Kewirausahaan Indonesia semakin tertinggal dibandingkan negara maju, bahkan antarnegara di Asia Tenggara. Selain minimnya mental kewirausahaan masyarakat, infrastruktur dan permodalan juga menjadi kendala memajukan kewirausahaan di tanah air.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Kewirausahaan Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara maju, bahkan antarnegara di Asia Tenggara. Selain minimnya mental kewirausahaan masyarakat, infrastruktur dan permodalan juga menjadi kendala memajukan kewirausahaan di tanah air.
“Indonesia berada di urutan 94 dari 137 negara dalam hal kewirausahaan,” ucap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, saat membuka acara Musyawarah Provinsi VII Kamar Dagang dan Industri Indonesia Jawa Barat, Kamis (7/2/2019) di Kabupaten Cirebon. Ia mengutip data Global Intrepreneurship Index 2018. Urutan tersebut menunjukkan kemampuan suatu negara menghasilkan wirausahawan.
Posisi Indonesia tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yakni urutan ke-90. Bahkan, dalam kancah regional, Indonesia masih berada di bawah Filipina (urutan 84), Thailand (71), Malaysia (58), dan Singapura (27).
Salah satu indikator tertinggalnya Indonesia dalam hal kewirausahaan ialah jumlah wirausaha dalam negeri yang hanya 3,1 persen dari total penduduk usia kerja. Usia produktif, yakni 15 tahun-64 tahun di Indonesia mencapai lebih dari 183 juta orang.
“Padahal, di negara maju, rasio jumlah wirausaha mencapai 14 persen dari total penduduk usia kerja,” lanjut Enggartiasto.
Di negara maju, rasio jumlah wirausaha mencapai 14 persen dari total penduduk usia kerja
Menurut Enggartiasto, rendahnya wirausaha di tanah air disebabkan faktor mental masyarakat, infrastruktur, dan permodalan. “Masyarakat belum memiliki mental dan perilaku wirausaha. Sementara infrastruktur teknologi internet kurang menunjang. Begitupun dengan permodalan,” ujarnya.
Padahal, kewirausahaan dapat menciptakan lapangan kerja sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Terlebih lagi, perdagangan berbasis digital seperti electronic commerce (e-commerce) yang bisa dilakukan oleh siapa saja dan di mana saja terus bertumbuh.
“Nilai e-commerce tahun depan diprediksi mencapai 55 miliar dollar AS,” ucap Enggartiasto. Saat itu, sebanyak 65 juta penduduk Indonesia diprediksi melakukan pembelian dalam jaringan (online). Apalagi, 98,6 persen pengguna interet mengenal transaksi daring.
“Untuk meningkatkan kewirausahaan, kami tingkatkan pendidikan kewirausahaan kepada masyarakat,” ucapnya. Pihaknya juga meminta dunia usaha ikut membangun wirausaha baru di daerah.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil yang turut hadir dalam acara tersebut mengatakan, pemprov punya program bernama "Saudagar Jabar". Program itu mendahulukan pengusaha setempat dalam memanfaatkan peluang ekonomi. “Kalau pengusaha di Jabar enggak bisa, kami lempar (peluang ekonomi) ke luar,” ungkap Kamil.
Adapun Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal mengatakan, pihaknya telah membangun pusat pelatihan Kadin yang dapat melatih masyarakat menjadi pengusaha. “Ada materi bisnis internasional, ekspor impor, studi bahasa. Kami juga telah membuat program Garuda, Gerakan Wirausaha Desa, dan Perahu (pertumbuhan usaha baru). Semuanya sedang berjalan,” ujarnya.