DUMAI, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) merealisasikan pembelian minyak mentah pertama dari kontraktor kontrak kerja sama atau KKKS di dalam negeri, yaitu PT Chevron Pasific Indonesia. Berdasar perjanjian kedua pihak, Pertamina membeli minyak mentah produksi Blok Rokan di Riau yang dikelola Chevron sebanyak 2,5 juta barel setiap bulannya. Skema ini dapat menghemat devisa secara signifikan.
Pengiriman perdana minyak mentah produksi Chevron dikirim pada Selasa (15/1/2019) di Dumai, Riau. Minyak mentah diangkut dengan kapal tanker Griya Cirebon yang selanjutnya dikirim ke kilang Balikpapan milik Pertamina. Sebagian minyak dari Blok Rokan juga dikirim ke kilang minyak Pertamina yang ada di Dumai dengan menggunakan pipa.
Tahap awal perjanjian jual beli minyak mentah Chevron dari Blok Rokan dengan Pertamina akan berlangsung sampai Juni 2019. Jenis minyak yang dikirim adalah Sumatera Light Crude dan Duri Crude. Jual beli ini diatur dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 42 Tahun 2018 tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak Bumi untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri.
"Setiap bulan, kami mengimpor minyak mentah sebanyak 10,5 juta barel. Jadi, pembelian 2,5 juta barrel setiap bulannya dari Chevron sangat signifikan mengurangi impor minyak mentah Pertamina," ujar Vice President Support and Export Operation Pertamina Agus Wicaksono di sela-sela seremoni pengiriman perdana minyak dari Chevron ke kilang Pertamina di Dumai, Riau.
Agus mengatakan, harga jual beli minyak tersebut mengacu pada harga minyak Indonesia (ICP) yang ditentukan pemerintah. Namun, kata dia, masih ada skema business tobusiness antara Pertamina dengan Chevron. Ia memastikan bahwa secara keseluruhan, membeli minyak jatah KKKS di dalam negeri masih lebih murah ketimbang impor.
"Selain Chevron, kami juga sedang menjajaki pembelian minyak bagian KKKS lainnya. Pada dasarnya, skema ini menguntungkan Pertamina," ucap Agus.
Senior Vice President Operational PT Chevron Pasific Indonesia Wahyu Budiarto menambahkan, pada dasarnya, KKKS bebas menjual ke siapa saja minyak mentah yang menjadi bagian mereka. Umumnya, KKKS akan menjual minyak mentah mereka di pasar internasional. Namun, sudah ada kesepakatan antara Chevron dengan Pertamina mulai Desember tahun lalu.
"Ini adalah lifting (produksi siap jual minyak) perdana kami untuk Pertamina. Berdasar realisasi tahun lalu, minyak dari Blok Rokan bisa diproduksikan sebanyak 209.400 barel per hari," kata Wahyu.
Hemat devisa
Kebijakan pembelian jatah minyak KKKS oleh Pertamina adalah salah satu cara pemerintah menekan defisit neraca perdagangan akibat tingginya impor minyak dan bahan bakar minyak (BBM). Defisit kian dalam saat konsumsi BBM naik dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS melemah. Situasi itu kian menggerus cadangan devisa Indonesia.
Angka 2,5 juta barrel setiap bulannya dari Rokan adalah angka yang signifikan untuk menghemat devisa.
Selain kebijakan tersebut di atas, pemerintah mengoptimalkan pemanfaatan biodiesel lewat kebijakan pencampuran biodiesel ke dalam solar sebanyak 20 persen atau dikenal dengan mandatori B-20. Mulai September 2018, mandatori B-20 diperluas ke sektor non pelayanan publik (PSO). Penerapan mandatori B-20 secara optimal di tahun ini diperkirakan dapat menghemat devisa sampai 4 miliar dollar AS.
"Angka 2,5 juta barel setiap bulannya dari Rokan adalah angka yang signifikan untuk menghemat devisa. Ini adalah sebuah pencapaian besar," kata tenaga ahli Menteri ESDM Sampe L Purba.
Blok Rokan dikelola Chevron sejak 1971 dan kontraknya bakal berakhir pada 2021 mendatang. Pemerintah sudah memutuskan menyerahkan pengelolaan blok tersebut kepada Pertamina. Blok Rokan pernah memproduksi minyak sebanyak 1,2 juta barrel dalam sehari dan lebih dari 12 miliar barrel yang dikuras dari blok tersebut sejak pertama kali beroperasi.