JAKARTA, KOMPAS — Ketiadaan pengamanan khusus di rumah Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarif diduga memudahkan pelaku teror untuk melempar bom molotov ke rumah itu. Apalagi, tidak ada pengamanan ketat dari petugas keamanan kompleks perumahan ataupun penjagaan warga dengan sistem keamanan lingkungan di kompleks perumahan yang berada di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, itu.
Pada Rabu (9/1/2018) dini hari, rumah Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif dilempar bom molotov. Botol berisi bahan bakar itu terbakar di atap garasi dan meninggalkan bekas gosong di pagar rumahnya.
Polisi masih mendalami peristiwa itu dengan memeriksa kamera pemantau atau closed circuit television (CCTV) yang terpasang di rumah Laode, mengambil keterangan warga, serta mengamankan sebotol cairan berwarna biru.
Rumah yang baru ditempati Laode sekitar tiga tahun itu tidak dilengkapi pos pengamanan, baik di bagian depan maupun belakang rumah. Siapa pun bebas masuk-keluar selama 24 jam di kompleks perumahan.
Selain itu, kompleks perumahan yang ditempati Laode ternyata tidak dilengkapi CCTV. Saat rumah dilempari bom molotov, Rabu dini hari sekitar pukul 01.00 tidak ada petugas keamanan yang berjaga.
Agus Sutrisno (36), warga sekitar, menyebutkan, tidak ada pengamanan khusus di rumah Laode. Setelah terjadi pelemparan bom molotov, warga sekitar baru mengetahui bahwa ada pejabat KPK yang tinggal di lingkungannya.
”Sehari-hari biasa saja. Tidak ada petugas keamanan yang berjaga selama 24 jam di sekitar rumah ataupun kompleks perumahan,” ujar Agus
Makmun Azhari (58), ketua RT di kawasan tersebut, mengatakan, sebenarnya kompleks perumahan itu relatif aman. Kepolisian secara rutin berpatroli, baik menggunakan mobil maupun motor. Patroli dilakukan secara berkala pagi-malam.
”Biasanya, ketika patroli, polisi akan mengecek rumah (Laode), lalu melanjutkan perjalanan. Ada juga petugas keamanan dari Kelurahan Kalibata yang memantau wilayah kelurahan, termasuk perumahan di sini,” ucap Makmun.
Makmun menyebutkan, tidak ada petugas keamanan dari warga yang berjaga di kompleks itu. Ketika malam hanya ada beberapa pemuda yang nongkrong di warung kopi tidak jauh dari rumah Laode. Di kompleks perumahan juga tidak terpasang kamera pemantau.
Ulul Azmi (24), salah seorang warga kompleks yang sering nongkrong di warung kopi bersama pemuda lainnya, mengatakan, biasanya mereka nongkrong di warung kopi sampai dini hari, sekitar pukul 01.00. Mereka nongkrong sembari memantau situasi dan lalu lalang orang di kompleks.
”Semalam (8/1) tidak ada gerak-gerik orang yang mencurigakan. Kami nongkrong sampai pukul 01.00 (9/1), tetapi tidak melihat ada orang mencurigakan. Hanya ada warga sekitar yang lalu lalang untuk membuang sampah,” kata Ulul. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)