Dalam pameran ide bisnis mahasiswa S-1 Jurusan Bisnis Universitas Prasetiya Mulya, Sabtu (12/1/2019), di mal Kuningan City, Jakarta Selatan, sebanyak 66 kelompok mahasiswa semester I membuat aneka prototipe produk yang ingin memudahkan hidup Anda.
Jika rumah Anda menggunakan kunci pintu ”kartu pintar” (teknologi radio frequency identification/RFId, seperti pintu hotel), bersiaplah untuk termanjakan oleh rancangan Sebastian dan lima anggota kelompoknya. Mereka merancang kartu pintar yang tak perlu ditempelkan ke mesin pemindai. Dalam jarak 30 sentimeter, mesin pemindai dapat mendeteksi kehadiran si kartu pintar.
”Nantinya, konsumen tidak perlu repot mengeluarkan kartu saat membuka pintu. Cukup diletakkan saja di dalam tas, pintu membuka sendiri,” kata Sebastian.
Sebastian optimistis, di masa depan, kian banyak masyarakat kota menggunakan kunci pintu kartu pintar. Dengan menambah jarak antara pemindai dan kartu, konsumen akan terbantu. Mereka tak perlu merogoh si kartu cerdas yang ada di dalam kantong atau tas.
Anda yang kesulitan menemukan lubang kunci gembok, prototipe produk Jessica (18) dan kawan-kawan bisa jadi solusi. Dalam rancangannya, gembok tidak lagi menggunakan anakan kunci, akan tetapi barcode. Instal aplikasinya di gawai. Buka aplikasi. Arahkan kamera ke gembok, klok… gembok terbuka. Demikian kira-kira rancangan Jessica itu.
Menurut Jessica, produk tersebut cocok diterapkan di rumah indekos. Sering kali gembok pagar harus diganti ketika ada penghuni kos yang pindah. ”Hanya satu orang yang bisa bertindak sebagai admin. Jika ada anak kos yang pindah, aksesnya menuju aplikasi bisa diakhiri,” ujarnya.
Sementara itu, Anda yang tak bisa menahan hasrat berbelanja di e-dagang patut mendoakan agar aplikasi I-RIT buatan Anthony Riyaldi (18) segera rampung. Aplikasi ini terhubung dengan semua aplikasi e-dagang yang Anda instal di gawai.
Ia bisa memberi limit uang yang akan Anda belanjakan di e-dagang. Limit itu hanya bisa diperbarui dua kali sebulan. Selain itu, Anda diberi gambaran melalui diagram tentang jenis barang yang Anda beli di e-dagang.
Lain lagi halnya dengan Phoebe Nathania (18). Ia bersama kelompok merancang produk untuk mereka yang malas menggunakan helm. ”Kalau helm tidak mereka pakai, motornya tidak bisa distarter, kira-kira begitu sistemnya,” ucapnya.
Dalam jarak dekat, kata Phoebe, pemotor kebanyakan tak mau menggunakan helm. Hal itu berdasarkan pengalaman tiga anggota kelompok lainnya yang semuanya menggunakan kendaraan roda dua. Oleh karena itu, prototipe yang juga menggunakan teknologi RFId ini bisa menjawab persoalan tersebut.
Awalan
Ide-ide mahasiswa ini memang jauh dari lengkap, toh masih berupa prototipe. Sebagian ada yang berupa pengulangan dari produk yang sudah ada.
Namun, Koordinator Mata Kuliah Teknologi Bisnis Universitas Prasetiya Mulya Ivan Evander Subagyo menilai, ini merupakan awalan untuk memasuki dunia yang lebih kompleks: revolusi 4.0. Kehadiran revolusi 4.0 ditandai dengan digitalisasi hampir di seluruh lini kehidupan.
Calon pengusaha yang masih belajar di bangku perkuliahan, lanjut Ivan, harus mulai mengarah ke sana. Menimbang kemungkinan-kemungkinan terkait sektor mana yang bisa didigitalisasi sebagai potensi bisnis baru. Seperti yang dikatakan Prof Agus W Soehadi. ”Menggandeng teknologi akan membuat bisnis lebih berkelanjutan,” kata Dekan Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya ini. (INSAN ALFAJRI)