Kerja Sama dengan UGM Menuju Negara Industri Cokelat
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
BATANG, KOMPAS — Industri yang mengolah bahan menjadi barang jadi atau hilirisasi terus didorong, misalnya hilirisasi komoditas cokelat atau kakao agar nilai tambahnya meningkat. Perguruan tinggi didekatkan dengan industri untuk mempercepat berlangsungnya hilirisasi tersebut melalui inovasi yang dilahirkan dari berbagai riset oleh para mahasiswa dan peneliti.
Hal itu coba diwujudkan dengan peresmian Pusat Pengembangan Kompetensi Industri Pengolahan Kakao Terpadu di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Senin (11/2/2019). Ini merupakan hasil kerja sama antara Universitas Gadjah Mada, Kementerian Perindustrian, serta Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengungkapkan, selama ini, Indonesia masuk dalam peringkat tiga besar negara penyuplai bahan baku cokelat di dunia. Namun, Indonesia masih sangat minim untuk mengekspor cokelat yang sudah menjadi produk tingkat akhir dan memiliki nilai tambah lebih tinggi.
”Cokelat itu salah satu yang digemari masyarakat global. Apalagi, kita menjadi supplier ke-3 terbesar di dunia. Kita bukan hanya ingin menjadi supplier. Industri cokelat ini harus jadi unggulan juga,” tutur Airlangga.
Airlangga berharap pusat pengembangan cokelat tersebut dapat membantu mempercepat inovasi pengolahan cokelat. Harapannya, cokelat sudah bisa diolah menjadi produk akhir sehingga negara ini tidak lagi sebatas mengekspor cokelat yang masih berupa bahan baku.
”Kita harus bisa membuat produk akhir. Pusat pengembangan cokelat ini semoga bisa menjawab hal tersebut,” katanya.
Menteri Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi Mohamad Nasir menyampaikan, pusat pengembangan cokelat tersebut merupakan teaching industry atau industri yang digunakan mahasiswa untuk proses pendidikan. Keinginan industri untuk membuat berbagai macam produk olahan cokelat bisa terjawab dengan riset-riset yang dihasilkan lewat pusat pengembangan tersebut. Sebab, pusat pengembangan itu tidak hanya mengutamakan produksinya, tetapi juga bagaimana berinovasi untuk menghasilkan olahan baru.
”Adanya teaching industry ini diharapkan bisa menghasilkan riset-riset untuk peningkatan nilai tambah produk, khususnya di bidang food and agriculture yang ada di Kabupaten Batang. Ke depan, semoga bisa ikut meningkatkan taraf hidup masyarakat,” kata Nasir.
Terkait hal itu, Airlangga menyatakan, keberadaan teaching industry menjadi signifikan pada era Revolusi Industri 4.0. Kesiapan mahasiswa memasuki dunia industri dipercepat dengan adanya kolaborasi antara industri dan perguruan tinggi. ”Ini adalah teaching industry di mana industrialisasi sudah masuk di kampus-kampus,” katanya.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan, program teaching industry mampu mendorong tercapainya peningkatan kompetensi sumber daya manusia industri pengolahan cokelat. Sebab, proses belajar terjadi secara langsung melalui riset yang dilakukan terus-menerus dengan adanya sinergi antara perguruan tinggi dan dunia industri.
”Ini bisa mendorong dan mempercepat program hilirisasi industri pengolahan kakao. Tempat ini sekaligus menjadi wahana produktif berbasis riset dan inovasi untuk mendukung proses pembelajaran yang bersinergi dengan industri,” kata Panut.
Selain itu, ia berharap keberadaan pusat pengembangan itu bisa mendukung peningkatan produksi petani yang dilakukan dengan mekanisme badan usaha milik rakyat. Caranya dengan membuat pelatihan wirausaha masyarakat berskala kecil dan menengah agar bisa memproduksi makanan dan minuman berbahan baku cokelat.
Airlangga berharap pusat pengembangan cokelat tersebut dapat membantu mempercepat inovasi pengolahan cokelat. Harapannya, cokelat sudah bisa diolah menjadi produk akhir sehingga negara ini tidak lagi sebatas mengekspor cokelat yang masih berupa bahan baku.
Bupati Batang Wihaji mengatakan, rencana yang sudah disampaikan itu diharapkan bisa terlaksana. Masyarakat harus dilibatkan dengan berbagai kegiatan dari pusat pengembangan cokelat yang berada di tengah-tengah kebun cokelat milik masyarakat itu.
”Kami punya semangat menciptakan 1.000 wirausaha baru dengan slogan one village, one product. Nanti kami siapkan desa ini sebagai kampung cokelat,” kata Wihaji.