Truk Pasir Diimbau Tidak Lewati Jalur Evakuasi Gunung Merapi
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta agar truk-truk pengangkut pasir dan batu, segera berhenti lalu lalang, melewati jalur-jalur evakuasi di sekitar kawasan Gunung Merapi. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga agar jalur-jalur evakuasi tidak bertambah rusak dan layak untuk dilewati, sewaktu-waktu diperlukan.
Oleh
Regina Rukmorini
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta agar truk-truk pengangkut pasir dan batu segera berhenti berlalu-lalang melewati jalur-jalur evakuasi di sekitar kawasan Gunung Merapi. Hal ini perlu dilakukan untuk menjaga agar jalur-jalur evakuasi tidak bertambah rusak dan tetap layak untuk dilewati saat sewaktu-waktu diperlukan.
Kesadaran segenap warga, termasuk pelaku penambangan dan sopir truk pasir, menurut Ganjar, saat ini sangat dibutuhkan mengingat Gunung Merapi terus mengeluarkan lava pijar dan mulai mengeluarkan awan panas.
”Truk-truk pasir harus berhenti melewati jalur-jalur evakuasi. Penghentian aktivitas di jalur evakuasi ini harus disadari wajib dilakukan demi alasan kemanusiaan dan keselamatan bersama,” ujarnya, Kamis (31/1/2019).
Daerah dengan jalur evakuasi yang saat ini terpantau berada dalam kondisi rusak parah salah satunya adalah Klaten. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah siap mendukung pendanaan untuk perbaikan jalur evakuasi tersebut.
Pemprov Jateng bersama Pemerintah Kabupaten Magelang, Boyolali, dan Klaten saat ini intens mengikuti perkembangan informasi terkait aktivitas vulkanik Gunung Merapi. Ganjar pun meminta agar segenap masyarakat memiliki kewaspadaan yang sama.
”Saya berharap semua warga di lereng Gunung Merapi semakin berhati-hati dan siap mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi terkait aktivitas vulkanik Gunung Merapi,” ujarnya.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Energi, dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang Heriyanto mengatakan, ramainya lalu-lalang truk pasir memang menjadi faktor utama penyebab rusaknya jalur evakuasi.
”Setiap tahun, panjang jalur evakuasi yang rusak mencapai puluhan kilometer,” ujarnya.
Untuk mengatasi kerusakan jalur evakuasi, sejak 2012 hingga sekarang Pemkab Magelang melakukan pembetonan. Namun, karena membutuhkan biaya yang sangat besar, yakni sekitar Rp 5 miliar per tahun, proyek pembetonan ini pun berlangsung lambat.
”Sejak tahun 2012 hingga sekarang, baru sekitar 10 persen jalur evakuasi yang sudah dibeton,” ujar Heriyanto.
Total panjang jalur evakuasi di kawasan Gunung Merapi adalah 237,14 kilometer. Jalur evakuasi itu tersebar di lima kecamatan, yaitu Kecamatan Muntilan, Dukun, Sawangan, Srumbung, dan Salam.
Heriyanto mengakui, keberadaan truk-truk pasir itu sulit dikendalikan dan terus berlalu-lalang di jalur-jalur evakuasi. Beberapa di antara jalur evakuasi itu termasuk dalam kategori jalan kelas III dengan kapasitas beban maksimal 8 ton. Namun, satu truk pembawa material galian C yang melintas di jalur tersebut bisa membawa muatan mencapai 9 ton hingga 20 ton. Kerusakan jalur evakuasi diperparah banyaknya jumlah truk yang melintas, yakni mencapai ratusan truk per hari.
Yusuf Herlambang, Kepala Desa Kemiren, Kecamatan Srumbung, mengatakan, dalam satu hari, jumlah truk yang melintasi jalan di Desa Kemiren mencapai lebih dari 500 truk. Kebanyakan truk membawa muatan berlebih. Hal ini terlihat dari kondisi truk yang rata-rata bergerak lambat dan agak miring.
Banyaknya truk yang lewat membuat jalan-jalan desa kini dalam kondisi rusak parah, banyak berlubang, dengan diameter 1-2 meter. Truk-truk tersebut menggerus jalan. Karena merasa terganggu, sebagian warga akhirnya berinisiatif menutup lubang-lubang jalan tersebut dengan semen, pasir, atau tanah.