akan mengumumkan rencana tersebut sebelum matang.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga DKI Ratiyono menambahkan, pihaknya selama ini senantiasa memelihara Stadion VIJ. Terkait belum optimalnya penambahan pasir dan rumput di lapangan, kemungkinan Dispora DKI akan menggunakan rumput sintetis.
Selain itu, area parkir kendaraan di depan stadion akan dijadikan sarana olahraga tambahan sehingga fasilitas olahraga warga makin banyak. Dispora akan berkonsultasi terlebih dulu dengan Badan Pengelola Aset Daerah untuk memastikan status kepemilikan lahan parkir itu, tetapi menurut Ratiyono, lahan berdasarkan riwayatnya merupakan bagian dari Stadion VIJ.
Merawat Stadion VIJ berarti juga menghormati jasa MH Thamrin yang pada Sabtu (16/2/2019) lalu berulang tahun ke-125.