JAKARTA, KOMPAS - Majunya Prabowo Subianto sebagai calon presiden nomor urut 02 memberikan efek ekor jas atau coattail effect kepada Partai Gerindra sebagai partai pengusung calon presiden-wakil presiden. Hal ini ditandai dengan elektabilitas partai yang terus menunjukkan tren peningkatan.
Hasil survei elektabilitas partai politik yang dilakukan Litbang Kompas pada Oktober 2018 menunjukkan, ada lima partai yang melampaui syarat ambang batas parlemen untuk masuk ke DPR. Kelima partai itu adalah PDI-P (29,9 persen), Partai Gerindra (16 persen), PKB (6,3 persen), Partai Golkar (6,2 persen) dan Partai Demokrat (4,8 persen).
Dari kelima partai tersebut, Partai Gerindra mengalami kenaikan elektabilitas hingga 5,1 persen dibandingkan hasil Survei pada April 2018. "Semoga posisi ini bisa bertahan dan terus meningkat," ujar Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Ahmad Riza Patria, di Gedung Nusatara III DPR, Jakarta, Selasa (12/2/2019).
Riza mengatakan, tren positif ini akan dipertahankan dengan memperkuat struktur kepartaian, mulai dari tingkatan terbawah partai hingga pejabat teras Partai Gerindra. Partai Gerindra juga memperkuat simpatisan masyarakat untuk terlibat dalam pemilihan presiden-wakil presiden maupun pemilihan anggota legislatif.
Kondisi sebaliknya justru dialami oleh Partai Golkar. Tingkat keterpilihan partai berlambang pohon beringin itu menurun sebesar 1 persen jika dibandingakan dengan hasil survei pada April 2018. Padahal, sejak era Orde Baru hingga pascareformasi, Golkar selalu menjadi partai papan atas dalam perebutan suara pemilu legislatif.
Menyikapi hal itu, Koordinator Bidang Kepartaian Partai Golkar Ibnu Munzir menilai, pengusungan Prabowo sebagai calon presiden 2019 memberikan dampak signifikan terhadap tingkat keterpilihan Partai Gerindra. "Gerindra, kan, mendapatkan efek ekor jas dari pencalonan presiden, sedangkan Golkar tidak dapat itu," ujarnya.
Efek ekor jas
Heather Stoll dalam "Presidential Coattails: A Closer Look" yang dimuat di Jurnal Party Politics (2015) menyebutkan pemilihan presiden memberikan efek "tarikan" bagi pileg karena kampanye pemilihan presiden menarik perhatian media nasional, kandidat legislatif, elite politik, dan juga para pemilih (Kompas,12/8/2018).
Para pemilih umumnya juga menggunakan informasi dari kampanye pilpres yang digelar bersamaaan dengan pemilu legislatif sebagai panduan mereka dalam memilih caleg.
Direktur Pusat Studi Konstitusi Universitas Andalas, Padang, Feri Amsari, mengatakan, efek ekor jas menimbulkan dampak perimbangan hasil kepada partai pengusungnya. Kendati demikian, kata Feri, pencalonan Joko Widodo dan Prabowo Subianto hanya akan berdampak kepada partai utama pendukungnya.
Hal serupa juga dikatakan Peneliti Senior LIPI Syamsudin Haris. Menurutnya, dalam konteks Pemilu 2019, hanya dua partai yang menikmati efek ekor jas dari pencalonan presiden, yakni PDI-P dan Partai Gerindra. Sementara partai lain, meski ikut mendukung, belum tentu dapat menikmati peningkatan elektabilitas.
Menurut Syamsudin, partai pendukung perlu mengasosiasikan partai dengan capres yang mampu memberikan efek ekor jas. "Parpol harus mengidentifikasi dengan sosok capres, walau belum tentu menjanjikan juga," ujarnya. Ini, lanjutnya, dapat dilakukan dengan membuat slogan atau spanduk yang mengasosiasikan parpol dengan sosok capres.
Tumpuan
Meski mendukung pasangan Jokowi-Ma\'ruf Amin, hal itu belum berpengaruh terhadap tingkat keterpilihan partai. Oleh karena itu, kualitas caleg dalam pemilu mendatang jadi tumpuan Partai Golkar guna memperbaiki suara partai.
"Partai Golkar akan melangkah dengan strategi tertentu, di antaranya kami bertumpu pada kekuatan kualitas figur caleg. Kami harap kerja para caleg bisa mendongkrak suara," ujarnya.
Ibnu menambahkan, strategi itu akan diterapkan oleh Partai Golkar di beberapa daerah pemilihan (dapil) yang berpotensi mendulang suara, seperti di Jawa Tengah, Lampung, dan Kalimantan Timur. Di daerah tersebut, Partai Golkar akan bertarung habis-habisan untuk meningkatkan jumlah kursi.
"Kami akan tampil all out di daerah-daerah tersebut," kata Ibnu. Teknisnya, tambahnya, Partai Golkar akan menampilkan figur caleg yang bisa diterima dan mampu menarik pemilih dengan menonjolkan program-program konkret.
Sementara menurut Feri, parpol yang tidak mendapatkan efek ekor jas dari capres harus turun kepada konstituen dengan menampilkan kejelasan program dan tidak mengandalkan program sesaat menjelang pemilu. (DIONISIO DAMARA)