Debat Berkualitas dan Pemilih Bimbang
Debat presidensial kedua pada 17 Februari 2019 akan jadi salah satu ajang bagi pemilih dalam menimbang calon presiden pilihan mereka. Karena itu, debat ini diharapkan bisa lebih memunculkan adu substansi program capres.
Publik tampak antusias menyambut debat presidensial kedua. Debat yang akan menampilkan kedua calon presiden ini diharapkan bisa menyuguhkan perdebatan lebih berkualitas. Apalagi, debat kali ini berpotensi menangkap suara pemilih yang belum menentukan pilihan.
Antusiasme publik tersebut tecermin dari hasil jajak pendapat Kompas pada pertengahan pekan ini. Setidaknya, tiga dari empat responden mengatakan akan mengikuti debat presidensial kedua pada Minggu (17/2/2019) dengan tema ”Energi, Pangan, Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup, dan Infrastruktur”. Debat kedua ini hanya akan diikuti calon presiden, yakni Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Sebanyak 65 persen responden menyatakan akan menonton debat kedua itu melalui siaran televisi. Ada dua alasan yang paling banyak disebutkan responden yang akan mengikuti acara debat kedua. Pertama, mereka menyaksikan acara debat itu untuk memahami visi dan misi capres. Hal ini disampaikan lebih dari separuh responden yang berniat menonton acara debat. Alasan kedua yang paling banyak disebut responden adalah ingin mengukur kualitas calon presiden dalam berdebat.
Selain itu, responden berharap jalannya debat kedua nanti juga lebih baik dibandingkan debat perdana pada 17 Januari lalu. Pada debat pertama itu, sejumlah pihak menilai performa kedua pasangan capres dan cawapres cenderung datar. Saat itu belum ada diskusi mendalam terkait program yang ditawarkan dua pasangan calon. Karena itu, responden kali ini berharap debat sesi kedua besok bisa lebih berkualitas.
Harapan ini disampaikan sebagian besar responden meski penyikapannya juga cenderung terbelah, terutama soal apakah debat harus dilakukan dengan model tanya jawab biasa atau lebih menonjolkan debat. Sebagian besar responden cenderung menantikan munculnya model debat antarcapres yang saling mengkritik dan saling menguji argumentasi lawan debatnya dibandingkan dengan model debat yang sekadar tanya jawab seperti diskusi biasa.
Debat substantif
Banyaknya responden yang berharap debat kedua besok lebih berkualitas dengan perdebatan subtantif tidak lepas dari harapan mereka untuk memahami secara utuh visi, misi, dan program kedua capres itu. Untuk isu debat kedua kali ini, Jokowi sebagai petahana sudah memiliki rekam jejak kebijakan terhadap isu-isu terkait, terutama soal infrastruktur yang selama ini jadi andalan kampanyenya. Namun, Prabowo diyakini akan menyiapkan strategi menghadapi petahana.
Di bidang infrastruktur, mayoritas responden menyebut pembangunan jalan, baik jalan umum, jalan tol, maupun jalan di perdesaan penting menjadi isu yang dibahas di debat.
Substansi lainnya yang diharapkan muncul oleh publik pada perdebatan besok adalah terkait harga BBM yang terjangkau, khususnya untuk masyarakat bawah. Terkait hal ini, kemudian isu subsidi rakyat di pemenuhan kebutuhan energi diharapkan bisa disinggung di debat. Dari jawaban responden, tersirat harapan dua capres bisa mengurai lebih tajam soal subsidi ini. Apalagi, dua capres menyebutkan soal ini dalam visi dan misinya. Jokowi menempatkan isu subsidi pada diskursus reformasi sistem subsidi agar lebih tepat sasaran. Sementara Prabowo menempatkan isu subsidi dalam konteks kebijakan subsidi mendorong kemampuan produksi.
Hal yang relatif sama juga terekam di tiga isu lainnya yang akan diangkat dalam debat calon presiden besok. Untuk isu pangan, soal harga dan ketersediaan pangan menjadi masalah yang harus diselesaikan oleh pasangan presiden dan wakil presiden terpilih nanti. Isu pertanian juga menjadi hal yang perlu diangkat di bidang sumber daya alam. Sementara untuk isu lingkungan hidup, sebagian besar responden menyebut penanganan pencemaran dan sampah harus menjadi perhatian.
Responden cenderung lebih berat ke petahana terkait keyakinan bahwa kondisi kelima bidang bahasan itu akan lebih baik jika petahana memenangi pemilihan presiden. Namun, jika dibelah dari kelompok pemilihnya, tampak ada sikap yang juga terbelah, antara responden pemilih Jokowi dan Prabowo. Keyakinan terhadap Jokowi lebih mampu membuat kondisi dari lima isu dalam tema debat menjadi lebih baik disebutkan oleh mayoritas pemilih Jokowi.
Sebaliknya, mayoritas pemilih yang yakin Prabowo mampu membuat lima isu tersebut lebih baik juga disampaikan responden pemilih Prabowo. Artinya, bisa diduga antusiasme terhadap tema debat dan keyakinan responden lebih banyak dipengaruhi pilihan politiknya.
Hal berbeda justru terjadi di kelompok responden yang belum memiliki pilihan politik. Sikap mereka relatif merata dan imbang, baik keyakinan pada Jokowi maupun terhadap Prabowo.
Pemilih bimbang
Pada momentum debat inilah semestinya kedua calon presiden bisa memaksimalkan diri tampil untuk mendapatkan simpati pemilih. Kelompok pemilih ini bersumber dari mereka yang sudah memutuskan pilihan, tetapi masih bimbang dan bisa berubah pilihan, serta pemilih yang sama sekali belum menentukan siapa sosok yang akan mereka pilih.
Kelompok pertama berasal dari pemilih Jokowi dan pemilih Prabowo yang pilihannya masih bisa goyah. Meskipun angkanya kecil, mereka masih mungkin untuk berubah pilihan dan hal ini bisa saja dipengaruhi oleh debat kedua besok.
Kemudian di kelompok kedua, mereka adalah pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters). Hasil jajak pendapat menangkap, sebesar 42,2 persen dari pemilih kelompok ini menyatakan debat kedua besok akan menjadi salah satu bahan pertimbangan mereka untuk menentukan pilihan. Tentu saja, hal ini merupakan kesempatan bagi kedua capres untuk menyajikan debat yang benar-benar berkualitas, mendalam, dan tajam mengurai persoalan. Dengan demikian, publik lantas bisa memahami ke arah mana bangsa ini lima tahun ke depan akan dibawa.