Bali Terus Pertahankan Ekspor Kopi Kintamani ke Amerika Serikat
Oleh
Ayu Sulistyowati
·3 menit baca
Kopi arabika kintamani bali usai dipetik.DENPASAR, KOMPAS - Gubernur Bali Wayan Koster mendorong petani kopi di Bali tetap maju bersamaan dengan peningkatan ekspor kopi Bali ke Amerika Serikat. Ia berjanji dinas terkait terus mendukung kebutuhan para petani.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor kopi dan rempah-rempah mendominasi ekspor dari Bali ke Amerika Serikat. Data Desember 2018, ekspor kopi mencapai 59,16 persen total ekspor ke AS.
Saat ini, sebanyak 64 irigasi subak di Kintamani, Kabupaten Bangli, dan sekitarnya masih dimaksimalkan untuk menyokong produksi kopi, khususnya arabika. “Ayo, Kopi Bali, khususnya Kopi Kintamani harus terus menjadi komoditi ekspor unggulan, terutama pangsa pasar Amerika Serikat,” kata Koster. Kamis (7/2/2019).
Data BPS periode 2015-2017, produksi kopi arabika menurun dari 4.153 ton tahun 2015 menjadi 3.473 ton tahun 2017. Menurut beberapa petani, penurunan ini diduga karena cuaca yang belakangan menjadikan petani harus mempelajari kerentanan terhadap cuaca serta ekstra merawat tanaman.
Data BPS Desember 2018Atase Pertanian Kedubes RI di Washington DC, AS, Hari Edi Soekirno, saat menemui Koster di kantor gubernur di Denpasar mengatakan, Amerika Serikat dan negara sekitarnya merupakan pangsa pasar kopi yang menjanjikan. Apalagi, Kopi Kintamani memiliki rasa spesial yang diakui Perancis dengan sertifikat indikasi geografis.
Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kintamani yang juga petani Kopi Kintamani, Ketut Jati mengatakan, kopi kintamani memiliki rasa spesifik yang tidak ada di daerah lain. Kopi Kintamani juga sudah memiliki sertifikat indikasi geografis dan hak paten, hanya saja pemasaran saat ini masih terbatas.
Direktur PT Dagna Agro Bumi Wahyudi Angligan berharap Pemprov Bali bisa membantu memfasilitasi agar merek Kopi Kintamani jenis arabika ini bisa meluas merambah ke pasar AS. Selain di Kintamani, kopi arabika ada di sekitar Badung dan Tabanan. Adapun kopi robusta terbaik ada di Pupuan, Kabupaten Tabanan.
Sejak tahun 2012, harga kopi arabika mulai membaik. Petani pun kembali memperhatikan tanaman kopi. Saat ini, harga kopi bisa mencapai Rp 120.000 per kilogram greenbean dari sebelumnya hanya berkisar Rp 50.000 per kilogram.
Anak Agung Bagus Dilayana sebagai ahli sangrai kopi menegaskan, peran petani menentukan 60 persen kualitas rasa. Sisanya disumbangkan ahli sangrai dan penyaji (barista). Biji kopi yang baik jika tidak disangrai dengan baik akan mengurangi cita rasa kopi.
Lahan kopi arabika di Bali ada di tiga kabupaten, yaitu Bangli, Buleleng, dan Badung. Kopi Bali di Kintamani dan Bangli mendapat sertifikat indikasi geografis sejak 2008. Ini diterakan pada nama kopi Bali Kintamani, meski kopi berasal dari tiga kabupaten.
Selain untuk ekspor, pasar kopi arabika dari Bali kini merambah ke kota lain, terutama Jakarta. Apalagi, kedai kopi menjamur tiga tahun belakangan di Jakarta, Bandung, dan Bali.
Minum kopi kini menjadi gaya hidup. Pada masa jayanya, sekitar tahun 1990, kopi menjadi unggulan ekspor hasil perkebunan dari Bali. Volume ekspor tahun itu mencapai 6.100 ton atau 92 persen dari total ekspor hasil perkebunan Bali.