Guna mengatasi masalah Indonesia yang sangat kompleks, dibutuhkan pemimpin yang jujur dan kerja sama di antara putra-putri terbaik bangsa.
SEMARANG, KOMPAS - Masalah yang dihadapi Indonesia sangat kompleks sehingga dibutuhkan pemimpin yang jujur dan bisa melihat kekurangan. Pada saat yang sama, putra-putri terbaik bangsa juga harus bekerja sama membangun Indonesia.
Dalam pidato kebangsaan yang disampaikan pada Jumat (15/2/2019) di Semarang, Jawa Tengah, calon presiden Prabowo Subianto menjelaskan, yang dia maksud sebagai pemimpin adalah para pemimpin politik, cendekiawan, dan tokoh-tokoh agama.
Menurut Prabowo, para pemimpin itu mempunyai tanggung jawab yang besar pada negara dan bangsa. Mereka harus teliti dan terbuka, bahwa walaupun ada kemajuan, juga masih banyak kekurangan. ”Negara itu seperti tubuh politik, ada indikator kesehatannya. Sama seperti kalau kita tes ternyata kolesterol tinggi, jangan dokternya yang dimarahi,” kata Prabowo dalam pidato kebangsaan bertema ”Mewujudkan Swasembada Energi, Pangan, dan Air” ini.
Pidato itu merupakan pidato kebangsaan kedua yang dilakukan Prabowo pada tahun ini. Pidato pertama dilakukan pada 14 Januari lalu dengan judul ”Menuju Indonesia Menang”.
Sekitar 400 kursi yang disiapkan di ruangan tempat Prabowo berpidato praktis semuanya terisi. Oleh karena tidak mendapatkan kursi, sejumlah hadirin terpaksa berdiri atau duduk lesehan di depan panggung tempat Prabowo berpidato.
Sementara itu, di belakang Prabowo ada sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang, termasuk partai, organisasi, dan kampus. Menurut Prabowo, mereka memberinya masukan tentang berbagai hal, termasuk untuk mempersiapkan tema-tema debat presidensial.
Orang-orang itu antara lain berasal dari bidang ekonomi, antara lain mantan Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah. Sementara terkait bidang infrastruktur ada mantan staf khusus Kementerian Pekerjaan Umum, Suhendra Ratu Prawiranegara. Di bidang energi ada mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Sudirman Said.
Selain itu, ada pula mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan, pegiat energi terbarukan Aria Witoelar, dan ahli hukum lingkungan Irvan Pulungan. ”Saya senang, sekarang semakin banyak pakar yang mau tampil ke depan mendukung Prabowo,” kata Sudirman Said seusai acara.
Masalah utama
Prabowo berpidato setelah empat orang lainnya berpidato. Mereka adalah Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Sugiono, Suhendra Ratu Prawiranegara, Ari Witoelar, dan Irvan Pulungan.
Dalam pidatonya, Prabowo antara lain sempat bercanda bahwa dirinya tidak boleh salah ucap karena ada banyak media.
Menurut Prabowo, masalah utama Indonesia adalah kekayaan Indonesia yang tidak tinggal di Indonesia. Ia menyatakan, hal ini juga diakui pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang kemudian berupaya menarik uang tersebut kembali ke Tanah Air melalui program tax amnesty (pengampunan pajak). Partai Gerindra mendukung ketika program itu dilakukan.
Meski demikian, menurut dia, dibutuhkan pemerintahan yang tegas dan bebas korupsi untuk bisa membuat kekayaan Indonesia ada di dalam negeri. ”Koruptor tidak boleh ada di negara ini,” katanya.
Prabowo juga mengatakan, bangsa yang besar harus swasembada baik pangan, air, maupun energi. Dalam sejarah juga selalu ada perebutan sumber daya lahan untuk pangan, energi, dan air yang mengakibatkan perang. ”Negara yang berhasil pasti swasembada pangan, tidak boleh ada rakyat lapar. Energi, bahan bakar dari kita sendiri, dan air untuk hidup,” katanya.