JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina Hulu Indonesia atau PHI, anak usaha PT Pertamina (Persero), menargetkan kenaikan produksi minyak dan gas bumi dari blok-blok tua yang dikelolanya. Blok-blok tersebut adalah Blok Mahakam, Blok Sanga-sanga, dan Blok East Kalimantan-Attaka. Semuanya berlokasi di Kalimantan Timur dan masing-masing dikelola oleh anak usaha PHI.
Sepanjang tahun 2018, produksi minyak PHI mencapai 49.000 barel per hari, lebih tinggi dari target yang mencapai 45.900 barel per hari. Sementara produksi gas PHI mencapai 929 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Produksi migas tersebut dihasilkan ketiga anak usaha PHI, yaitu PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), PT Pertamina Hulu Sanga-Sanga (PHSS), dan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
”Tahun ini, PHI menargetkan penambahan produksi migas masing-masing jadi 52.800 barel per hari untuk minyak dan 944 MMSCFD untuk gas bumi,” ujar Direktur Utama PHI Bambang Manumayoso di Jakarta, akhir pekan lalu.
Blok Mahakam, yang sebelumnya dikelola Total (Perancis) dan Inpex (Jepang) selama 50 tahun, mulai diserahkan ke Pertamina sejak 1 Januari 2018. Adapun Blok East Kalimantan-Attaka dikelola Pertamina sejak 24 Oktober 2018 dari Chevron yang sudah mengelola blok tersebut 50 tahun lamanya. Sementara Blok Sanga-sanga diserahkan pengelolaannya ke Pertamina sejak 7 Agustus 2018 dari Virginia Indonesia Co (Vico), perusahaan migas asal Amerika Serikat.
Produksi minyak 2018 naik menjadi 291.000 barel per hari atau naik dari kinerja 2017 yang sebanyak 238.000 barel per hari.
”Kami akan memperbanyak pengeboran pengembangan, kerja ulang sumur, dan perawatan sumur dengan biaya operasi yang lebih rendah. Inovasi dan efisiensi operasi juga terus dikembangkan,” ujar Bambang.
Bagi Pertamina selaku perusahaan induk, produksi minyak 2018 naik menjadi 291.000 barel per hari atau naik dari kinerja 2017 yang sebanyak 238.000 barel per hari. Adapun produksi gas 2018 adalah 2.763 MMSCFD atau naik dari realisasi 2017 yang sebanyak 1.760 MMSCFD. Tahun ini produksi minyak ditargetkan 302.000 barel per hari dan gas bumi 2.643 MMSCFD.
Hulu migas Indonesia dihadapkan pada kondisi menantang menyusul tak ada lagi temuan lapangan baru dengan cadangan besar. Di satu sisi, kemampuan produksi minyak Indonesia kurang dari 800.000 barel per hari, sementara konsumsi bahan bakar minyak nasional mencapai 1,6 juta barel per hari. Akibatnya, kekurangan pasokan diperoleh lewat impor dan kerap menjadi penyebab defisit pada neraca perdagangan Indonesia.
”Penemuan cadangan baru sangat dibutuhkan untuk mempertahankan produksi migas saat ini dan menjamin pasokan energi migas Indonesia,” ujar Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto.
Dwi menambahkan, pihaknya menargetkan rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio/RRR) sebesar 100 persen. Artinya, setiap 1 barel minyak yang diproduksi berhasil ditemukan jumlah cadangan terbukti minyak sebanyak 1 barel. Sebanyak 45 rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD) disetujui sepanjang tahun 2018 memberikan tambahan cadangan migas terbukti sekitar 831,5 juta barel setara minyak.
Hulu migas Indonesia dihadapkan pada kondisi menantang menyusul tak ada lagi temuan lapangan baru dengan cadangan besar.
Menurut pengajar pada Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti, Jakarta, Pri Agung Rakhmanto, untuk menggairahkan investasi hulu migas di Indonesia perlu terobosan yang konkret. Misalnya, penyederhanaan perizinan operasi mulai dari tingkat pusat sampai daerah dan lintas instansi atau kementerian menjadi hanya satu pintu di SKK Migas. Demikian pula soal perpajakan yang cukup di Kementerian Keuangan.
”Terobosan itu dapat direalisasikan lewat penyempurnaan revisi Undang-Undang tentang Minyak dan Gas Bumi yang beberapa waktu lalu drafnya sudah diparipurnakan di DPR,” kata Pri Agung.