SOLO, KOMPAS – Di bawah guyuran hujan deras, karnaval budaya Grebeg Sudiro 2019 di Solo, Jawa Tengah, Minggu (3/2/2019) tetap berlangsung meriah. Masyarakat antusias menyaksikan kegiatan budaya yang kali ini mengusung tema “Kebhinnekaan itu Mempersatukan”. Acara ini menambah semarak suasana menyambut Tahun Baru Imlek 2570.
Hujan mengguyur tidak lama setelah arak-arakan dimulai di depan Pasar Gede, Solo. Sebagian peserta terpaksa mengenakan payung dan jas hujan. Walau diguyur hujan deras, acara tersebut tetap berlangsung. Ribuan warga yang tumpah ruah di kawasan Pasar Gede menonton jalannya karnaval.
Sebagian berteduh di emperan toko. Sebagian lain memilih bertahan di pinggir jalan menggunakan payung maupun jas hujan. Ada juga warga yang rela basah kehujanan demi menyaksikan acara itu hingga selesai.
Kegiatan budaya ini memperlihatkan pembauran masyarakat Jawa dan Tionghoa di Kelurahan Sudiroprajan yang berlangsung harmonis. Relasi sosial antar etnis yang harmonis itu telah melahirkan akulturasi budaya yang memperkaya khasanah budaya Nusantara. (Angga Indrawan-Ketua Panitia Grebeg Sudiro)
“Rencananya ada parade 25 barongsai dan liong, namun karena hujan sebagian peserta memilih minggir,” kata Ketua Panitia Grebeg Sudiro 2019, Angga Indrawan di Solo.
Angga mengatakan, karnaval budaya Grebeg Sudiro 2019 diikuti 54 kelompok peserta yang menampilkan berbagai seni dan kostum tradisional. Jumlah peserta itu lebih sedikit dibandingkan 2018 yang diikuti 64 peserta.
“Peserta lebih sedikit dengan pertimbangan rute yang diperpendek karena ada perbaikan jalan Jenderal Sudirman,” katanya.
Dalam acara ini, panitia Grebeg Sudiro menyiapkan gunungan 4.000 kue keranjang. Setelah dikirab, 4.000 kue keranjang tersebut dibagikan kepada masyarakat. Grebeg Sudiro yang pertama kali digelar pada 2007 tersebut, tahun ini mengusung tema “Kebhinnekaan itu Mempersatukan”.
Angga mengatakan, kegiatan budaya ini memperlihatkan pembauran masyarakat Jawa dan Tionghoa di Kelurahan Sudiroprajan yang berlangsung harmonis. Relasi sosial antar etnis yang harmonis itu telah melahirkan akulturasi budaya yang memperkaya khasanah budaya Nusantara. “Kehamornisan antar-etnis itu mempersatukan,”ujarnya.
Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo mengingatkan, kemajemukan etnis dan budaya di Solo harus terus dirawat dan dipertahankan bersama dengan baik. Kegiatan Grebeg Sudiro dan Imlek yang dihadiri ribuan warga menunjukan toleransi dan kemajemukan di Solo semakin baik. “Mari tetap bersatu padu menjaga dan membangun Solo bersama-sama,” katanya.