Curah Hujan Tinggi Diprediksi Terjadi di Wilayah Indonesia Tengah dan Timur
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Potensi hujan lebat diperkirakan masih terjadi di sebagian daerah di Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi curah hujan tinggi terjadi di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Untuk itu, masyarakat diminta lebih waspada akan bencana banjir dan longsor.
Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), nilai anomali suhu muka laut di sebagian wilayah perairan Indonesia selama bulan Februari diperkirakan lebih hangat dari normal. Kondisi ini dinilai cukup berkontribusi terhadap penambahan suplai uap air di wilayah Indonesia.
Sirkulasi tekanan rendah di wilayah Australia bagian utara mengakibatkan terbentuknya daerah pertemuan angin di sekitar Maluku dan Papua. Akibatnya, potensi pembentukan awan hujan meningkat.
“Hanya saja, pada awal Fabruari 2019, BMKG memprediksi akan ada pengurangan curah hujan di Indonesia bagian Barat karena subsidensi dari MJO (Madden Julian Oscillation). Curah hujan tinggi diprediksi di bagian Tengah dan Timur Indonesia,” ujar Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Indra Gustari di Jakarta, Jumat (1/2/2019).
MJO adalah penjalaran massa udara skala besar di daerah tropis ke arah timur yang dalam penjalarannya dapat memperkuat (enhanced) dan memperlemah (suppressed) konveksi. Awal Februari ini, pola MJO menunjukkan adanya pelemahan konveksi di Indonesia bagian barat serta adanya penguatan konveksi di bagian tengah dan timur Indonesia. Konveksi yang kuat, berkorelasi dengan terbentuknya lebih banyak awan sehingga potensi hujan menjadi lebih tinggi.
Untuk itu, masyarakat perlu lebih waspada terutama yang tinggal di pesisir utara Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan. Selain itu, wilayah lain juga berpotensi mengalami curah hujan tinggi adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.
Adapun potensi gelombang tinggi hingga 4 meter terjadi di perairan Samudera Hindia Selatan dari Jawa Timur hingga Nusa Tenggara Barat, Laut Natuna Utara, Laut Arafuru, Laut Maluku bagian Utara, Laut Halmahera, serta perairan Utara Papua.
Indra menambahkan, sebagian wilayah Jawa diprediksi akan mengalami puncak musim hujan pada akhir Januari sampai Februari ini. Sejumlah wilayah pun diperkirakan mengalami puncak musim hujan sampai Maret nanti. Wilayah ini seperti Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, pesisir Kalimantan Timur, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Ancaman banjir dan longsor
Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan, curah hujan yang terjadi saat ini menyebabkan longsor di beberapa daerah, terutama di daerah dengan kondisi tanah yang labil. Setidaknya, longsor sudah terjadi di sejumlah wilayah, yakni Kecamatan Siding, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (Kamis, 31/1/2019) serta Kecamatan Tuminting dan Kecamatan Tilaka, Manado, Sulawesi Utara (Jumat pagi).
Longsor yang terjadi di Kabupaten Bengkayang menyebabkan tiga orang meninggal dunia, dua orang hilang, dan 11 rumah tertimbun. Dari tiga korban meninggal dunia salah satunya adalah balita. Permukiman warga yang terdampak ini berada di bawah lereng perbukitan.
Sementara, longsor yang terjadi di Manado menyebabkan dua orang meninggal dunia dan beberapa rumah rusak berat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Manado bersama TNI, Polri, relawan dan masyarakat melakukan penanganan longsor. Saat ini, pendataan dampak longsor masih dilakukan BPBD.
Untuk bencana banjir dan longsor yang melanda 13 kabupaten/kota di Sulawesi hingga Jumat (1/2/2019) tercatat 79 orang meninggal dunia, 1 orang hilang, 46 orang luka-luka, dan 9.429 orang mengungsi. Adapun kerusakan fisik meliputi 559 unit rumah rusak, 22.156 unit rumah terendam, dan 13.808 hektar sawah terendam. Gubernur Sulawesi Selatan kini telah menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari, sejak Rabu (23/1/2019) hingga Rabu (6/2/2019).
Sutopo mengatakan, Januari dan Februari adalah puncak bencana banjir, longsor, dan puting beliung. Selama bulan Januari 2019, telah terjadi kejadian bencana 366 yang menyebabkan 94 orang meninggal dan hilang, 149 orang luka-luka, 88.613 orang mengungsi dan terdampak, serta 4.013 unit rumah rusak. “Lebih dari 98 persen bencana yang terjadi merupakan bencana hidrometeorologi selama Januari 2019,” katanya.
Dalam periode yang sama pada 1 Januari hingga 31 Januari, jumlah kejadian bencana tahun 2019 tercatat lebih banyak daripada tahun sebelumnya. Jumlah kejadian bencana naik 57,1 persen. Selain itu, jumlah korban meninggal dunia dan hilang naik 308,7 persen.
Masyarakat pun diimbau untuk selalu meningkatkan kewaspadaan menghadapi banjir, longsor, dan puting beliung.
“Amati potensi longsor di perbukitan ataupun lereng, seperti adanya retakan tanah, timbulnya amblesan, munculnya mata air, atau rembesan air di lereng. Waspada pula jika ada pohon miring atau air sumur dan air kolam yang tiba-tiba keruh,” ucap Sutopo.