Aguero dan Higuain, Pembawa Mendung Langit “Biru Putih”
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
Duel Mancheser City melawan Chelsea lebih dari misi klub bagi Sergio Aguero dan Gonzalo Higuain. Dua penyerang murni terbaik Argentina ini sedang mencari jawaban, siapa yang terbaik di tanah kelahirannya sekaligus menghapuskan status pembawa mendung di langit “Biru Putih”.
Higuain baru saja datang ke Liga Primer Inggris, bergabung dengan Chelsea pada bursa transfer Januari 2019. Pria berusia 31 tahun itu akan menantang Aguero bersama Manchester City dalam laga besar Liga Primer, Minggu (10/2/2019) malam WIB di Stadion Etihad, Manchester City.
Kedua ujung tombak ini menjadi tumpuan masing-masing klub mengejar targetnya. City wajib meraih kemenangan demi menjaga persaingan gelar juara bersama Liverpool dan Spurs. Sementara itu, Chelsea berambisi membawa pulang tiga poin untuk mengamankan posisi empat besar dari Manchester United dan Arsenal.
"Kun", julukan Aguero yang berasal dari karakter animasi Jepang bernama Kum-kum, sedang dalam kondisi terbaik. "Kun", karakter animasi pembuat masalah itu, sudah mencetak enam gol dari lima laga terakhir, termasuk hattrick pekan lalu saat menaklukkan Arsenal, 3-1.
"El Pipita", panggilan Higuain, diambil dari ejekan terhadap ayahnya yang memiliki hidung besar seperti pipa, tak mau kalah. Pekan lalu, dalam penampilan keduanya bersama Chelsea, dia mencetak dua gol indah dalam saat menghancurkan Huddersfield, lima gol tanpa balas. Gol itu membuktikan dirinya masih belum habis.
Pertarungan amat seru karena kedua pemain ini memiliki tipe yang nyaris sama. Mereka adalah penyerang "nomor 9" murni atau sang eksekutor. Sama-sama bertubuh agak gempal: Higuain setinggi 1,84 meter dan Aguero 1,73 meter. Keduanya dianugerahi kecepatan tinggi, bodi kuat, kemampuan dribel, dan tendangan keras.
Penyerang yang hanya berselisih usia enam bulan itu merupakan salah dua yang terbaik di dunia. Total 598 gol dihasilkan keduanya untuk klub. Di tingkat klub, Aguero pernah membela Atletico Madrid sebelum berlabuh ke Manchester. Higuain lebih komplet, pernah bermain di Real Madrid, Juventus, AC Milan, dan Napoli.
Lantas siapa yang lebih baik sejauh ini? Berdasarkan statistik Sky Sports, Aguero mencetak 231 gol di liga utama, lebih banyak dibandingkan 226 gol milik Higuain. Secara jumlah gol, pemain berusia 30 tahun itu unggul sedikit.
Aguero telah memproduksi setidaknya 20 gol untuk klub selama 11 dari 12 musim terakhir. Nyaris sama dengan Higuain, yang hanya gagal mencapai 18 gol semusim pada saat dilanda cedera musim 2010/2011 bersama El Real.
Namun dari gol per 90 menit, "El Pipita" lebih unggul dengan 0,59 dibandingkan 0,57 milik "Kun". Statistik rasio gol Higuain lebih unggul karena dia kerap mencetak gol dari bangku cadangan saat berseragam Real Madrid. Sementara itu, Aguero selalu menjadi opsi pertama di klubnya.
Terakhir kali mereka bertemu pada 2010. Saat itu, Higuain mencetak satu gol yang membawa "Los Blancos" menang 3-2 dalam Derbi Madrid. Di sisi lain, Aguero hanya mampu menyumbang asis untuk gol pertama Atletico.
Pembawa mendung
Lepas dari seragam dan kontrak bersama klub, dua penyerang itu punya urusan lebih penting, terkait tanah kelahirannya. Mereka masih berutang pada Argentina. Selama ini, keduanya dinilai tidak memberikan kemampuan terbaik di timnas, seperti saat membela klub.
Aguero dan Higuain berada dalam bayang-bayang Lionel Messi. Mereka dianggap tak mampu membantu "La Pulga" menjadi pemain terbaik sepanjang masa dengan koleksi trofi bersama Argentina. Tak ayal, mereka diberi label sebagai pembawa mendung di negara berlambang langit bercorak biru dan putih tersebut.
Higuain merupakan kambing hitam terbesar kekalahan Argentina di tiga final, yaitu Piala Dunia Brasil 2014, serta Copa Amerika 2015 dan 2016. Pemain kelahiran Brest, Perancis, itu membuang peluang emas yang seharusnya saja membawa negaranya juara. Kegagalan itu terus diingat dan menjadi bahan olok-olokan publik Argentina.
Di final Piala Dunia 2014, Argentina melawan Jerman. Higuain yang tinggal berhadapan dengan Manuel Neuer, menendang bola menepi tiga meter dari mistar gawang. Pertandingan harus dilanjutkan ke babak tambahan. Argentina kalah 0-1 lewat gol di babak tambahan kedua.
Saat melawan Chile, di final Copa Amerika 2015 dan 2016, Higuain juga menjadi aktor kegagalan. Pada 2015, dia membuang peluang emas saat tinggal menyontek bola di depan gawang. Setelah itu, dia juga gagal mengeksekusi bola di drama adu penalti. Tendangannya melayang di atas gawang. Sementara itu, pada 2016, penyerang asal River Plate itu kembali gagal satu lawan satu menghadapi Claudio Bravo.
Sementara itu, setelah menjadi pelapis Higuain pada 2010 hingga 2016, Aguero mendapat kesempatan pada Piala Dunia Rusia 2018. Namun, "Kun" hanya mencetak dua gol dalam empat laga. Nasib "La Albiceleste" terhenti di babak 16 besar dikalahkan Perancis 3-4.
"Pipita" dan "Kum" berkesempatan menebus dosa besarnya. Mereka berpeluang memimpin rekan-rekan timnas Argentina pada tahun mendatang. Sebab, sang senior, Messi, memutuskan pensiun setelah kegagalan di Rusia.
Namun, hanya ada satu posisi untuk kedua penyerang bertipe serupa itu. Mereka harus merebut hati pelatih baru Argentina, Lionel Scaloni. Waktu tepat membuktikannya sudah pasti saat kedua pembawa mendung ini saling bersinggungan, Minggu malam.(REUTERS/AFP)