PERANAP, KOMPAS – Perusahaan Tambang Batubara PT Bukit Asam, perusahaan minyak negara PT Pertamina dan PT Air Products Indonesia mulai merealisasikan kerjasama pembangunan pabrik gasifikasi batubara menjadi produk dimethyl ether (DME) yang dapat menjadi pengganti gas untuk kebutuhan rumah tangga.
Pencanangan pembangunan pabrik gasifikasi batubara pertama di Indonesia itu dilaksanakan di areal tambang batubara PT Bukit Asam (BA) di Peranap, Indragiri Hulu, Riau, Kamis (7/2/2019).
“Tahun lalu kami melakukan MOU di kantor pusat Air Product di Amerika dan dilanjutkan dengan penandatanganan kerangka perjanjian perusahaan patungan di Jakarta pada 16 Januari 2019. Hari ini kami mencanangkan pembangunan pabrik yang akan menjadi kebanggaan masyarakat Riau dan Tanah Air," ujar Direktur Utama PT BA Arviyan Arifin dalam sambutannya saat pencanangan . Di lokasi itu, lanjut Arviyan, pihaknya melakukan langkah besar untuk mengubah sumber daya alam yang kurang bernilai menjadi produk bernilai tambah.
Beroperasi 2022-2023
Menurut Arviyan, pabrik yang didirikan itu bakal memproduksi DME yang memiliki karakteristik seperti LPG dengan kapasitas 1,4 juta ton per tahun. Bahan baku batubara yang dibekukan untuk memproduksi gas itu diperkirakan mencapai 10 juta ton per tahun.
“Sampai sekarang sebagian LPG berasal dari impor yang senantiasa mengurangi devisa negara. DME akan memberi nilai tambah. Pada tahun ini kami akan melakukan studi kelayakan dan proses pembangunan sudah dapat dimulai pada akhir tahun 2019 atau awal 2020. Pada tahun 2022-2023 pabrik sudah akan beroperasi, “ kata Arviyan.
Secara terpisah, Pimpinan Pengembangan Gasifikasi Batubara Peranap PT BA, Dody Arsadian mengungkapkan, nilai investasi pembangunan pabrik gas DME mencapai 2 miliar dollar AS lebih. Dana itu ditanggung secara bersama dengan nilai sama rata dari perusahaan yang bermitra.
Dalam studi kelayakan yang bakal dilakukan dalam waktu dekat ini, tim akan bekerja menghitung angka ekonomi untuk produk yang menguntungkan. Untuk menekan biaya produksi tinggi di produk hilir, langkah awal PT BA adalah melakukan efisiensi ongkos produksi dalam menambang batubara.
“Batubara dari Peranap memiliki kalori yang sangat rendah, dibawah 3.000 kalori. Makanya kami harus dapat mengendalikan ongkos produksi. Efisiensi adalan kuncinya,” kata Dody yang masih merahasiakan nama perusahaan patungan dimaksud. Menurut Dody, PT BA memiliki konsesi lahan pertambangan seluas 18 ribu hektar dengan cadangan batubara sebesar 600 juta ton.
Direktur Utama PT Air Products Indonesia Tri Widio Pramono mengungkapkan, teknologi gasifikasi batubara menjadi gas DME bukanlah teknologi baru. Banyak negara yang sudah memiliki kemampuan mengubah bahan baku batubara menjadi gas untuk kebutuhan industri atau rumah tangga.
“Kami dipilih PT BA karena memiliki teknologi yang sangat efisien. Pabrik kami mampu mengolah batubara dengan kalori rendah secara efisien dibandingkan pabrik lain,” kata Tri.
Tri menambahkan, proses gasifikasi batubara pada dasarnya adalah teknologi sederhana mengubah batu bara padat menjadi gas dalam proses oksidasi. Proses itu akan menghasilkan gas karbon monoksida (CO) dan hidrogen sintetis yang sering disebut syngas. Produk syngas itulah yang kemudian diolah menjadi etanol dan kemudian dikonversi dengan proses kimia untuk menghasilkan produk akhir DME.
“Banyak pilihan teknologi gasifikasi batubara di dunia ini, namun hanya kami yang paling efisien untuk batubara yang memiliki kalori rendah. Itulah makanya kami yang dipilih bekerjasama dengan PT BA,” kata Tri.
Wakil Bupati Indragiri Hulu Hairizal mengungkapkan, pihaknya sangat mendukung berdirinya pabrik gasifikasi batubara di daerahnya. Indragiri Hulu dikenal memiliki cadangan batubara sebesar 2 miliar ton, namun belum ada pabrik atau perusahaan besar untuk mengolah batubara yang memiliki kalori rendah.
“Sejak tahun 1980, wilayah Cerenti dan Peranap sudah diteliti memiliki kandungan batubara yang sangat besar. Sejak saat itu, pemerintah sudah sering menggaungkan membangun industri besar di lokasi kami, namun belum ada yang terealisasi. Kami sangat berharap, pabrik gasifikasi ini benar-benar terwujud untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar tambang ini,” ujar Hairizal.