SEMARANG, KOMPAS – Warga Kota semarang mulai menggalakkan sistem keamanan lingkungan atau siskamling mengantisipasi maraknya aksi pembakaran kendaraan bermotor di sejumlah wilayah Jawa Tengah belakangan. Mereka juga mulai berinisiatif memasang kamera pemantau untuk membantu petugas mengungkap kasus yang semakin meresahkan tersebut.
Ketua RT 02/RW 01 Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Wagino menuturkan, sejak sepekan ini, warga mulai aktif menjalankan jadwal ronda keliling yang sudah berhenti beberapa taghun terakhir. “Kami juga kembali berjaga di pos-pos siskamling. Kami tidak ingin kasus serupa terjadi di tempat ini,” ujarnya, Senin (11/2/2019).
Sejumlah daerah juga mulai memasang kamera pemantau meski harus menarik iuran warga. Menurut David, warga Kelurahan Tawangsari, Kecamatan Semarang Barat, warga di RT-nya secara sukarela iuran Rp 20.000 untuk membeli dan memasang kamera pemantau (CCTV) di pintu masuk kampung. Selain itu, diberlakukan pula satu pintu masuk agar lalu lalang warga luar kampung terdeteksi.
Warga di Kota Semarang tetap yakin, kepolisian mampu mengungkap dalang pelaku di balik aksi teror pembakaran kendaraan bermotor. Menurut Imam, warga Kecamatan Ngaliyan, dalam membantu kepolisian mengungkap aksi teror itu, warga mulai melengkapi pantauan lingkungannya dengan memasang kamera pemantau yakni CCTV di jalan masuk kampung yang strategis.
“Adanya aksi itu, sebenarnya justru menggugah warga makin tidak takut. Warga seperti diingatkan meski selama ini mereka jarang ikut siskamling, namun dengan adanya aksi itu, banyak warga justru tergerak ikut siskamling di lingkungannya,” ujar Imam.
“Adanya aksi itu, sebenarnya justru menggugah warga makin tidak takut. Warga seperti diingatkan meski selama ini mereka jarang ikut siskamling, namun dengan adanya aksi itu, banyak warga justru tergerak ikut siskamling di lingkungannya.” (Imam-warga)
Hingga Senin, telah terjadi 28 kasus pembakaran kendaraan bermotor di empat wilayah di Jateng. Rinciannya, 17 kasus di Kota Semarang, 9 kasus di Kabupaten Kendal, 1 kasus di Ungaran Kabupaten Semarang, dan 1 kasus di Kabupaten Grobogan. Dari seluruh kasus, sebanyak 20 kendaraan roda empat dan 10 kendaraan roda dua jadi sasaran pembakaran.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo juga tetap meminta masyarakat tidak lengah. Dia mengajak warga saling bahu membahu mengamankan lingkungannya, termasuk melakukan pengamanan lingkungan dengan tetap berkoordinasi dengan aparat bintara pembina desa atau kampung.
“Kalau ada hal-hal yang mencurikan di lingkungan, kampung supaya segera melaporkan. Boleh lapor ke saya lewat pesan pendek di handphone, boleh melapor ke koramil atau ke polsek terdekat,” ujar Ganjar.
Permintaan Ganjar itu terkait dengan belum terungkapnya pelaku di balik aksi teror pembakaran kendaraan bermotor milik warga. Peristiwa pembakaran itu nampaknya dilakukan secara acak. Kelambanan dalam mengungkapkan kasus ini pun, juga diakui oleh pihak Kepolisian Daerah Tengah. Padahal, Polda telah menurunkan tim untuk memburu pelaku aksi bakar kendaraan bermotor ini.
Kepolisian mengalami sejumlah kendala untuk mengungkap kasus tersebut. Apalagi, setiap ada kejadian aksi pembakaran pada dini hari, pelaku tidak meninggalkan jejak sama sekali.
Tak ada jejak
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jateng, Komisaris Besar Polisi Agus Triatmaja juga menyatakan, kepolisian mengalami sejumlah kendala untuk mengungkap kasus tersebut. Apalagi, setiap ada kejadian aksi pembakaran pada dini hari, pelaku tidak meninggalkan jejak sama sekali. Aksi teror itu sudah berlangsung sejak akhir Desember.
Peristiwa pembakaran di Kota Semarang, tak hanya merugikan pemilik kendaraan bermotor. Aksi itu juga dinilai turut menumbuhkan rasa saling curiga di antara warga. Adapun aksi pembakaran kendaraan bermotor, mobil maupun sepeda motor yang terjadi di Kota Semarang, nampaknya hampir merata.
Sepanjang Januari saja, tercatat aksi pembakaran terjadi di Puspogiwang (Semarang Barat), Jalan irigasi (Mangkang Kulon), Jalan Gaharu Utara (Banyumanik), Genuk Karanglo (Genuk), Perum Beringin (Ngaliyan), jalan Ciliwung (Semarang Timur). Kemudian berlanjut Februari di Candisari, Tambakaji (Ngaliyan) serta Menoreh Timur, Sampangan.