DENPASAR, KOMPAS – Sejumlah wakil masyarakat dan pemuka agama di Bali, Kamis (24/1/2019), mengikuti Doa Masyarakat Bali Untuk Basuki Tjahaja Purnama di Denpasar. Acara yang diikuti sekitar 80 orang itu dari kalangan tokoh agama, pemuka masyarakat, beberapa calon anggota legislatif, dan perwakilan mahasiswa, serta akademisi, yang digagas I Wayan Sudirta, pengacara Basuki Tjahaja Purnama.
Enam rohaniawan, masing-masing dari Hindu, Budha, Kristen, Islam, dan Konghucu yang menghadiri acara Doa Masyarakat Bali Untuk Basuki Tjahaja Purnama itu bergiliran memandu doa lintas agama. Ketua Panitia Doa Masyarakat Bali Untuk Basuki Tjahaja Purnama, I Made Rai Wirata menyatakan, acara doa itu sekaligus untuk mendoakan keselamatan dan keutuhan Indonesia. “Indonesia juga tengah diguncang tekanan-tekanan untuk menggantikan ideologi negara,” ujar Wirata.
Basuki Tjahaja Purnama bebas pada Kamis setelah menjalani masa tahanan dua tahun. Dikutip dari Kompas.Id (Kamis (24/1), Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas I A Cipinang Andika Dwi Prasetya mengatakan, Basuki Tjahaja Purnama sudah dibebaskan Kamis pukul 07.00 dari Rumah Tahanan Markas Komando Korps Brigade Mobil, Kelapa Dua, Depok. Pembebasan itu dilakukan bersama antara petugas Lapas Cipinang dan pihak Mako Brimob Polri.
Penggagas acara, I Wayan Sudirta menyatakan, acara itu diadakan sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada klien dan masyarakat. Ia tidak diizinkan kliennya datang ke Mako Brimob di Depok pada hari pembebasan kliennya itu.
Sudirta menggarisbawahi bahwa rasa saling menghargai demi keutuhan Indonesia benar-benar harus dijaga dan dirawat. “Tidak ada minoritas yang mutlak minoritas di Indonesia,” kata dia.
Ia menambahkan, “Di Indonesia, penganut Hindu termasuk kelompok minoritas. Namun di Bali, penganut agama Hindu menjadi mayoritas,” ujarnya.