Lahan Kosong di Bawah Jembatan Dimanfaatkan Jadi Fasilitas Publik
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BANGKOK, RABU — Planolog dan pemerintah di kota-kota yang tumbuh pesat di Asia memanfaatkan banyak lahan kosong di bawah jembatan, jalan layang, dan jembatan layang menjadi ruang publik. Namun, di satu sisi tunawisma yang selama ini menempati lokasi tersebut harus turut dicarikan tempat alternatif.
Dengan laju urbanisasi yang cepat, ledakan pembangunan di kota-kota di Asia Selatan dan Asia Tenggara menghasilkan pesatnya pembangunan kantor, perumahan, apartemen, jembatan, jalan layang, dan terowongan yang juga menghasilkan lahan mati/ kosong.
Sejalan dengan harga lahan yang meroket dan hilangnya ruang publik, lahan kosong tersebut dimanfaatkan perencana perkotaan dan pemerintah. ”Ada lahan, kita perlu memanfaatkannya dengan kreatif untuk memberikan manfaat bagi masyarakat dan mengurangi tekanan terhadap lingkungan,” kata Yossapon Boonsom, arsitek lanskap di Shma, perusahaan arsitektur di Bangkok.
Yossapon menambahkan, sekitar 40 persen dari 1,8 juta meter persegi lahan di bawah jalur kereta cepat dan jalan tol di Bangkok tidak dimanfaatkan. Shma memiliki rencana untuk mengubah lahan di bawah jalur tol Sirat menjadi taman dan ruang publik yang dihubungkan jalur sepeda sepanjang 10 kilometer.
Jalur sepeda sepanjang 10 kilometer itu mendapat penghargaan pada World Architecture Festival untuk kategori Kota Cerdas pada November lalu. ”Bangkok kota yang sangat padat. Memanfaatkan lahan tak terpakai untuk membuka jalur ke taman dan kanal dapat mendorong masyarakat berjalan kaki dan bersepeda,” kata Yossapon kepada Reuters.
Kota lain di Asia juga melakukan hal yang sama. Di Hong Kong, arsitek menciptakan rumah mini dari gorong-gorong beton yang bisa disusun di bawah jembatan layang. Di dekat Mumbai, India, sebuah sekolah untuk anak jalanan dibuat dari peti kemas yang ditempatkan di kolong jalan layang. Sementara di Bandung, lahan di bawah jalan layang diubah menjadi bioskop terbuka.
Adapun di Singapura, pemerintah setempat meminta saran publik bagaimana memanfaatkan 60 hektar lahan kosong. Berdasarkan laporan Singapore Land Authorities (SLA) tahun lalu, luas lahan kosong tersebut, masing-masing 3.000-6.000 meter persegi, telah diubah menjadi fasilitas olahraga, pertanian, bahkan dipakai untuk pasar dan pesta ulang tahun.
”Sementara lahan di Singapura sangat jarang kami memiliki lokasi yang bagus di bawah jembatan dan jalan layang. Memanfaatkan lahan itu dengan biaya yang rendah bisa mendorong pengusaha dan planolog mencoba ide-ide baru,” kata Tan Boon Khai, Kepala SLA, dalam laporan itu.
Akan tetapi, Direktur Eksekutif Housing and Land Right di New Delhi Shivani Chaudry mengatakan, lahan kosong di bawah jembatan sering kali dimanfaatkan oleh tunawisma dan pekerja migran yang tidak mampu membeli rumah yang layak. Mengambil lahan kosong itu akan membuat mereka telantar. Ketika lahan di bawah jalan layang menjadi satu-satunya lahan di tengah kota yang tersedia bagi tunawisma, maka memindahkan mereka dari tempat itu tanpa memberikan alternatif pengganti adalah kejam.
”Mereka tidak punya pilihan selain tidur di tepi jalan terpapar cuaca yang ekstrem, polusi, dan rentan kecelakaan,” ujar Shivani. (REUTERS)