JAYAPURA, KOMPAS — Demam berdarah merebak di Kabupaten Asmat, Papua, sejak akhir Desember lalu. Hingga saat ini, tercatat ada 41 kasus demam berdarah yang ditangani Rumah Sakit Umum Daerah Agats. Tidak ada penderita yang meninggal.
Kepala RSUD Agats drg Yenny Yong, ketika dikonfirmasi dari Jayapura pada Sabtu (26/1/2019) sore, mengakui tingginya kasus demam berdarah selama sebulan terakhir.
”Saat ini kami tetap bersiaga memberikan pelayanan bagi warga yang menderita demam berdarah. Sekarang terdapat empat penderita demam berdarah yang dirawat, terdiri dari 2 anak dan 2 orang dewasa,” kata Yenny.
Ia mengatakan, Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat telah melakukan upaya pencegahan demam berdarah di sekitar lokasi rumah sakit. Upaya tersebut seperti fogging (pengasapan) dan menabur bubuk abate di penampungan air yang sulit dibersihkan.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat Richard Mirino mengatakan, terdapat tiga distrik (setingkat kecamatan) yang ditemukan penderita demam berdarah sejak Desember 2018. Ketiga distrik ini adalah Agats, Atjs, dan Akat.
”Kami bersama tim Dinas Kesehatan Provinsi Papua telah melakukan upaya pencegahan demam berdarah ke rumah-rumah warga, seperti pengasapan dan pemberian bubuk abate, sejak Desember lalu. Tim juga telah melakukan survei jentik nyamuk di lokasi jumlah penderita demam berdarah terbanyak,” kata Richard.
Ia menambahkan, tim Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat telah diterjunkan ke kampung-kampung di sejumlah distrik untuk mendata kemungkinan adanya penderita demam berdarah yang belum terdeteksi.
”Diduga masih terdapat penderita demam berdarah yang belum tertangani. Kami harus bergerak cepat untuk merawat penderita tersebut,” katanya.
Asmat rawan demam berdarah karena merupakan daerah berawa yang terletak di kawasan selatan Papua. Dari Distrik Agats, ibu kota Asmat, perjalanan untuk menjangkau 22 distrik lainnya harus menggunakan perahu motor yang melintasi sungai dan laut.
Selain itu, Asmat juga sering kali mengalami masalah gizi buruk. Pada periode September 2017-1 Februari 2018, kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk melanda Asmat. Sebanyak 72 anak balita meninggal akibat komplikasi campak disertai gizi buruk dan sejumlah penyakit penyerta, seperti tuberkulosis. Total terdapat 646 anak terkena campak dan 144 anak menderita gizi buruk di 19 distrik kala itu.
Setelah dicabutnya status KLB pada 1 Maret 2018, kasus gizi buruk ternyata masih terjadi. Dari Maret 2018 hingga Januari 2019, terdapat 92 kasus gizi buruk dengan jumlah korban meninggal sebanyak 9 anak.
Enam kabupaten
Kepala Bidang Pencegahan Masalah Kesehatan Dinkes Provinsi Papua Aaron Rumainum mengatakan, total terdapat enam kabupaten/kota di Papua yang dilanda demam berdarah hingga bulan ini.
”Dari hasil monitoring kami, enam kabupaten ini adalah Kota Jayapura, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Nabire, dan Kabupaten Merauke,” kata Aaron.
Adapun data kasus demam berdarah di lima kabupaten selain Asmat adalah Kota Jayapura (2 kasus), Nabire (2 kasus), Merauke (10 kasus), Boven Digoel (16 kasus), dan Biak Numfor (2 kasus).
”Belum ada korban meninggal akibat demam berdarah di enam kabupaten ini. Kami telah mengirim surat pemberitahuan untuk meningkatkan kewaspadaan kepada dinas kesehatan di 12 kabupaten yang rawan terjadi demam berdarah,” kata Aaron.