Bogangin, Desa Durian di Banyumas Beromzet Rp 15 Miliar
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS – Kabupaten Banyumas kian dikenal sebagai salah satu penghasil durian enak di Jawa Tengah bagian selatan. Setelah nama durian bawor dari Desa Alasmalang, Kecamatan Kemranjen melejit, kini sejumlah durian lokal dari Desa Bogangin, Kecamatan Sumpiuh, tengah naik daun. Bahkan, di desa ini, perputaran uang dari durian selama dua bulan terakhir mencapai Rp 15 miliar.
Durian bogangin memiliki rasa manis dengan paduan sedikit pahit, tetapi menawarkan daging buah tebal beraroma wangi dengan biji yang kecil. “Di Banyumas ada banyak durian yang bagus,” kata Sudarno (43) pedagang durian Desa Bogangin, Kamis (7/2/2019).
Di Bogangin, sejumlah durian unggul tumbuh subur, misalnya musang king, bawor, dan duri hitam. Tidak hanya itu, durian lokal dengan kualitas bagus juga mulai dikembangkan para petani seperti durian bogangin, cheri, mustika, purnama, pelangi, serta j-queen yang harganya sempat dijual hingga jutaan rupiah di Tasikmalaya, Jawa Barat.
Menurut Sudarno, durian j-queen memang dijual dengan harga fantastis karena bertujuan untuk mengenalkan produk durian bogangin kepada khalayak. Durian ini manisnya terasa awet di lidah dan tenggorokan dengan aroma harum sangat dominan. Durian yang berbunga dan berbuah setahun sekali ini juga tidak selalu berhasil dipanen.
“Seringkali mau panen, tapi kemudian buah jatuh prematur. Terakhir ini berbuah sekitar 20 biji. Jatuh prematur dan sisa 7 butir. Yang 3 butir dimakan ramai-ramai, yang 4 butir dijual,” tuturnya.
Sementara durian bogangin sendiri, memiliki rasa manis, sedikit pahit. Dagingnya cukup tebal dan warnanya putih. Sementara durian mustika memiliki warna daging oranye serta rasa manis kuat. “Durian bogangin dijual Rp 55.000 per kilogram,” tutur Sudarno.
Suratman (43) petani durian Desa Bogangin menyampaikan, dari 15 pohon durian miliknya, dalam sekali panen sejak Desember 2018 hingga Januari 2019, dia bisa mendapat pemasukan hingga Rp 25 juta. “Satu pohon durian ada yang bisa berbuah sampai 50 buah, 100 buah, sampai 200 buah,” kata dia.
"Satu pohon durian ada yang bisa berbuah sampai 50 buah, 100 buah, sampai 200 buah." (Suratman)
Menurut Suratman, buah durian musang king di desa itu bisa dijual dengan harga Rp 150.000 per kilogram, durian duri hitam dengan harga Rp 200.000 per kilogram, dan durian bawor Rp 45.000 sampai Rp 50.000 per kilogram. “Pembelinya banyak dari Purwokerto, Semarang, sampai Bandung,” tuturnya.
Kendala
Pengembangan durian lokal antara lain terkendala musim hujan yang berkepanjangan sehingga membuat bunga dan buah mudah rontok. Selain itu, penjualan kepada para pengepul dengan sistem retur membuat durian yang rusak dijual sangat murah hanya Rp 10.000 per butir. “Di sini belum ada pengolahan durian lebih lanjut. Kalaupun ada, kami masih kesulitan pemasarannya,” tutur Sudarno.
Dalam dua bulan terakhir, tambah Sudarno, dari sekitar 1.000 pohon durian milik 40 petani di Desa Bogangin, bisa dipanen sekitar 300 ton. Perputaran uang di desa dari durian mencapai Rp 15 miliar. “Kami berupaya meningkatkan kualitas durian dengan mengundang ahli pupuk dan ke depannya akan mengajukan sertifikat untuk durian-durian dari Bogangin,” ujar Sudarno.
“Di sini belum ada pengolahan durian lebih lanjut. Kalaupun ada, kami masih kesulitan pemasarannya.” (Sudarno)
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Widarso mengungkapkan, luas lahan durian di Kabupaten Banyumas mencapai 1.834 hektar dengan total produksi 9.780 ton. Adapun produktivitasnya sekitar 12,34 ton per hektar.
Kepala Seksi Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas Iin Dwi Sulistyatik menambahkan, pengembangan durian di Banyumas terus dilakukan antara lain dengan mengembangkan penangkaran varietas-varietas baru, penambahan luas tanaman, serta pelatihan bagi petani dengan mendatangkan pakar untuk meningkatkan kualitas durian.
“Dukungan dari APBN tahun ini ada penambahan luas lahan 10 hektar dan tahun lalu sebanyak 15 hektar dari APBD,” kata Iin.